DM

179 11 5
                                    

Sudah beberapa gig theovertunes tak aku datangi. Banyak sekali alasan yang muncul. Mulai dari UKM di kampusku, yang mengharuskan aku untuk selalu datang di studio setiap aku selesai kuliah. Dan akhirnya selalu pulang malam. Weekend ku habiskan di rumah atau, sekedar makan dengan cello.

Cello dan aku selalu berusaha untuk tetap bertemu di weekend. Kadang aku menceritakan tentang theovertunes pada cello. Terutama soal mikha, kuceritakan semua yang aku rasakan selama ini. Cello lebih sering diam mendengarkan ceritaku. Aku tak perlu saran darinya. Aku hanya butuh bercerita. Aku tak mungkin menceritakan hal ini pada gea. Dia naksir mikha, teman macam apa aku bila aku menceritakan pria yang di taksir sahabatku sendiri pada sahabatku. Bahkan menjelaskannya dengan kata-kata saja sudah sulit.

Kadang cello menghentikan ceritaku dan mencari topik lain. Mungkin dia bosan mendengar ceritaku. Cello pernah bercerita, bahwa "mereka" aka "theovertunes" pernah menanyakanku.

Aku hanya datang saat ulang tahun reuben dan mikha. Tapi hanya sekedar datang. Tak ada cerita menarik yang terjadi. Aku dan theovertunes selalu berbincang bila bertemu, tapi bila di chat entah aku salah apa, tapi mikha seperti ketus denganku.

Apa salah ku padanya? Apa aku terlalu mengganggunya? Tapi sudah lebih dari satu bulan aku tidak 'menyemangati' nya lagi. Aku lupa, mencoba melupakan. Dan kesibukanku benar-benar menolongku.

Aku merasa sedang menaiki rollercoaster bila sedang memikirkan theovertunes. Kadang aku merasa senang. Aku mengira mereka sudah cukup dekat dengaku, seperti sudah di atas. Tapi sedetik kemudian aku sudah berada di bawah lagi, seakan mereka tak mempedulikanku, terutama mikha.

Aku rasanya ingin meminta maaf pada mikha. Apapun itu kesalahanku padanya. Bahkan bila aku tak punya salah sekalipun rasanya aku ingin tetap minta maaf pada mikha.

Maaf.

Maaf aku telah mengganggunya.

Bila maaf bisa membuatnya kembali seperti dulu saat awal aku tau nomor telfonnya. Aku akan mengucapkan beribu-ribu maaf untuknya.

Padahal bila di pikir-pikir, pertemuan terakhir ku dengannya tak ada masalah sama sekali. Aku tak merasa telah berbuay bodoh atau apapun yang berkemungkinan besar membuat mikha menjauh seperti sekarang ini. Bahkan aku tak berani lagi menanyakan kabarnya.

Aku takut.

Aku takut dia bersikap cuek dan acuh kepadaku

Takut dia membalas seadanya, seakan aku menganggu.

Jujur aku merasa cukup bersyukur dengan kesibukanku sekarang. Setidaknya perasaan aneh ini sedikit pudar, meskipun terkadang saat malam, aku dengan tiba-tiba memikirkan mereka.
Memikirkan mikha.

Aku merindukan aku dan theovertunes yang seperti dulu. Aku merindukan mikha dan aku yang seperti dulu. Aku rindu aku yang seperti dulu. Yang tak peduli dengan segala kelakuan cuek mikha.

Dan sekarang 2013 sudah akan berakhir. Natal sudah berakhir.

Aku merenung diam di dalam kamarku. Aku masih belum tau, malam tahun baru ini akan ku habiskan bersama siapa? Apa ku ajak cello saja? Tapi kemana? Atau diam saja di rumah dan melakukan movie marathon saja dengannya? Ah tidak. Aku rasa aku hanya ingin sendiri.

Jam berapa sekarang? Ah sudah jam dua pagi. Aku mengambil handphoneku yang sedari tadi aku charge. Ada dm...
Dari...

Dari mikha

....

....

....

'Oi'

?????

Ada apa? Satu jam yang lalu? Kenapa harus lewat dm?

Aku memang tak pernah lagi membuka chatku dengan mikha.

Our StoryWhere stories live. Discover now