[02] Perasaan yang Tak Dapat Dihindari

69 13 2
                                    


"Ciaaa!!"teriak Valerie heboh ketika aku baru saja meletakkan tasku. Valerie menatapku dengan tatapan yang benar-benar kesal, kecewa? Entahlah. "Maksud lo apa lah Cia? Lo ngirim gue sms kaya gini"cerocos Valerie sambil menunjuk layar handphonenya dengan ganas.

Aku hanya menatapnya santai kemudian menghembuskan nafas pelan, "Astaga Val, masa lo ga ngerti sih? Itu jawaban atas keputusasaan gue tau"kataku santai lalu merebut handphone di tangannya.

"Eh Cia balikin gak lo, sinii elah Cia"protes Valerie sebal sambil menunjuk wajahku dengan telunjuknya.

Aku menyengir pelan sehingga memperlihatkan deretan gigiku yang rata, "Engga dong, gabisa gitu. Gaseru lah kalo gue balikin lo segampang itu"kataku jahil sambil meletakkan handphonenya di ujung jariku kemudian mengangkatnya tinggi. Aku tersenyum jahil melihat Valerie yang tampak kesusahan mengambil handphonenya dari tanganku. Baru kali ini aku merasa ada untungnya bertubuh tinggi.

"Ayo dong Val, ambil sini". Aku semakin berjalan mundur ketika Valerie berjalan semakin maju kearahku. "Astaga Cia, balikin dong elah, cape nihh"ucap Valerie sambil menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya.

Aku semakin berjalan mundur, mundur, dan mundur. Valerie langsung menggelengkan kepalanya sambil melirik ke arah belakangku. Pasti tembok kan? Aku tau itu. Aku hanya menaikkan sudut alisku tanda tidak mengerti. "Apa?"tanyaku tanpa mengeluarkan suara. "Belakang lo"tunjuk Valerie.

BRUKK!!

Aku spontan langsung memejamkan mata, oke masalahnya sekarang, aku tidak merasa bahwa tubuhku menyentuh lantai karena tidak ada rasa sakit. Perlahan aku membuka mata dan.. Aku melihat Thomas sedang tersenyum penuh arti ke arahku. "Cia bangun, gue pegel"ucapnya yang membuatku langsung berdiri dan menghadap ke arahnya.

"Err.. Thank's?"

Thomas mengernyit sebentar kemudian tersenyum lagi, "Ga masalah kok, santai aja kali Cia mukanya"kata Thomas kemudian ia terkekeh. Ya terkekeh.. Membuatku sejenak memperhatikan dia, mungkin bukan aku saja namun semua kaum hawa di kelas ini pun akan bertindak sama denganku. Thomas.. Ya cowo itu akan selalu tampan kapanpun kan? 

"Udah kali liatin sohib gue Cia"komentar Rio yang membuatku langsung tersentak dan menunduk dalam.

"Kebiasaan lo Cia"gumamku pelan.

"Next time.. Lo harus hati-hati, untung ada gue kalo engga? Jangan bikin gue khawatir lagi. Udah yok Yo, gue mau ke lapangan"ajak Thomas kemudian mengacak-acak rambutku lalu pergi.

Aku tersenyum pelan sambil mentap punggung cowo itu, punggung Thomas. Punggung cowo yang kusukai dari dulu, punggung yang kusukai tanpa alasan, dan sekarang pemilik punggung itu mengkhawatirkanku. Ya.. Dia khawatir, dan mungkin khawatir itu berbeda dengan khawatir yang kumaksud. Seperti kemarin...

"Dorr!! Ngelamun aja"pekik Valerie sambil menepuk pundakku tiba-tiba dan sukses membuatku kaget setengah mati. "Terpesona-nya gausah segitunya kalee"ledek Valerie lagi sambil tersenyum setan.

Aku tersenyum gugup, "Apa sih terpesona, engga lah"elakku pelan dan dibalas dengan senyuman maklum Valerie. Valerie menepuk pundakku pelan kemudian menghela nafasnya pelan.

"Gue tau lo suka banget sama Thomas, tapi lo jangan sampai jatuh terlalu dalam Cia"kata Valerie pelan. Aku tersenyum simpul kemudian mengusap pergelangan tangannya, "Cie khawatir nihh Val?"ledekku sambil tersenyum lebar.

Valerie memutar bola matanya pelan, "Gue ga bercanda Cia, gue cuma mau lo tau kalo gue udah ingetin lo sebelomnya"katanya kemudian memasukkan beberapa bukunya ke dalam tas. Aku hanya menatapnya bingung. "Kok diberesin Val?"

Just HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang