Ring... Ring...
Dengan setengah kesadaranku, aku pun mencoba meraih-raih handphone yang kuletakkan di atas meja tepat di samping tempat tidurku.
"Hello?" tanyaku dengan suara sedikit serak.
Aku hanya mendengarkan apa yang orang itu bicarakan sambil memejamkan mata. Sungguh, aku tidak tahu apa yang laki-laki ini bicarakan. Otakku sama sekali tak dapat mengolah satu pun informasi yang diucapkan laki-laki ini.
"Arin? Arin kamu dengar tidak? HEI!!" tiba-tiba suara laki-laki itu naik satu oktaf dan membesar, membuat mataku terbuka seketika itu juga.
Tapi , karena aku tak dapat menghilangkan rasa kantukku, aku pun hanya menggumam "ehmmm" , kemudian kututup telepon itu dan kembali ke dunia mimpiku.
Ring... Ring...
Kucoba meraih handphoneku dengan menggunakan tangan kiriku, sebab tadi aku melempar handphoneku ke arah sebelah kiri kasurku, atau setidaknya itulah yang kuingat. Saat, aku sudah merasakan suatu benda berbentuk kotak dan agak tipis di tangan kiriku, aku pun meraihnya dan menggenggamnya, kulihat ada sebuah kata yang tertulis di layar, 'Manager' .
Setelah, kulihat itu, aku pun menekan tombol merah/end call dan menaruh handphone itu di bawah bantalku dengan harapan hal itu dapat meredam bunyi yang ada, jika 'Manager'-ku meneleponku lagi..
Aku pun kembali terlelap selama beberapa waktu, samar-samar kumendengar ada orang yang menekan bel apartemenku, tapi karena aku masih merasa ingin tidur, aku tidak acuhkan saja. Karena sesungguhnya aku hanya menganggap hal itu sebagai mimpi, dan sekarang aku sudah terlanjur terlelap ke dalam dunia bawah sadarku.
pip.. pip.. pip.. pip.. pip..
Setelah beberapa lama, terdengar bunyi 'pip-pip' berulang kali, dengan hanya satu per-delapan dari kesadaranku, aku mulai menyadari suara 'pip-pip' itu, suaranya seperti ada orang yang masuk ke apartemenku dan kerap kali meng-input password yang salah. Mungkinkah aku masih bermimpi?
Semakin lama suara 'pip-pip' itu tak kunjung mereda, akhirnya penuh dengan rasa kesal, karena aku mulai tak bisa tidur akibat dari suara 'pip-pip' itu, aku pun bangun dan mulai mengusap mataku dengan lengan bajuku yang menjulur melewati jari jemariku. Sambil menyeret kedua kakiku dan masih menguap beberapa kali karena akhirnya aku menyadari suara 'pip-pip' itu tidak berasal dari mimpiku , aku berjalan menuju ruang tamu apartemenku.
Kutekan salah satu tombol di layar, dan aku bisa melihat ada seseorang di sana. Tapi aku tidak tahu jelas itu siapa, sebab aku tidak memakai kacamataku, aku tak dapat melihat benda jauh dengan jelas tanpa kacamataku yang tertinggal di kamar.
YOU ARE READING
Marriage Act [COMPLETED] (EDITING-ON HOLD)
Romance[Cerita ini sedang dalam proses pengeditan] Berakting sudah menjadi keseharian dari seorang Arina Devina yang tidak bisa dilepas begitu saja darinya. Menemukan seseorang yang berarti dan ia cintai adalah hal yang tak pernah bisa ia raih. Menikah men...