di tembak atau di todong?

18.7K 886 7
                                    

Hai..hai...
Gak kerasa ya udah malam minggu aja, btw ada yang nungguin Athenna gak ya? Syukur deh kalo ada. Maaf ya, aku gak seaktif penulis lain yang bisa update tiap hari atau beberapa kali seminggu yang kadang bikin aku iri. Maklum deh, aku kan gak pake jasa pembantu ataupun babysitter. Jadi segala kerjaan dirumah, dikerjain sendiri. Jadi cuman punya sedikit waktu buat ngetik-ngetik cerita, mana ide ngalirnya seupil-seupil. Gak sederas aliran air got depan rumah. Jadi mohon dimaklumi ya...

Makasih loh, buat readers setia yang udah vote dan comment di lapak aku yang abal-abal ini. Tanpa kalian, aku mah apa atuh!

Dan juga buat para silent readers, aku tetep menghargai kalian kok. Tenang aja, aku ini orangnya gak gampang kesinggungan. Ada yang ngehina aja aku masih bisa cuek. Apa lagi cuma di diemin silent readers.

Tapi aku harap kedepannya kalian gak jadi silent readers lagi.

Makasih ya, udah setia disini!

Athenna pov

"Biar aku saja yang mengajarinya" ucap sosok itu.

Aku tak sanggup bernafas saat mendengar suara berat yang sudah sangat ku kenali itu.

Dengan susah payah aku memutar tubuh untuk melihat orang yang sedang berdiri di belakangaku, walaupun aku sudah tahu dan yakin siapakah sang pemilik suara.

Aku membeku seketika saat melihat sosok Ivan berdiri menatapku seolah menemukan kembali sesuatu yang hilang.

Jelas sekali dia kesini langsung dari kantor, terlihat dari pakaian yang sedang dipakainya. kemeja slim fit berwarna navy blue yang dua kancing paling atasnya terbuka, lengan bajunya yang tergulung hingga ke sikut, dipadu dengan celana krem dan sepatu kulit hitam mengkilat. Ditambah rambut pirangnya yang berantakan malah membuatnya telihat, eerrr... seksi.

Tunggu! Apa yang aku katakan, apa aku barusan mengatakan dia seksi? Eh, tapi memang benar sih. Terlihat dari para wanita yang ada disekitar pantai menatap lapar pada Ivan dengan air liur yang menetes-netes.

Ayooo... sadarlah Athenna, dia itu pria yang memiliki tunangan! Jangan bermain perasaan dengan pria seperti itu!

Hmmm... lalu jika dia bukan tunangan seseorang, apa aku akan tertarik untuk memilikinya?

Entahlah...

Aku mengerjapkan mata berulang kali berusaha menghilangkan konflik yang terjadi dalam kepalaku. Mungkin karena teriknya matahari yang menancap dikepalaku, membuat pikiranku kacau.

"Kenapa anda bisa disini?" tanyaku heran dengan alis bertautan.

"Memangnya gak boleh?" jawabnya acuh, sambil melangkah ke arahku.

"Boleh-boleh saja sih, tapi anda kan jam segini harusnya sedang dikantor" ucapku.

"Terserah aku mau di kantor atau tidak, lagipula aku kan CEO-nya. Siapa yang berani memarahiku jika aku bolos bekerja, hmm...?" Tanya Ivan arogan.

"Ayahmu!" Jawabku datar.

Ivan menoleh menatap tepat kedalam bola mataku "Benar juga sih, tapi itu masih bisa diatur" ucapnya lalu tertawa sendirian.

Sementara aku menggeleng tak percaya "Ternyata anda orang yang suka makan gaji buta ya!" cibirku.

Tawa Ivan terhenti seketika saat mendengar celotehanku, lalu menatapku tajam dan aku segera memalingkan wajahku yang sedang meringgis.

ATHENNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang