Jakarta - Thailand

134 14 5
                                    

Hari ini aku sudah mulai kuliah lagi seperti biasa. Hanya saja hari ini cello yang mengantarku ke kampus, bahkan sampai kelas. Dan ini pertama kali nya setelah dua tahun aku berkuliah, cello mengantarku sampai kelas. Alasannya sih takut aku pingsan, berlebihan memang manusia itu.

"Itu tadi yang namanya cello ya?" Tanya rico yang segera duduk di sebelah ku.

"Tadi kamu liat?"

"Yang tinggi kan? Gila, lo kenapa ngga sama dia aja sih line. Gue yang cowo aja pasti bakal milih dia" ucap rico sudah bergosip di pagi hari

"Yaudah sana pacaran aja sama cello. Mau aku kenalin?" Aku menatapnya dengan tatapan mengejek

"Ya ngga gitu juga kali. Nih ya san lo pasti juga bakal bilang cello ganteng kan?"

Sania terlihat kaget.

Bagaimana tidak. Aku dan sania tau jika sania memang punya rasa dengan cello. Tak perlu di bahas lagi

Aku hanya bisa tertawa.

Dan perbincangan ini terpaksa di hentikan karena dosen sudah datang.

*****

13:00

"Lo balik sama siapa?" Tanya rico

"Kenapa? Mau anter? Atau mau ke rumah cello? Mau kenalan?" Lagi-lagi aku menggoda rico. Dia jelas salah berbicara pagi ini. Karna kata-kata nya akan menjadi mainan ku sampai beberapa hari ke depan.

"Dih gila lo. Engga, gue kasian aja sama lo, kaya masih ringkih"

"Iya line kamu balik sama siapa jadinya?" Tanya sania

"Cello sih, tapi dia bilang dia jam setengah tigaan baru bisa jemput, dia ada kelas sampe jam 13:45"

"Yaudah ke kostan aku aja dulu gimana?" Ide sania

"Kita makan aja gimana? Aku juga laper nih soalnya" ucap ku memberi ide, yang kurasa lebih baik.

"Ikut ya ikut! gue ikut" ucap rico memohon

"Duh tau banget biang gossip kepo kita mau ngomongin cello sama tov" canda sania.

Rico sudah menunjukkan deretan giginya yang rapih.

"Ayolah gue yang traktir, dan gue lagi gabut"

Jangan di tanyakan lagi. Rico memang super kaya.

"Iya co, ngga papa"

*****

Sekarang rico sudah tahu bahwa aku sempat nonton bersama mikha. Dan dia menginterogasiku seakan akan aku adalah seorang penjahat yang tak bisa di beri ampun.

"Tunggu aja sampe nanti mikha jemput lo di kampus" ucap rico lalu meneguk minumannya.

"Ngga mungkin. Hal paling mustahil"

"Kalo dia hari ini ternyata jemput lo gimana? Tiba-tiba gitu misalnya"

Aku dan sania hanya bisa menertawakan kelakuan rico. Dia benar-benar ceria. Dia bisa membangkitkan mood semua orang yang sedang buruk sekalipun.

"Itu lebih ngga mungkin lagi"

"Kenapa?" Tanya sania

"Mereka lagi di thailand yakali mikha tiba-tiba di sini jemput aku. Pake apaan? Pake pintu ke mana saja?"

Kami sudah tertawa terbahak sekarang. Mungkin satu kafe ini sebagian sudah melihat ke arah kami.

Aku dan sania menutup mulut kami.

"Sttt jangan berisik"

"Mana cello katanya jam setengah tiga jemput" tanya sania

"Bentar bentar" ucapku

Our StoryWhere stories live. Discover now