1

10.3K 273 5
                                    

"Bagaimana? Apa Kau menerima tawaranku?" tanya Harris dari seberang telepon membuat Trash duduk di kursi dalam rumahnya sebelum menyulut rokoknya. Tak menanggapi tawaran Harris.

Trash mengedarkan pandangan ke seluruh sudut untuk membandingkan keuntungan yang akan didapatnya andai saja dia menerima tawaran Harris.

Sebuah ranjang kecil pendek yang hanya dialasi kasur tipis setua seprei yang terpasang di atasnya, lemari buku yang hampir menutupi sepanjang dinding samping jendela, perapian yang hanya sesekali dipakainya, dan sebuah kursi – memang hanya itu satu-satunya kursi yang ada di dalam rumah Trash – sangat reyot yang Trash yakini akan patah jika ia duduki tiga kali lagi. Hanya itu barang milik Trash di rumah pondoknya dalam pengasingannya selama ini.

Bukan karena Trash orang miskin tapi karena dia tidak ingin membuang tenaga untuk membuat rumah yang lebih besar. Dia yakin tidak akan ada tamu yang datang ke rumahnya. Tidak juga teman-temannya – Trash memang tidak punya teman kecuali Eloisa Frost.

Seperti namanya, Trash adalah sampah bagi kebanyakan orang yang mengenalnya. Alasannya tidak masuk akal, karena Trash adalah pesona, cinta, dan perang.

Teman-temannya mengirimnya ke negeri antah berantah yang tak berpenghuni – manusia. Mereka ingin Trash mati di sana hanya karena Trash sering membuat kekacauan kecil. Sebenarnya tak bisa disebut kecil karena membuat para wanita bahkan rela saling membunuh untuk mendapatkannya. Sering pula memicu perang hanya untuk bersenang-senang – bagi Trash hal itu memang hanya sekadar main-main. Selera humor merekalah yang perlu diperbaiki.

"Pikirkan lagi Trash. Jika Kau tidak menerima tawaranku entah kapan lagi kau punya alasan untuk keluar dari sana," ucap Harris lagi, membuat Trash terkekeh.

"Apa Kau pikir tawaranmu sangat mempengaruhiku? Jika Kau pikir aku tidak memenuhi syarat yang sangat sempurna untuk pekerjaan ini, kenapa Kau meneleponku, Pecundang? Memohonlah padaku gadis manis," kata Trash mencemooh dengan santai membuat Harris mengumpat di seberang telepon.

"Oke. Baiklah. Kau memang tidak pernah terpengaruh, ya Sampah," Trash terkekeh mendengar amarah dalam nada bicara Harris.

"Bukan begitu caranya memohon dan aku sudah cukup ramah mau mengangkat telepon tidak penting darimu," kata Trash sebelum Harris mematikan ponselnya.

Ponsel yang digunakan Trash dan kaum Elf seperti Harris memang berbeda dengan ponsel manusia pada umumnya. Ponsel tanpa radiasi dan gelombang frekuensi. Bahkan mereka bisa menggunakannya di perut bumi sekalipun. Yang dibutuhkan untuk memfungsikannya hanya pikiran mereka.

Trash melemparkan ponselnya ke atas ranjang sebelum menghisap habis rokoknya. Rokok yang dibuatnya sendiri dari perkebunan tembakau di belakang rumah kecilnya. Pohon-pohon tembakau yang ditanam sendiri oleh Trash untuk kebutuhan rokoknya sepanjang keabadian.

Bisa dibilang semua tumbuhan dan hewan dapat hidup di negeri antah berantah itu, tanpa terkecuali. Beberapa hewan yang sulit ditemukan di negeri lain dan hanya bisa dijumpai di negeri tertentu pun sudah dilihat Trash di sin. Ikan Piranha, Komodo raksasa, dan ular besar Anakonda sudah bukan hal baru lagi bagi Trash.

Sesekali Trash harus memakan gajah atau apa pun yang ditemukannya jika dia terdesak untuk mengobati rasa laparnya dan tidak menemukan hewan lain untuk diburu.

Trash mengusap rahangnya yang sudah ditumbuhi cambang sebelum memikirkan kembali apa yang dikatakan Harris tadi.

"Di sini sedang ada masalah. Adikku Breanna diculik oleh salah seorang anak dewa kematian dan kami belum menemukannya hingga delapan bulan ini. Apa Kau mau menerima tawaranku untuk mencarinya? Membantu pengawal-pengawal ayah? Sharon juga akan membantu."

ACE is ICE (Frost Family Seri 2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang