2

1.9K 110 2
                                    

-||-



L a s
V e g a s



-||-



Jangan membunuh dirimu sendiri dengan hal-hal yang kau anggap adalah sumber kebahagiaanmu.



-••-



PAPA benar-benar tidak main-main dengan ucapannya. Bagaimana tidak, saat ini aku sudah menginjakkan kakiku di Las Vegas, ya ampun rasanya aku ingin cepat-cepat sampai di apartemen yang Papa miliki disini. Kurasa aku sedang mengalami jet lag setelah terbang selama 18 jam.

Bayangkan, aku berada di dalam pesawat selama 18 jam. Setidaknya, besok sajalah aku mengurusi perusahaan yang hampir bangkrut itu.

Aku cepat-cepat melangkahkan kakiku untuk keluar dari airport, lalu aku mengedarkan pandanganku untuk mencari jemputanku. Ah itu dia Mr. Gideon anak buah Papa yang berada di Las Vegas, dia sedang memegang papan nama yang tertulis dengan namaku.

"Halo, Mr. Gideon?" aku menyapanya sambil tersenyum.

"Ah, ya, halo Miss. Collins, maaf aku sempat tidak mengenalimu. Maklum karena aku tidak bertemu denganmu lama, dan oh, kau sudah berubah menjadi gadis yang sangat camtik sekali." katanya yang langsung membuat pipiku memerah karena malu.

"Terimakasih, Mr. Gideon," aku menanggapi Mr. Gideon dengan mengangguk dan tersenyum.

"Gideon saja, Miss." katanya.

"Oke, kalau begitu, panggil aku Bibel saja. Kedengarannya lebih baik." kataku dan langsung ditanggapi dengan anggukannya.

Lalu aku melangkahkan kaki ke arah mobil dan dengan cekatan Gideon membukakan pintunya untukku. Ya ampun, harusnya dia tidak perlu seperti itu, lagipula aku bisa membuka pintu sendiri.

Setelah menaruh semua barang-barangku di bagasi, Gideon agak berlari kecil untuk menuju tempat kemudinya, dan dia langsung menjalankan mobil menuju apartemen Papa.

Selama perjalanan menuju Apartemen aku hanya memejamkan mataku dan bersandar di jok belakang, menghilangkan rasa lelah sebentar, Gideon pun tidak mengajak aku mengobrol, sepertinya dia tahu aku kelelahan.

Baru saja aku akan pergi ke alam mimpi, lalu aku merasakan seseorang mengguncang tubuhku dengan pelan. "Maaf, Miss- maaf maksud saya Bibel, kita sudah sampai di apartemen." Ah rupanya aku sudah sampai di apartemen.

"Ya, terimakasih Gideon. Jangan panggul aku Miss lagi ya." ucapku seraya keluar dari mobil dan langsung melangkahkan kakiku menuju apartemenku selama berada di Las Vegas.

Setelah sampai di apartemen, Gideon membuka pintunya dan mempersilahkan aku untuk masuk, lalu dia memberi kunci apartemen kepadaku. Aku melihatnya akan membereskan barang-barangku, oh Gideon terlalu baik.

Aku langsung menghampirinya, "Tidak apa Gideon, aku saja nanti yang membereskan. Terimakasih, sekarang anda boleh pergi." kataku sambil tersenyum, "Baiklah, kalau begitu saya permisi dulu. Have a nice day, Bibel."

"You too, Gideon." ucapku sambil tersenyum, lalu setelah dia pergi aku mengunci pintu dan menuju kamarku. Dan kuberi tahu, di apartemen ini terdapat 2 kamar omong-omong.

Hari ini aku tidak berniat kemana-mana, aku ingin mengistirahatkan tubuhku sejenak.



-••-




11:00 PM, 9 Juli 2015.
Sky Panic Club - Las Vegas.

Dentuman musik sangat terdengar hingga sudut manapun di ruangan ini. Di bagian dance floor banyak sekerumulan orang yang menikmati musik yang berdentum kencang, sambil kebanyakan dari mereka memegang gelas berisi minuman dengan bermacam akohol ditangan nya.

Mereka meminumnya seolah-olah mereka tidak pernah menemukan air setelah sekian lama.

