Bagian 14

14.1K 480 7
                                    

"Empat amalan yang paling sulit dikerjakan, memberi ma'af ketika marah, bermurah hati ketika fakir, memelihara diri dari yang haram ketika sendiri, dan mengatakan kebenaran kepada orang yang disegani" (Ali bin Abi Thalib)

Jalal mengikuti Jodha sampai kedepan pintu kamar ammijan

"STOP!" seru Jodha ketika Jalal hendak ikut masuk kedalam

"Jo.. kamu mau biarin aa tidur sendirian hmm??" Jalal merajuk

"Kan sudah kubilang.. aku ga mau tidur disana lagi..apa masih kurang jelas??"

Mendengar ada keributan ammijan menghampiri mereka, "Ada apa sayang?? malam-malam bukannya pada tidur malah ribut" tegur ammijan

"Ammi aku takut tidur diatas, bayangan maling itu terus menghantuiku..boleh ya aku tidur di sini" ucap Jodha seperti anak kecil manja yang permintaannya minta dituruti.

"Tentu saja boleh sayang.." jawab ammijan sambil merangkul pundak Jodha sambil membimbingnya masuk, layaknya seorang ibu yang siap memberikan perlindungan pada anaknya.

Jodha pun bernapas lega, sebenarnya bukan karena maling yang membuatnya ingin tidur di kamar ammijan tapi lebih pada tidak ingin tinggal sekamar dengan ikhwan abal-abal itu, 'Akhirnya bisa lepas juga dari mahluk menyebalkan itu' batin Jodha.

Namun baru saja hendak memejamkan mata, Jalal sudah membuka pintu kamar ammijan, meski yang kelihatan baru kepalanya saja, terdengar suaranya merajuk, "Ammi.. aku juga ikut tidur disini ya.."

Ammijan hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan anak laki-lakinya itu. "Ya..Alloh Jalal, kamu kan anak laki-laki sayang"

"Aku bukannya takut mi.. aku cuma ga bisa tidur klo ga dipeluk istriku" jawab Jalal, mendengar itu Jodha langsung sock

'Jangan-jangan malam ini dia harus tidur seranjang dengan si ikhwan KW itu' batin Jodha.

Adapun ammijan dia hanya tersenyum, "Baiklah.. sepertinya ranjang ammi masih cukup untuk bertiga..masuklah"

Mendengar jawaban ammijan, Jalal tersenyum penuh kemenangan sambil menatap penuh arti pada Jodha.

Jodha melotot pada Jalal, mukanya nampak kesal. Ammijan menggeser badannya ke ujung ranjang, Jodha berada di tengah dan tentu saja ci aa ganjen itu kini tidur di samping Jodha, senyum tidak lepas dari bibir seksinya yang tebal. Berbanding terbalik dengan ekspresi wajah Jodha yang tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya

"Akhirnya.. aa bisa tidur seranjang denganmu sayang" bisik Jalal sangat pelan ditelinga Jodha, khawatir ammijannya mendengar.

Jodha segera mengambil guling, menjadikannya sebagai pembatas, Jodha berbisik ditelinga Jalal, "Ini batasnya! (sambil njunjuk guling), jangan aa lewati!"

Jalal hanya cengar cengir sambil menjawab bisikan Jodha, "Klo masih sadar aa bisa mengontrol anggota badan, tapi klo sudah tidur jangan salahkan aa klo ada anggota badan aa menyebrang kewilayah kekuasaanmu"

Rupanya bisik-bisik mereka mengganggu pendengaran ammijan, "Kalian ini, sudah malam masih saja mengobrol.. ayo segera tidur!" tegur Hameeda

"Iya mi, Jodha kangen katanya.. beberapa hari ini tidurnya kan di RS" mendengar ucapan Jalal, tangan Jodha langsung menjewer telinga Jalal.

Jalal berkata tapi tanpa suara (takut amminya marah) cuma terlihat gerak bibirnya saja, "Ampun Jo..lepasin"

Dengan tatapan sengit Jodha akhirnya melepaskan tangannya dari telinga Jalal, dia pun memejamkan matanya.. kelelahan membuat Jodha segera ada di alam mimpi, namun Jalal masih tetap terjaga, matanya yang kini meredup terus menatap Jodha, mata yang penuh pengharapan, mata yang penuh penyesalah, Jalal bergumam dalam hatinya, 'Apa yang selama ini membutakanmu Jalal? hingga tak mampu melihat mutiara yang indah ini.. meski dirimu berusaha mengelaknya, tapi tetap saja dirimu tidak bisa berhenti mencintainya' sebenarnya jemari Jalal sudah mau mengelus pipi lembut istrinya namun diurungkan lagi niat itu, khawatir Jodha akan terbangun, fikirnya.

Ana Uhibbuki FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang