Let's enjoy this part XOXO
-----------------------------------------------------
We were made for each other.
Out here forever. I know we were.
All I ever wanted was for you to know.
Everything I'd do, I'd give my heart and soul.
I can handly breathe I need to feel you here with me.
Avril Lavigne - When You're Gone
-----------------------------------------------------
[ Leo POV ]
1 tahun kemudian
Suasana pagi diruangan ini selalu saja tampak sibuk di bandingkan malam hari. Apalagi kini akhir pekan kembali datang seolah mengingatkan diriku tentang sejumlah pekerjaan perusahaan yang kutinggalkan selama ini.
Berulang kali tangan kiriku mencoba menghalangi mulutku yang kembali menguap saat jemariku tanpa lelah menandatangani lembar demi lembar berkas yang baru saja Peter bawakan.
Ya, jika di pikir-pikir kini telah setahun lamanya diriku memilih mengerjakan semuanya di ruangan ini, dari makan, tidur hingga mengontrol perusahaan dengan bantuan Peter yang setiap minggunya selalu membawakan sejumlah berkas yang perlu kutanda tangani.
"Bagaimana keadaan perusahaan Pet?" tanyaku masih sibuk menandatangani berkas-berkas yang menumpuk di atas meja.
"Se.. semuanya baik-baik saja tuan," jawabnya terbata-bata yang berhasil membuatku tersenyum mengerti bahwa dirinya mungkin bisa menyelesaikan semua tugas yang ku perintahkan namun tidak dengan mengurusi seorang gadis yang baru saja masuk dengan wajah kesalnya.
"Kak Pet," panggilnya pelan namun terdengar begitu kesal.
Sebuah senyum sekali lagi menghiasi bibirku saat gadis itu sekali lagi mengomeli Peter tepat di hadapanku. "Kaila kan udah bilang kalau pekerjaan kantor biar Kaila yang mengurusnya," omelnya masih dengan suara yang begitu pelan. "Kakak lagi. Kaila kan udah bilang kalau kakak itu perlu istirahat," ucapnya setelah menarik berkas dan pena yang berada di tanganku. "Lihatlah kakak bahkan lupa untuk mengurus diri kakak sendiri." Tambahnya setelah duduk disampingku dengan kedua tangan yang kini membingkai wajahku.
Senyum perih dengan cepat menghiasi bibirku saat dirinya dengan cepat menenggelamkan wajahnya dalam pelukanku. Lenganku dengan cepat membungkus tubuhnya yang kini bergetar karena tangis yang kini di tahannya.
Kepalaku menengadah dengan cepat saat mataku terasa panas mendengar isak tangis tertahan yang berhasil lolos dari mulut Kaila. Kami merindukanmu Kia. Ucapku seiring dengan pelukanku yang mengerat memintanya untuk mencurahkan semua tangisnya dalam pelukanku. "Apa semuanya akan baik-baik saja, kak?" kepalaku dengan cepat mengangguk menjawab pertanyaannya.
"Hm, semuanya akan baik-baik saja." yakinkan pada diriku sendiri yang bergetar hebat memikirkan hari demi hari yang harus ku lalui tanpa wanita itu. "Semuanya akan baik-baik saja." ulang dengan air mata yang berhasil lolos dari pelupuk mataku saat pandanganku menoleh pada salah satu ruangan steril yang berada tidak jauh dari posisi kami.
"Tapi ini sudah setahun lamanya," ucapnya dengan isak tangis yang sekali lagi berhasil mengantarkan sebutir air mata kembali jatuh dari pelupuk mataku. "Kak Lia bilang.." kepalanya menggeleng menolak melanjutkan apa yang ingin ingin disampaikannya seiring dengan pelukannya yang semakin mengerat.
"Sejak kapan kau tidak mempercayai kakakmu ini?!" godaku setelah melepaskan pelukannya untuk segera menyeka air mata yang memenuhi wajahnya.
"Sejak kakak menjadi zombie seperti ini." balasnya menggodaku seiring dengan tangannya yang terulur menyeka air mata yang masih tersisa di wajahku. Dan hanya butuh beberapa detik hingga sebuah tawa kecil keluar dari mulut kami berdua saat menyadari tingkah kami yang begitu konyol.
KAMU SEDANG MEMBACA
BILLIONAIRE
Literatura FemininaJika dia berpikir akan menjadikanku salah satu permen karetnya -Habis manis sepa dibuang- berarti dia salah memilih wanita. Aku pastikan tidak akan menjadi permen karetmu Mr. Daxon -Kynthia Adora Birclay- Aku akan segera membawamu keranjangku sayang...