I love your eyes

1.7K 73 0
                                    

Malam semakin larut tapi aku, Sahira, dan Rezy masih bercanda di balkon. Tiba-tiba ponselku berdering. Aku mengangkat telfonnya sambil segera berlari kecil keluar kamar dan berbicara di luar kamar hotel. Mama telfon.

"Halo ma?"

"Apa kabar thalia? ternyata kamu belum tidur."

"Baik ma. Mama lagi apa?"

"Mama lagi nonton film. Bams dan Elreno yang mengajak mama. Kamu lagi apa kok jam 11 gini belum tidur?"

"Ah masih becandaan aja sam Sahira ma."

"Sama rezy juga kan?" tanya mama. Mampus si mama tau kalau rezy sedang di Bali juga.

"Rezy kemarin meminta izin untuk menyusul kalian di Bali. Mama izinkan dengan syarat tidak boleh macem-macem dengan anak mama dan keponakan mama." sambungnya.

"Oh gitu. Iya dia baru sampai tadi sore."

"Yasudah nak, silahkan lanjutkan saja. Mama juga sedang bersenang-senang disini bersama Bams dan Elreno. Salam untuk yang lain ya" kata mama sambil mematika telfon.

Ternyata mama sudah tau kalau ada Rexy disini. Rezy bahkan yang meminta izin pada mama. Rezy sangat gila. Tak sadar aku menelfon mama sambil berjalan sampai dekat tempat spa. Aku segera menuju kamar. Tiba-tiba aku melihat seorang pria dengan tinggi sekitar 20cm diatasku. Tinggiku saja 175. Yaampun tinggi sekali dia. Aku berjalan agak minggir karena bisa saja kami bersenggolan jika tidak menyampingkan badan. Aku ingin melihat wajahnya. Dia menggunakan kemeja putih panjang yang lengannya dililit sampai siku. Pria akan sangat seksi jika melakukan hal itu. Oh Tuhan, aku semakin ingin tau siapa dirinya. Tak sadar dia menghalangi jalanku dengan badannya tepatnya dadanya yang sangat bidang itu.

"Permisi miss, apa kau tahu dimana letak Meeting Room 2?" tanyanya tiba-tiba yang sontak membuatku menatap matanya. Sangat indah. Coklat yang memukau. Aku harap dia melihat mataku juga. Bahkan aku tak kuat menggenggam gelas wine dan ponselku yang ada di tangan kiri.

"Permisi?" ucapnya lagi denga suara seksinya.

"Oh itu. Disamping kamar 306 kan ada pertigaan, nah lurus jangan belok kiri. Meeting room 2 ada disebelah kiri setelah pertigaan tersebut persis" jawabku dengan tenang berharap dia masih menatapku.

"Oh disana, terimakasih ya. Maaf aku buru-buru" ucapnya sambil agak berlari. Dia bahkan masih terlihat seksi ketika berlari. Aku harap dia termasuk dalam daftar liburanku ke Bali ini. Tapi tunggu. Tadi kulihat ada sebuah pin di dadanya. Dasi panjang yang dia jepit. Ah dia siapa. Buat apa memikirkannya. Dia pasti jauh lebih tua dibandingkan denganku. Umur 17 tahunku ini tidak pantas baginya.

Aku berjalan kembali ke kamarku tanpa melupakan pria tadi. Mungkin dia berumur 25 tahun. Atau sekitar 26 tahun. Harapan yang ada di benakku adalah aku akan dipertemukan dengannya. Namun aku tahu dia begitu sibuk jadi kemungkinannya kecil untuk aku bertemu lagi dengannya.

Setibanya di kamar, aku melihat Rezy dan Sahira yang msh berada di balkon. Saat ini Sahira berada di pangkuan Rezy. Pemandangan malam ini makin indah. Mereka semakin membuatku terharu. Aku lebih memilih untuk pergi tidur saja. Tak akan sama sekali aku menganggu mereka. Kutarikkan selimut sampai menutupi dadaku. Aku mencharge ponselku. Tak peduli denga mereka yang sedang bermesraan. Aku hargai itu.

Aku mulai memejamkan mataku. Tetap saja otak ini tak melupakan pria tadi. Pria itu sangat hebat membuat seorang Thalia memikirkannya sepanjang malam. Bahkan tidak hanya otakku yang memikirkannya. Hati ini serasa sedang didorong oleh pikiranku untuk mendekatinya. Apa-apaan ini ? Apa aku menjatuhkan hatiku padanya. Tapi mana mungkin secepat itu bahkan terhadap pria yang tak kukenal sekalipun.

You're My PilotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang