Part 6

5.1K 272 56
                                    

***
Cla's POV.

Aku dan Vino kadang sangat dekat,tetapi kadang sangat jauh seperti saling tidak mengenal satu sama lain.

Aku bingung kenapa sikap nya bisa berubah-berubah.

"Vin?"

"Hmm." Gumam Vino. Aku menghela nafas panjang. Untung di kelas hanya ada Aku dan dia. Itu karena sekarang masih sangat pagi.

"Kamu kenapa sih kayak nya benci banget sama Aku?" Lirihku. Dia menaikkan satu alisnya.

"Gak." Ucapnya cuek.

"Aku kan cuma pengen temenan sama kamu,Vin. Kok kamu kayak gak nerima Aku banget?" Tanya ku pelan-pelan.

"Biasa aja tuh." Ucap Vino mengedikkan bahunya. Aku menghela nafas panjang.

"Kalo Aku punya salah sama kamu,Aku minta maaf. Aku gak bermaksud apa-apa kok,Aku cuma pengen jadi temen kamu Vin." Lirihku.

Vino menatap ku seperti tidak suka.

"Kok lo cerewet banget sih? Serah gue dong mau kayak gimana,mau temenan ato ngga sama lo itu urusan gue. Lo kenapa ngebet banget pengen jadi temen gue? Dasar cewek murahan yang kerjaan nya cuma ngejar cowok doang." Ucap Vino lalu keluar dari kelas.

Sakit.

Satu kata itu yang mendeskripsikan perasaan Aku sekarang ini.

Oke,dia memang sering menyindirku,mengomeliku,membentakku. Bahkan Aku sering menangis setelah dia melakukan itu.

Tetapi kali ini beda.

Dia mengatakan hal yang paling tidak Aku harapkan untuk di ucapkan.

Memangnya salah kalau Aku hanya ingin dekat dengannya? Sekadar berteman saja salah?

Kenapa susah sekali untuk menjadi temannya? Bukannya menjadi temannya,malah mungkin dia semakin membenci ku.

Aku tidak bisa menahan air mataku. Sungguh,ini sangat sakit sekali. Aku selalu mencoba dan ujung-ujungnya gagal.

Saat Aku sedang menunduk karena menangis,tiba-tiba Aku merasakan ada yang memasuki kelasku.

Buru-buru Aku menghapus air mataku dan berpura-pura sedang tidur.

"Cla?" Itu adalah suara Lalita. Aku berpura-pura baru bangun.

"Ya,Ta? Kenapa?" Ucap ku berpura-pura mengucek mata.

"Mata lo kok sembab sih? Lo habis nangis?" Tanya Lalita khawatir. Aku menggeleng.

"Cuma ngantuk." Ucapku tersenyum terpaksa. Lalu,datanglah Aldo dan Vino yang masuk ke kelas juga.

"Lo dari tadi udah dateng,Vin?" Tanya Lalita. Aku melihat ke arah Vino dan dia mengangguk.

"Terus,Claritza beneran tadi tidur? Bukannya karena nangis kan?" Tanya Lalita beruntun.

Vino menaikkan satu alisnya.

"Lah mana gue tau." Ucap Vino mengedikkan bahunya lalu duduk di bangkunya.

"Emang kenapa La?" Tanya Aldo yang Aku rasa sedang bingung.

"Ini,Claritza matanya kayak habis nangis. Tapi dia bilang ngantuk dan kurang tidur." Ucap Lalita menatap ku kembali. Aku menghela nafas panjang.

"Aku gak apa-apa kok,Ta." Ucap ku memutar bola mata.

"Kalo lo ada masalah,gue siap kok dengerin,sebisa mungkin gue bantu." Ucap Lalita memegang bahu ku.

Aku mengangguk lalu tersenyum terpaksa.

Ah itu sangat tidak mungkin kalau Aku menceritakan penyebab dari semua ini adalah Vino. Bisa-bisa Lalita dan Vino malah bertengkar dan Vino tambah membenciku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 09, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AdalvinoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang