Aku mengernyit pelan melihat dua cowo di hadapanku, Rio tampak santai dan menikmati bakso di depannya sedangkan Thomas tampak memandangiku sambil tersenyum mengerikan dan itu cukup membuatku menjadi cukup takut dengan senyumannya.Valerie menyenggol tangan Thomas kemudian menatap cowo itu sebal, "Senyum lo itu serem tau, Cia aja takut? Yoi ga?"tanya Valerie yang aku balas dengan anggukan.
Thomas langsung menunjukkan raut cemberut yang membuatku dan Valerie menyenggol tangan Rio, "Lo kenapa sih Tom? Sakit?"tanyaku sambil memegang jidatnya tapi tanganku ditahan olehnya kemudian ia menggeleng pelan.
"Gue cuma lagi mikirin lo doang Cia"katanya jujur yang langsung mendapat jeweran manis dari Valerie bahkan ia menatap Thomas garang sedangkan Rio hanya tertawa dengan mulut penuh dengan bakso.
"Lo aneh, broh! Gue takut, jangan jangan lu suka lagi sama Cia"celetuk Rio yang dibalas senyuman lebar milik Thomas.
Aku seketika langsung menunduk, memikirkan apa yang dikatakan Rio. Tapi kenyataannya Thomas hanya nyaman ada di dekatku bukan lebih, bukan lebih seperti yang Rio katakan walau aku menginginkan lebih dan itu sama sekali tidak salah. Rio tidak salah, hanya hatiku yang salah. "Cia jangan nunduk dong, kan gue ga bisa liat muka lo jadinya"bujuk Thomas yang sukses membuatku semakin berharap lebih kepadanya.
"Jangan bikin Cia baper deh lo Mas"sentak Valerie galak sedangkan Thomas langsung melotot pelan.
"Heh gue bukan Mas-Mas tukang bakso yee"komentar Thomas tidak terima dengan panggilan dari Valerie.
"Muka gue ga cocok jadi tukang bakso, ganteng gini, yoi ga Yo?"tanya Thomas antusias yang sukses membuat Rio menjadi tersedak dan langsung meminum coca cola milik Valerie.Rio menatap horor Thomas, "Lo kenapa sih Tom? Kesambet? Kesurupan?"tanya Rio bingung. Sohibnya aja bingung gimana sama aku, aku juga bingung kenapa Thomas jadi aneh semenjak pulang dari pantai kemarin. Thomas menjadi lebih banyak tersenyum, lebih banyak bicara, dan satu lagi yang paling menyenangkan, ia lebih sering melihatku sambil tersenyum, walaupun aku akui senyumannya itu tidak baik untuk kesehatan jantungku.
"Tom, gue mau ngomong sama lo, ayok"ajak gue sambil menarik tangan Thomas menuju arah atap sekolah dengan terburu-buru.
"Pelan aja kali Cia, kaya gini"kata Thomas sambil mengaitkan tangannya dengan tanganku yang seketika membuat sedikit salah tingkah sedangkan Thomas tampak terlihat santai.
"Ada apa Cia? Rasanya spesial amat sampe lo ajak gue ke atap segala"cerocos Thomas sambil menyandarkan badannya ke kaca pembatas.
"Lo kenapa sih? Jadi aneh gitu semenjak pulang dari pantai kemaren?"tanyaku to the point yang dijawab dengan gelengan kepalanya. Aku jadi semakin bingung, bakan Thomas sendiri juga tidak tau?
Thomas menarik badanku untuk mengadap ke arahnya, "Gue gatau Cia gue kenapa, jadi jangan tanya lagi ya sayang"ledek Thomas sambil mengacak-acak rambutku pelan lalu aku tersenyum lebar sambil menatapnya yang tengah asik sendiri dengan rambutku. Aku masih tidak menyangka, dulu aku sama sekali tidak terlihat olehnya, dulu dia bahkan tidak melirikku sama sekali, dulu aku hanya sebagai angin baginya yang hanya lewat kemudian pergi, bahkan ia dulu menatapku dengan tidak suka. Namun dalam sekejab, ia berubah tampak seperti orang yang menyukaiku dan aku menyukainya, sangat bahkan.
"Cia kok gendutan sih?"tanya Thomas sambil menoel-noel pipiku dengan telunjuknya bahkan membuat pola lingkaran disana. Aku langsung cemberut dan memukul lengannya pelan, "Gapapa kok Cia, gue tetep suka"lanjutnya pelan dengan suara bass nya yang sangat terasa di telingaku.
"Gue juga suka kok"jawabku dan seketika itu aku langsung membekap mulutku sendiri dengan tangan kananku. Kulihat Thomas semakin tersenyum lebar bahkan ia mencubit kedua pipiku.
"Suka apa hayoo? Suka gue kan?"
Aku spontan langsung menggeleng dan balas mencubit hidung mancung Thomas, "Kepedean dehh lo"kataku pelan kemudian memandangi jalanan yang tampak terlihat ramai bahkan macet. Terkadang aku berharap, di antara mobil-mobil itu akan ada mobilku dan Thomas, mobil kami. Ya.. Kami kan. Aku hanya terlalu berharap banyak padanya.
