"Saya sudah yakin pak ustad, jika perempuan itu bersama kedua anaknya ulah dari semua ini" Pak hasno dan beberapa warga kampung lainya terus meyakinkan Ustad Fikri tentang apa yang baru saja mereka lihat didalam hutan sana.
"Pak hasno liat sendiri?" tanya ustad fikri
"Saya memang tidak lihat, tapi saya mendengar sendiri ada tangisan dari rumah itu" Pak hasno semakin yakin.
"Ia betul pak ustad saya juga dengar" Mas didit juga ikut memperkuat kata kata pak hasno"
"Mas didit, pak hasno. Jangan dulu berburuk sangka bisa saja suara bayi itu memang anaknya bu halimah atau mungkin anak kerabat atau saudaranya"
"Tapi ustad, kita kan tau sendiri bu halimah hanya tinggal dengan dua anaknya. Lagi pula saya semakin curiga pada keluarga itu. Dari semenjak kedatanganya kesini saya sudah ganjal sama mereka. Pertama mereka lebih memilih mendirikan rumah ditengah hutan dibandingkan diperkampungan warga, lalu sudah tiga bayi dari warga kita hilang pak ustad. Kurang bukti apalagi" Pak hasno semakin mantap jika Ibu halimah perempuan yang mendirikan rumah ditengah hutan sana nampaknya tidak beres.Lalu mas didit memberikan saran agar nanti malam diadakan musyawarah warga agar mendapat mufakat yang baik untuk keamanan dan kebaikan warga kampung situ cekung. Ustad fikri langsung menyetujui pendapat mas didit barusan.
**
"Andra...." faisal terus mencari andra, kini bukan hanya ia dan teman teman satu sangganya tapi seluruh peserta pengukuhan dan para senior ikut terjun langsung mencari andra. Fathan dibuat paniknya kali ini. Ia jadi teringat ucapan ibunda andra ketika sebelum berangkat pengukuhan.
"Than, ibu titip andra loh dia ini kadang kalo main dihutan suka gegabah . Kadang juga sampe lupa makan segala. Pokonya awasin dia terus ya"
"Ibu tenang aja, fathan pasti jagain andra kok" fathan merasa mendapat suatu kehormatan dari ibunda andra. Sementara andra hanya manyun saja mendengar percakapan sang ibu dengan fathan.
"Gimana sal, ketemu?" tanya fathan pada faisal
"Belum kak" kata faisal dengan suara ngos ngosanya.
"Itu anak emang dari awal selalu cari gara gara. Sadar gak sih, kita udah banyak ngebuang waktu hanya untuk mencari bocah tengik itu. Bukan Cuma itu acara kita juga berantakan" kata ajeng pada fathan dengan nada sangat kesal.
"Jeng, ini itu musibah. Ini tanggung jawab kita sebagai senior. Sebagai panitia dewan ambalan. Kalo andra tidak ditemukan.? Siapa yang kena salah.? Kita, ini menyangkut nama ambalan kita" fathan terdengar seperti membela andra memang, mungkin begitulah sebenarnya.
"Gue bingung deh sama lu than. Gue tau si andra itu temen masa kecil lu. Dari kecil kalian selalu bersama. Tapi lu gak harus menganak emaskan dia kan than.?" Erika membela ajeng kali ini.
"Siapa yang menganak emaskan dia sih ka,? Gue gak pernah beda bedain siapapun" Fathan terbakar emosinya kali ini tak peduli ia sedang dilihat oleh beberapa junior yang masih mencari andra disini.
"Udahlah, kalian kalo ribut terus percuma. Mending kita cepet cari andra sekarang. Liat tuh udah mau sore. Kasian juga kan andra kalo sampe malam kita gak nemuin dia" Jendra salah satu senior yang terlihat kalem, kali ini terpaksa ikut nimbrung kedalam percakapan teman temanya itu yang selalu ribut dan ribut. Jendra sendiri bukan orang yang senang dengan keributan. Tak salah ia banyak disukai oleh beberapa junior putri.
**
Darah segar masih menetes dari lutut kaki kiri andra, ia sendiri bukan anak lelaki yang cengeng tapi luka akibat kena bongkahan batu besar itu kali ini cukup membuatnya tak berdaya. Ia menunduk menghela nafasnya, berusaha agar menahan sakit dari luka itu. Tapi sepertinya luka yang menyarang dilututnya kali ini sangat amat perih. Rasa nyeri karena mengelilingi lapangan saja belum hilang tapi kali ini munculah rasa nyeri baru yang sangat menyakitkan. Ia jadi menyesal karena pergi kesungai untuk mencari air. Jika seandainya ia jujur saja pada teman temanya itu bahwa ia haus, tak perlulah ia meneguk air disungai sana. Atau jika setidaknya ia bilang pada mereka dan meminta antar faisal atau yang lainya mungkin takan seperti ini ceritanya. Andra kali ini benar benar terjebak dalam situasi mengerikan. Langit sudah mulai gelap sementara ia masih duduk bersandar pada sebuah batu besar. Bagaimana ia akan berdiri tagak untuk segera kembali ke tenda, jika kakinya saja tak mampu untuk berdiri tegak.
KAMU SEDANG MEMBACA
RITUAL
FantasyAndra Alfattah baru saja masuk kesalah satu SMA yang cukup terkenal di jakarta. Kejadian ketika Pengukuhan Pramuka mempertemukan Andra dengan seseorang yang sangat misterius. Beberapa hari kemudian seorang anak baru bernama Maliq Zamian masuk keseko...