Pernah dengar kota Las Vegas dijuluki dengan sin city? Jika tidak, mari diperjelas secara singkat. Sudah sangat biasa dan tidak awam lagi semua orang dari penjuru dunia tahu, bahwa di Las Vegas merupakan kota yang memiliki banyak Kasino. Kota yang didalam nya jika orang bermain judi sudah sangat lazim disana, hampir di seluruh penjuru dikota ini bertebaran club.

Kalian sudah tahu kan jika mendengar kata club, kalian pasti sudah bisa membayangkan apa yang ada di dalam nya.

Beralih dari dance floor, di meja bartender terlihat lelaki yang parasnya sempurna, paras yang membuat wanita disekelilingnya melihatnya mungkin sampai mata mereka jatuh ke lantai.

Terlihat lelaki memakai pakaian yang sangat urakan, dengan celana ripped jeans, dan baju polo yang sempurna melekat di tubuhnya yang atletis, serta jaket kulit berwarna hitam di sampingnya, tak lupa sepatu kets terbaru Adidas yang terlihat sangat sempurna di kakinya.

Terlihat laki-laki itu yang dikenal oleh orang-orang yang sudah sering ke klub ini bernama Dane. Dia memegang gelas ditangan nya sedari tadi dan menengguk minuman nya tanpa henti. Maksudnya, dia menengguk minuman nya, tentu saja alkohol, tanpa henti, bila minunan digelas nya itu sudah habis dia selalu meminta lagi dan lagi pada bartender yang ada di depan nya.



-••-



[ D a n e ]

Aku menengguk minuman yang berada di tanganku tanpa henti. Sudah 4 botol yang aku habiskan malam ini, aku meminum kembali entah sudah gelas ke berapa yang sudah ku minum. Ketika aku tenggak cairan itu, rasa panas dan masam yang pekat langsung mengaliri tenggorokan ku.

Ya ampun betapa enaknya. Sambil menikmati musik yang ada di ruangan ini, dan pemandangan yang, ya- you know what I mean, man.

Tempat ini benar-benar menjadi tempat favorite-ku, aku bisa menghabiskan berbotol-botol sepanjang malam disini. Dari pada aku dirumah dan mendengarkan ucapan si tua bangka itu, lebih baik aku disini kan? Bersenang-senang, menikmati hidup yang indah ini.

Ah sial, kepalaku benar-benar terasa pusing sekarang. Gila. Sudah berapa botol yang aku minum?

Aku mendengar suara, seseorang memanggil namaku, "Hei, Dane," perlu beberapa waktu bagiku untuk mencerna suara siapa itu.

Ah, ya. Itu suara Xavier, sahabatku. Heran jika lelaki sepertiku mempunyai sahabat, eh?

"Hm," kataku berdehem sambil berusaha membuka mataku, melihat dia yang berada di sampingku.

"Ayo kita pulang, kau sudah menghabiskan hampir setengah lusin botol, man. Kau bisa mati muda jika seperti ini terus," Xavier berkata benar-benar seperti orang tua.

Aku hanya mendengus mendengar ucapan nya. Kalian terheran lagi kan? Kenapa Xavier tidak ikut minum, tapi malah menyadarkanku untuk tidak meminum minuman itu kembali? Biar kujelaskan, Xavier yang sok tampan itu, oh ralat dia memang tampan.

Dia memang sangat anti dengan yang berbau dengan alkohol, lalu kalian pasti bertanya, kenapa dia berada di sini jika dia membeci alkohol? Itu karena aku berada disini, sudah kukatakan kalau dia itu sahabatku kan?

Aku heran padanya, kenapa dia sangat membenci alkohol, padahal kau tau? Ini benar-benar enak, kau harus mencobanya.

"C'mon man. Kemari, bergabung denganku, kaku sekali hidupmu, sudah 24 tahun tapi belum pernah menyentuh alkohol sama sekali." Aku berusaha membujuknya bergabung denganku, aku benar-benar malas jika harus dibawa pulang olehnya.

"Sial kau ini. Kalau tidak diseret pulang, kau pasti akan tetap berada di sini sampai kau mati karena meminum minuman sialan itu."

Tanpa aba-aba aku merasa tubuhku sudah terhuyung di bawa- oh, tidak. Tepatnya diseret oleh Xavier, untuk keluar dari club ini.



-••-



Kritikan dan saran akan sangat membantu saya untuk memperbaiki tulisan saya.

Jadi, bagian mana yang paling kalian suka?

A DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang