Derai tawa dan bisik-bisik perbincangan sekitarku tidak membuat kegiatanku terhenti. Masih berusaha fokus.
Jemariku terus menari-nari dengan lincahnya di deretan tombol laptopku. Sesekali mengetik lalu menghapus kembali, dan terus berulang.
'Hufttt...' Aku menghembuskan nafasku gusar.
Kepalaku hampir pecah, mengerjakan tugas yang menumpuk disemester dua kuliahku ini.
Kenapa Tuhan menciptakan aku dengan otak pas-pasan?
Aku menggigit pulpen yang ada ditanganku, lalu melirik ke bangku belakang paling sudut
'Hua...Juna, Arjuna Alexander ' pria yang berhasil mencuri perhatianku sejak menginjakkan kaki di kampus ini.
Pria tampan itu, yang selalu memakai earphone disetiap kesempatan, dengan gaya stay coolnya, jarang sekali bergaul, namun dapat menarik perhatianku karena kharisma dan otak encernya yang tak perlu di ragukan lagi.
Mata, hidung, bibir merahnya, terasa sangat sempurna dimataku, sungguh lelaki Impian ku.
'Ya Tuhan...apa yang Kau pikirkan saat menciptakannya' batinku.
"Imel..." Suara cempreng itu merusak lamunan indahku. Aku sontak memutar bola mataku.
Suara Naomi .
'Naomi yohana Zay' sahabatku semenjak duduk di bangku SMA. Sankin dekatnya kami, kami memutuskan harus kuliah di kampus yang sama.
Oh..hey perkenalkan namaku 'Imelda Rain Gunawan'.
Aku langsung mengalihkan pandanganku pada laptopku kembali pura-pura serius.
Naomi mendekatiku
"Imel...kau tau, betapa bahagianya aku pagi ini" ucapnya antusias, "Bastian-- kau tau diakan, dia menegurku di depan perpus. Sumpah demi apa Imel, Aku seneng banget...!" Heboh Naomi memegang tanganku.
Tapi aku pura-pura tidak mendengar, berlagak sedang berfikir.
"Imelda! Kau gak dengar ceritaku hah?!" Kesal Naomi menghempaskan tanganku
"Aw!" Keluhku memandangnya yang masih berdiri disampingku "Hey..aku belum tuli, apa kau gak lihat sepasang telinga disini" ucapku menunjuk telinga kiriku "Walau mataku melihat laptop, telinga ku masih tetap bisa mendengarmu kok" aku kembali mengetik di laptopku
"Sejak kapan kau bisa mengerjakan dua hal sekaligus?"
"Heh--apa maksud mu?!" Aku langsung melihatnya kesal
"Iiia--mengerjakan tugas sambil mendengar curhatku. Hm..Kau yakin dengan apa yang kau tulis itu?" Naomi bicara dengan nada mengejek melirik layar laptopku. Matanya seakan mengatakan 'kau kan bodoh'
"Heh..kau! " Aku melayangkan tanganku yang memegang pulpen ke udara "Jaga bicaramu!" Kesalku, mengurungkan niatku , kembali dengan posisiku "Pergi lah..aku malas mendengar ceritamu. Membahas pria lain padahal udah punya kekasih, huh. Entar aku aduin ama Rey baru tau rasa"
"Heh--sah-sah aja keles. kita kan masih pacaran"
"Kau sama saja dengan Bastian-bastian mu itu, brengsek! Pergilah, temui dia aja sana" kataku mengibaskan tanganku tanpa melihatnya
"Yey... kita kek gini, bukan berarti brengsek, Mel. Kecuali kita ni yah, udah nikah tapi masih berhubungan dengan orang lain baru tuh namanya brengsek. Bastian itu cowo baik kok"
"Hah--terserahlah. Pergi sana!" Aku melirik ke arahnya, lalu mendapati Arjuna berjalan keluar ruangan "Arjunaku" ucapku pada diri sendiri segera bangkit membereskan laptopku dan menggendong tasku "Aku pergi dulu ya sayang " ucapku berlalu dari hadapan Naomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Skypaper"
Romance"Aku mencintainya, sejak pertama kali Tuhan mentakdirkannya untuk bertemu denganku. Tapi apa? Aku serasa layangan yg di permainkan, sebentar aku di jatuhkan sebentar aku di terbangkan, melayang ke tempat yg tak pernah ku bayangkan hingga aku hampi...