"Udah yuk balik udah mau bel nih"ajak Thomas yang langsung kuiyakan, aku mendengus pelan ketika Valerie dan Rio tengah menatapku dan Thomas dengan pandangan penasaran. Aku yakin pasti nantinya mereka berdua akan berjodoh.
Valerie langsung menarikku duduk di sampingnya kemudian mencibir pelan, "Lo tuh ya, jadian bilang dong, gue kan mau pj kali Cia"ucapnya sebal yang membuatku bingung. Jadian? Kalau aku boleh berharap, aku ingin juga seperti itu.
Aku menatap Valerie bingung, "Kata siapa sih Val, boong banget deh"kataku sambil melirik ke arah kiri kanan yang ternyata semua sedang memperhatikanku. Ada yang aneh pasti.
"Duh yang ngomong itu Thomas kali Cia"celetuk Rio sambil menunjuk wajah Thomas yang tengah tersenyum mengerikan.
"Hah cius lo si Ciara jadian sama prince gue si Thomas?"tanya Elsa yang disusul dengan antek-antek di belakangnya. Ya, Elsa itu masuk ke dalam fansclub-nya Thomas. Penggemar Thomas sepertiku namun bedanya mereka secara terang-terangan menujukkan mereka suka Thomas sedangkan aku hanya sembunyi-sembunyi.
Rio langsung menghampiri mejaku kemudian duduk di atasnya, "Yoi, jadi lo jangan ganggu Thomas lagi ya, enek gue liatnya"kata Rio sambil mengusir Elsa dengan gerakan tangannya sedangkan Thomas hanya mengangguk dengan wajah datar tanpa tersenyum seperti tadi.
"Gue sebel tau Cia liat muka si Elsa, kek pengen digaruk rasanya pake tang"ucap Valerie sambil meremas kertas di tangannya dengan kesal.
"Asal lo ga sebel aja sama cewe gue, ya gak, Yo?"tanya Thomas yang dijawab anggukan oleh Rio. Aku masih tidak mengerti dengan Thomas, bagaimana bisa ia bilang bahwa aku itu pacarnya, memintaku untuk jadi pacarnya saja tidak.
"Udah sana, gue gamau ganggu orang baru pacaran"ledek Valerie sambil duduk di depanku sedangkan sekarang sebelahku adalah Thomas.
Ya.. Rasanya memang seperti mimpi bukan? Jika itu hanya mimpi aku hanya ingin tidak dibangunkan terlalu cepat, aku masih ingin melihat senyumnya walau hanya di mimpi. Lagi-lagi aku tersenyum menatapnya, cowo yang kusukai sejak lama, cowo yang kuanggap tidak akan pernah kuraih, cowo dengan segala bakatnya, cowo itu Thomas, tetaplah dia.
"Cia, gue mau cerita nih"kata Thomas yang membuatku sadar dan langsung mengalihkan pandanganku ke arah buku.
Aku mengangguk pelan, "Cerita aja kali , tumben ijin"candaku yang dibalas kekehan pelan darinya.
Thomas tersenyum kemudian mengusap punggung tanganku pelan, "Ya kan cerita sama cewe sendiri ijin gapapa dong"goda Thomas yang sukses membuatku semakin salah tingkah. "Jadi gue mau cerita, Cia harus dengerin loh"lanjut Thomas yang kubalas dengan anggukan.
"Jadi, ini"katanya sambil mengeluarkan sebuah surat dari dalam tasnya. Aku sempat kaget, karena bagaimana pun itu adalah surat dariku selama ini, dan parahnya lagi Thomas masih menyimpannya.
"Gue gatau nih dari siapa, cuma gue udah nemu surat yang sama di loker. Dan surat ini selalu ada setiap gue pulang eskull basket, tapi minggu lalu suratnya gaada"kata Thomas panjang lebar sambil menatap surat itu dengan pandangan bingung.
Aku ingat. Saat itu aku memang berencana menaruh surat itu lagi, tapi tidak jadi karena saat itu hujan deras dan Thomas mengantarkan aku pulang saat itu. "Secret admirer lo kali Tom"jawabku asal.
"Emm.. Cia, gue pengen tau nih siapa orangnya, gue lagi cari itu orang, gue suka sama kata-katanya. Pas banget buat gue, jadi sebelom gue ketemu sama itu orang, pura-pura jadi cewe gue ya"tawar Thomas yang membuatku spontan menoleh ke arahnya.
Aku mengangguk pelan kemudian tersenyum ke arahnya, "Gimana lo bisa ketemu orang itu Tom, sedangkan orang yang lo cari itu gue"batinku pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Him
Teen Fiction"Love at first sight.." Mungkin pribahasa itu benar adanya atau mitos bagi orang tertentu. Namun, pribahasa itu mewakili perasaan Ciara. Gadis berumur tujuh belas tahun itu diam-diam sering memperhatikan Thomas dari kejauhan. Bisa dibilang secret a...