3. Sekali Seumur Hidup

9.1K 285 2
                                    

'Menikah?' Ini semua diluar kendaliku.

Ya Tuhan, betapa aku bahagia tentunya karena setidaknya aku tidak perlu lagi mengikuti atau memperhatikan sang 'Arjuna' hatiku dalam diam, karena dalam hitungan hari kami Akan bersanding dipelaminan.

'Hua....'

Bahkan ini sama sekali tak pernah terlintas di benakku, menjadi sepasang 'Suami Istri?'.

Aku menatap buku ditanganku dengan pandangan kosong dengan menopang daguku.

Memang benar, aku pasti pernah mengkhayalkan hal-hal romantis bersamanya. Tapi 'menikah?', Aku tertawa geli membayangkannya.

Tiba-tiba sebuah buku kecil terlempar dimeja depanku, aku menegakkan kepalaku langsung melihat orang yang melemparkan benda itu, dan aku mendapati sesosok orang yang baru kupikirkan 'Arjuna'.  Ini kali pertama dia mendatangiku.

"Selesai kuliah pergilah ke alamat itu, Mama sudah menunggumu disana" Katanya lalu beranjak pergi.

"Hey !" Aku berdiri "Apa kita bisa bicara sebentar?" Aku menatapnya penuh harap.

Dia berbalik "Apa kau selalu ingin bicara denganku disetiap kali ada pertemuan? Aku pikir tidak ada yang perlu kita bicarakan" ucapnya dengan mimik datar.

"Bukan seperti itu " Cemberutku "Aku hanya ingin memastikan apa yang akan menjadi masa depanku" ucapku ragu menundukkan kepala.

"Baiklah" jawabnya malas, lalu melangkah.

Tapi aku masih terdiam di tempat. Aku tidak paham dengan jawabannya. Arjuna menghentikan langkahnya menoleh kepadaku.

"Bukankah kau ingin bicara?" Ketusnya

"Hah? " Aku menegakkan kepalaku memandangnya "Aku pikir kau--"

"Kita tidak mungkin bicara disinikan ?" Kesalnya berbalik meninggalkanku.

Aku segera beranjak berlari mengejar langkah Arjuna. Namun langkah Arjuna terhenti disalah pohon besar yang ada disudut kampus.

"Apa ini tidak terlalu berlebihan ?!" Kesalku dengan nafas yang naik turun, lelah-- mengikuti langkah Arjuna yang dua kali lebih besar dari langkah kaki kecilku, bila dibandingkan dengannya.

Arjuna berbalik.

" Kenapa harus pergi sejauh ini. Toh juga nantinya semua orang akan tau" Kesalku menegakkan tubuhku yang berdiri kira-kira setengah meter didepanya

"Apa kau berharap seperti itu?" Wajahnya masih tetap datar.

"A..apa?"

"Kau berharap kita akan menikah dan semua orang harus mengetahui hal itu?"

"Heh... tidak-- tidak seperti itu!" Aku berusaha mengendalikan kegugupanku.

"Lalu apa yang ingin kau bicarakan?"

Aku menarik nafasku lalu menghembuskannya dengan mencoba menyakinkan diriku. Aku memberanikan diri menatapnya.

"Aku tak bisa menolak perjodohan ini" aku menarik nafas dalam. "Memang aku menyukaimu, tapi bukan berarti aku mau menikah dengan cara seperti ini dengan usia sedini ini. Tapi orang tuaku tidak cukup puas hanya dengan alasanku yang seperti itu" Suaraku mulai serak menahan sesak di tenggorokanku "tapi kau punya alasan. kata mama, perjodohan ini takkan dilanjutkan jika diantara kita mempunyai kekasih--" ucapku gantung

"Sudah kubilangkan--"

"Tidak.." Dengan cepat aku memotongnya.

"Jangan bilang ini bukan urusanku! Aku hanya tak ingin Ada penyesalan diantara kita nantinya" Aku menatapnya yakin dengan mata yang mulai berkaca-kaca "aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup" Aku menggigit bibir dalamku sambil tanganku yang meremas jemariku menahan getaran dari dalam diriku.

"Skypaper"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang