[01] Ciara Adrianne

84 14 4
                                    


"Ciaa.. Ciaraa!". Aku hanya menoleh ke arah Valerie yang sepertinya ia sangat senang hari ini. "Lo tau gak Cia, partner yang dibilang sama guru sentrik kita itu bener, dan lo tau gak gue sama siapa? Gue sama Petra"ucap Valerie histeris sambil menunjukkan wajah super bahagianya ke arahku.

"Gue sama siapa Val? Lo ga liat punya gue?"tanyaku yang dibalas dengan gelengan dari Valerie.

"Lo bareng sama Thomas, Cia. Dan gue tau lo pasti senengnya bukan main"ucapnya sambil melirik Thomas yang baru masuk kelas dengan teman-temannya.

Ya Thomas. Cowok yang kulihat pertama kali saat MOS dilaksanakan. Cowok yang dengan gaya cueknya memberikan tanda tangan dengan mudahnya saat itu. Cowok yang dikagumi hampir satu sekolah ini. Cowok yang terkenal dengan prestasinya, medali basketnya, suaranya yang khas, bahkan kehebatannya dalam bermain musik, dan ketampananya. Perfect.

"Lo yang namanya Ciara? Atau gue salah orang?"tanya Thomas yang taunya sudah berada di depan mejaku. Ralat mejaku dan Valerie.

"Iya.. Gue Ciara"jawabku singkat. Thomas mengangguk pelan kemudian menempelkan selembar post it ke atas mejaku.

-Gue tunggu di kafe pulang sekolah, jangan telat-
Thomas.

"Cie Ciaaa.. Seneng nih, ngedate ceritanya sama Thomas?"ledek Valerie yang sukses membuatku sempat salah tingkah.

"Lo sama Thomas?"

"Gue mau tukeran sama lo Cia"

"Gila lo Ciaa, gimana bisa lo sama Thomas"

"Gue deh yang gantiin lo"

Aku hanya bisa tersenyum kemudian menulis kembali catatan untuk ulangan besok. Valerie dengan gaya sibuknya mengusir sekelompok cewek-cewek yang ingin sekali bertukar posisi denganku dan aku sangat mengerti itu. Kalau aku jadi mereka, pasti akan ada pikiran seperti itu juga. Namun, sepertinya kali ini kesempatan langka untukku kan?

****

"Cia apa yang lo suka dari Thomas?" Tanya Valerie penasaran sambil berjalan lebih pelan.

Aku menggeleng, "Gak ada". Valerie menatapku tidak percaya. Pasti semua orang juga akan bingung dengan jawabanku, dan emang pada kenyataan aku tidak tau mengapa aku bisa se-begitu tertariknya dengan Thomas. Aku sama sekali gak punya alasan buat ngejawab itu. "Gue gatau, intinya gue suka dia pas MOS"

Valerie hanya mengangguk pelan, "tapi menurut lo, Thomas kece pas ngapain?"tanyanya lagi yang sukses bikin aku mikir. Dia kece pas lagi apa aja.

"Pas dia main drum"

"Ya berarti lo suka dia karena dia pinter drum kan?"tanya Valerie semakin penasaran. "Eum.. Maksud gue, gue aja suka Petra karena dia bisa masak, nah lo kenapa lo bisa suka Thomas, Cia?"

"Karena dia ga kaya dia"

"Kaya dia siapa Cia?". Valerie menatapku bingung sekaligus penasaran. Ya dia, dia masa laluku, masa laluku yang buruk.

"Ciara!"

Aku menengok ke belakang untuk melihat siapa yang memanggilku sekeras itu. Thomas. Ya dia yang memanggilku. Cowok itu tengah menenteng stik drum di tangannya, pasti dia habis latihan drum.

"Bareng aja ke cafe, mumpung lo masih di sekolah juga"katanya sambil tersenyum tipis. Walaupun cuma tipis, setidaknya dia tersenyum kan?

"Bye Val, c'mon Cia, gue ga bisa pulang sore". Thomas langsung menarik tanganku pelan untuk berjalan mengikuti langkah-langkahnya.

"Lo suka drum?"tanyaku basa basi karena bingung mau ngomong apa. Bener-bener canggung banget. Thomas mengangguk kemudian menatap stik drum di tangannya.

"Ya, gue merasa hidup pas main drum" katanya sambil mendorong pintu kafe dengan pelan sehingga terdengar bunyi bell masuk. Aku hanya tersenyum dan mengangguk untuk menanggapi sedangkan ia sekarang mengecek keadaan laptopnya.

