"Es krimku!' aku berteriak dan berlari ke arah eskrim vanilla yang terlihat bercahaya di mataku.
Kuambil cone es krim itu dan kukecup singkat es krim vanila kesukaanku itu. Ya ampun... Rasanya begitu... HANGAT?!!
"KYAA!!" aku langsung berteriak saat kurasakan 'es krim' vanillaku itu hangat. Sejak kapan es krim itu hangat?!
"Morning, sunshine," suatu suara serak membuatku menolehkan kepalaku dan disanalah mahluk mesum itu berada. Dengan memakai kaos dalam ketat yang membungkus tubuhnya dan memperlihatkan otot-ototnya yang membuat wanita meneteskan air liur, tapi bukan otot-otot macam para atlet macam Ade Ray. Otot yang pas untuk tubuh si alien mesum ini. Langsung saja aku membuang mukaku ke arah lain. Abaikan, abaikan saja dia!
"Pagi-pagi begini saja kau sudah sangat bersemangat ya, sampai mencium-ciumku segala," ia melilitkan lengannya di pinggangku. Dan tentu saja aku langsung cubit lengan mesumnya itu. Entah sudah berapa kali hal ini terjadi selama berada di tempat ini.
"Bah! Apa katamu?! AKU? MENCIUMMU?! Apa kau sudah tidak waras, apa kau sudah gila, sinting, tidak punya otak, kerasukan roh- HUH?!!" teriakku jengkel. Seribu tahun lagi pun aku tak akan sudi menciummu!
"Apa bedanya? Rasanya hampir semua yang kau tuduhkan padaku bermakna sama," ia mengangkat sebelah alisnya.
"Tentu saja tidak! Apa kau bodoh?! Apa kau tidak lulus UAN Bahasa Indonesia?! Berapa nilaimu? Aku yakin tidak lebih dari 0!" Aku langsung bangkit berdiri dan melemparkan selimutku tepat ke arah muka alien mesum itu.
"Kau tidak mau menciumku lagi?" tanyanya dengan kerlingan nakal.
"Aku T-I-D-A-K M-E-N-C-I-U-M-M-U, paham?!" ucapku dengan penuh penekanan pada tiap hurufnya sambil menatapnya sengit.
"Oh ia, padahal aku suka kau membangunkanku dengan sebuah ciuman di dadaku. Lihat saja bajuku basah karena ulahmu," ia menunjuk bagian kaosnya yang terlihat lebih gelap daripada bagian lainnya. Mana mungkin?! Tunggu...
"Es krim?!" pekikku kaget. Ya Tuhan! Masa iya aku mengira badan alien itu es krim?! Memangnya aku semesum itu ya? Haduh! Rasanya ingin sekali menjedotkan kepalaku ke tembok detik ini juga.
"Sudah mengingat sesuatu?" ia tersenyum jahil ke arahku. Dasar sial!
"Tidak!" elakku.
"Baby,"
YOU ARE READING
Marriage Act [COMPLETED] (EDITING-ON HOLD)
Romance[Cerita ini sedang dalam proses pengeditan] Berakting sudah menjadi keseharian dari seorang Arina Devina yang tidak bisa dilepas begitu saja darinya. Menemukan seseorang yang berarti dan ia cintai adalah hal yang tak pernah bisa ia raih. Menikah men...