Bagian 10

13.4K 461 7
                                    

"Ketika sebuah kepercayaan terkoyak, menyulamnya kembali butuh waktu..hanya sesaknya jiwa yang tersisa kala semuanya terlambat disadari"(Seni Hayati, Bandung April 2015)

*****

Sebenarnya Jodha tidak ingin mendengarkan percakapan dalam telepon, tapi ketika namanya disebut dia merasa penasaran dan diam-diam menguping dari balik pintu, terdengar suara Jalal.

"Sabar sayang, sebentar lagi games over..dan aku akan menjadi pemenangnya"

Jalal melanjutkannya lagi "Hah..apa? Jadi kamu melihat adegan diresto itu..hahahaha...udah main detektif-detektifan nih"

Jalal diam sebentar seperti sedang mendengarkan lawan bicaranya, kemudian berkata lagi, "Aktingku bagus kan? apa?.. sempurna.. hahah.. oke.. oke.. jadi tenang saja sayang.. pada waktunya nanti akan aku campakan gadis bodoh itu..dan kamu akan menjadi nyonya Jalaludin"

Hati Jodha serasa ditusuk-tusuk paku yang berkarat..sakiiiiit, merasa dipermainkan, merasa dikhianatai..disaat kepercayaan dan harapan mulai muncul, disaat benih-benih cinta muali menggeser angan tentang ikhwan impian..tapi kini semuanya hancur lebur bak diterjang badai tsunami..pertahanannya hampir saja jebol, namun Jodha meyakinkan dirinya, 'Kau harus kuat Jodha.. bukannya kau seorang superwomen..apalah artinya kehilangan seorang Jalal.. apalah artinya dicampakan oleh seorang pecundang.. bahkan saat ayahmu yang begitu kau cintai memutuskan ikatan denganmu kau bisa setegar baja..sekuat karang di lautan.. yakinlah ini kehendak Robb mu, dia belum layak mendampingi wanita hebat sepertimu, dia belum pantas mendapat cintamu' gumam Jodha dalam hatinya.. dia mencoba memotivasi dirinya sendiri..mengikuti perasaan dengan terpuruk oleh keadaan hanya akan menunjukan klo dia sebagai pihak yang kalah.

Tak berapa lama Jalal menutup HP nya, dan bersiap pergi ke kantor, saat keluar kamar.. Jalal kaget setengah mati melihat Jodha ada di balik pintu, "Jo.. Jo.. Jodha.. bukannya kamu sudah berangkat ke kampus bersama ammi?" tanya Jalal gugup, entah mengapa dia merasa khawatir Jodha mendengarkan percakapannya di tlp, padahal bukannya dia ingin menyakito gadis dihadapannya ini..

Jodha menjawab dengan tanpa beban, "Laptopku ketinggalan, jadi aku balik lagi" Jodha tersenyum manis, ekspresi mukanya biasa saja, seolah dia tidak mendengar apa-apa, diapun masuk mengambil laptop di kamar. Sedangkan Jalal, masih berdiri mematung, namun matanya mengikuti gerak tubuh Jodha.

Jodha masih dengan keriangannya.. menjinjing laptop..dan berlalu dari hadapan Jalal.. "Pa bos.. duluan ya..."

"Jo.. aku antar.. sekalian aa ke kantor"

"Ga usah.. aku naik angkot aja a" teriak Jodha sambil menuruni anak tangga.

"Jo.. tunggu...!!"

"Assalamualaikum a.. semoga harimu sukses.. dah" ucap Jodha sambil membuka pintu.. dia sempat melambaikan tangannya kearah Jalal.

'Kenapa hati ini sakit... kenapa menyakitinya serasa aku menyakiti diriku sendiri... apa yang sudah terjadi denganku' hatinya bergumam dalam kecgelisahan, namun otaknya berkata lain, 'Apa yang kau fikirkan Jalal.. mengapa kau begitu khawatir dia mendengar tlp mu..apa pedulimu menyakitinya adalah tujuan akhirmu.. dia tau lebih awal tentu akan lebih sakit untuknya.. lanjutkan saja.. tidak usak kau pedulikan perasaannya'

Jalal membuang napas, "Huh.." dia pun segera menuju garasi..dan melajukan mobilnya..dari kejauhan terlihat Jodha sedang menyusuri Jalan komplek..memang sangat jarang angkot sepagi ini masuk ke komplek yang mereka tinggali.

Jalal membunyikan klakson, "Tit...tit...tit.." dan segera menepikan mobinya..dia menurunkan kaca pintu mobil, "Jodha ayo naik.. nanti kamu kesiangan"

"Ga apa..apa a, kelasnya masih satu jam lagi" jawab Jodha sambil menunduk, seperti menyembunyikan wajahnya, tangannya sibuk menghapus sesuatu dari pipinya.

Ana Uhibbuki FillahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang