Still Author's POV
Karena malas mendengarkan perdebatan antara Zayn dan Harry yang Elis yakini tidak ada ujungnya, Ia langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar. Tubuhnya masih sangat lemas. Dia sendiri tidak yakin apa bisa berjalan pulang sampai ke kompartemennya dengan selamat.
Pandangannya tertuju pada tangga menurun yang tepat ada di depannya.
Bagus, bagaimana ini? batin Elis.
Ia lalu merutuki dirinya sendiri kenapa penyakitnya harus kambuh sekarang dan kenapa juga harus ditempat kerja.
"Biar kubantu," ujar Harry yang sudah ada di belakang Elis. Pria itu melihat kalau Elis berjalan agak sempoyongan kearah pintu keluar ruangannya dan dia tau kalau Elis masih sakit untuk bisa berjalan.
"Dimana Zayn?" tanya Elis. Suaranya setipis benang. Benar benar pelan dan halus.
"Kau mencari Zayn?" tanya Harry tidak percaya.
"Kalian kan sedang berdebat tidak jelas tadi. Kenapa kau sekarang ada disini?" tanya Elis sambil memegang pinggiran pegangan tangga. Dia harus berjalan. Harus.
"Biar aku menggendongmu," ujar Harry dan mengabaikan pertanyaan Elis barusan.
"Tidak mau. Aku tidak suka digendong."
"Baiklah," ujar Harry. Gadis keras kepala, batinnya.
Dia langsung mengangkat tubuh gadis itu dengan gaya bridal, tidak memperdulikan wajah kesal yang terpampang di wajah Elis. Sialnya, Elis bahkan terlalu lemah untuk meneriaki, memprotes, atau bahkan meninju managernya ini.
"Lepaskan---aku," ujar Elis sekuat tenaga.
"Tidak ada penolakan," jawab Harry singkat.
Elis sudah tidak punya tenaga sedikitpun untuk menolak Harry. Dia terus saja berdoa agar tidak terjadi hal buruk. Harry membawa gadis itu sehalus mungkin dan setenang mungkin. Tapi tenaga Harry sangat kuat. Dia sendiri takut tubuh gadis itu terjatuh kalau tidak membawanya dengan benar.
Saat sampai di depan mobilnya, Harry melihat kearah Elis yang ada dalam dekapannya.
Dia sudah tidur lagi. Ada apa dengan gadis ini?
Harry membaringkan tubuh gadis itu keatas jok mobil di belakang.
"Ya Tuhan, semoga aku tidak brengsek kali ini," gumam Harry sambil menggelengkan kepalanya dengan mata masih melihat kearah Elisabeth.
◆◆◆
Elis POV
Lapar. Itulah yang kurasakan sekarang ini. Tapi kebingungan melandaku saat merasakan empuknya kasur dengan bantal yang menyangga kepalaku. Rasanya kemarin aku----.
Oh Sial.
Dimana aku?
Aku mencoba membuka mataku sebisa mungkin dan meraba apapun disampingku.
"God! Tanganmu nakal sekali, Elis," ujar seseorang. Itu suara laki laki yang rasanya familiar di telingaku.
Bukan hanya familiar, rasanya aku sering mendengarnya.
Akupun melihat kesamping dan--- Ya Tuhan bunuh saja aku.
"Harry!" pekikku saat melihat siapa yang ada disampingku. Harry, dia bahkan tidak mengenakan pakaian. Maksudku shirtless. Hanya shirtless. Mataku harus berhenti menatap setiap tattoo yang ada ditubuhnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
a cup of tea [h.s]
FanfictionElisabeth Novanta Delancey tidak pernah menyangka kalau ia akan dipindahkan ke cabang cafenya yang baru di London. Semuanya baik baik saja sampai ia bertemu dengan keempat rekan barunya yang tampan dan managernya yang sangat "don juan" itu. Written...