"Sebelom kita kerja, ada hal yang mau gue tanyain sama lo"kata Thomas datar. "Kenapa lo suka liatin gue di kelas?"tanyanya yang membuatku seketika membeku dan bingung harus menjawab apa.

"Lo salah orang.. Thomas, kita baru kenal berapa jam yang lalu"kataku mengelak. Ya memang pasti akan ketauan kan nantinya. "Gue ga mungkin salah orang Ciara". Thomas melihatku dengan sorot tidak sukanya membuatku langsung mengalihkan pandangan ke jendela.

"Gue ga liatin lo Thomas, gue liatin.. Veron kok"

Thomas terlihat sedikit kesal kemudian menghembuskan nafasnya pelan ke jendela kemudian menatapku lagi. "Okay.. "kata Thomas santai lalu menyeruput minuman yang masih dingin di atas meja. Just okay huh?, batinku sedikit jengkel dengan sikapnya.

Aku menahan diri untuk tidak menunjukkan ekspresi kesal dan pura-pura melirik jam yang ada di tanganku, "Iya, jadi sekarang.. Bisa kita mulai kerja kelompoknya? Gue ga bisa pulang sore, gaada kendaraan"kataku panjang lebar yang dibalas dengan senyum Thomas yang err.. Sedikit menyebalkan.

"Gue ngerti lo kode ke gue". Thomas tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya ke arah laptop dengan serius. "Cia, lo cukup temenin gue, gue aja yang bikin"lanjut Thomas kemudian fokus ke arah laptopnya.

Aku perlahan menengok ke arah Thomas, ya sekarang cowo itu sedang fokus atau lebih tepatnya sibuk sendiri dengan tugasnya. Raut santai fokusnya itu membuat aku teringat kejadian itu. Kejadian dimana, aku pertama kali bertemu Thomas, ruang musik. Saat itu, ia dengan santai memainkan drum dan tidak bergabung dengan anggota yang lain, padahal ia ketua osis.

Aku terkaget ketika ada tangan tepat di depan mataku, tangan Thomas. Gila, malu banget deh.  "Udah puas liatnya? Udah selesai nih" katanya santai sambil menyeruput teh yang ada di meja. Aku aja sekarang baru sadar kalau aku sama sekali ga nyentuh teh yang dipesenin sama Thomas.

"Siapa coba yang liatin, geer lo. Udah gue mau pulang"ucapku gugup sedangkan Thomas hanya tersenyum. Oke, sekarang aku baru tau kalo Thomas hobi senyum. "Ayo, gue mau kita makan dulu, laper"perintah Thomas sebelum ia masuk ke dalam mobil.

"Yaelah Cia, lo malu-maluin aja deh"gumamku pelan sebelum menyusul Thomas ke dalam mobil.

🔽🔽🔽

"Cia, makannya yang banyak dong, mumpung gue traktir"kata Thomas sambil mendorong beberapa makanan ke arah piringku. "Gue ga suka cewe ceking tau"lanjutnya lagi sambil tersenyum.

Aku menatapnya bingung, "maksud lo apa sih? Gajelas deh"sewotku sambil mendorong balik makanan itu ke arah piring Thomas. Thomas hanya mendengus sebal kemudian melirik jam di pergelangan tangannya, "udah balik yok, udah sore" ajak Thomas.

"Eum.. Lo tinggal dimana ya? Daritadi gue cuma muterin komplek ini doang"sindir Thomas sambil melirik ke arahku. Aku hanya terkekeh kemudian menujuk salah satu rumah bertingkat dan lebih di dominasi oleh warna abu abu. "Jadi dari tadi kita sebenernya udah sampe rumah lo gitu?"tanya Thomas.

Aku menoleh ke arah Thomas, ya kita. Kita bukan dalam arti bersama, bukan kita dalam arti yang kuinginkan. Kita dalam arti lain, kita dalam arti yang berbeda. "Ya gitu deh hehe.." Jawabku setengah terkekeh. "Gue masuk deh ya, take care, bye" pamitku tersenyum sambil masuk ke dalam rumah.

Aku langsung merebahkan diri ke kasur sambil memejamkan mata membayangkan tentang hari ini yang sangat panjang. Aku kembali memikirkan kata yang tadi diucapkan Thomas dengan santainya 'kita' kata simple itu cukup membuatku berpikir sedari tadi. Ya, aku hanya ingin suatu nanti, kata kita itu bisa berarti bersama sesuai yang ku inginkan. Aku meraih handphone-ku dan mengetik sesuatu kemudian aku melempar barang itu ke sampingku.

CiaraAdr : Val, gue ga bisa moveon kaya yang lo saranin selama ini, gue gabisa Val, sorry ok?

Just HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang