PART 4

3.1K 117 4
                                    

"Papah kangen sama kamu sayang"

Lelaki Tua yang hampir mendekati usia lima puluh tahun itu masih memeluk anaknya dengan sangat erat. Ia memang sangat merindukan anak perempuan satu satunya itu. Anaknya yang pertama seorang lelaki, namanya Angga.Semenjak lulus SMA ia kerja bersama rekanya di palembang, ia hanya beberapa kali menyempatkan memberi kabar pada orang tuaya. Sudah tiga tahun Angga kerja di palembang. Namun baru sekali ia pulang kerumah dimana ia dibesarkan, untuk menemui orang tuanya. Denis, adik angga entahlah. Semenjak sang istri mengusirnya tak ada lagi berita tentang Denis. Ya. Ibu mana yang tak marah mengetahui anak lelakinya yang masih duduk dikelas dua SMA menghamili anak gadis orang lain. Tentu sang ibu merasa gagal mendidik Denis, ia tak sudi mengakui Denis lagi sebagai anaknya. Dan dua tahun berlalu, mungkin sekarang anak Denis bersama gadis itu sudah terlahir kedua ini. Mungkin sekarang anak itu sedang lucu-lucunya jika ayah denis bisa melihat cucunya itu. Namun sayang pencarian sang ayah terhadap denis semuanya sia sia.Sampai saat ini, denis tak pernah ditemukan.

Kadang Batin Ridwan menangis darah jika teringat nasib kedua anak lelakinya itu. Buah hati satu satunya yang masih bersamanya hanyalah ERIKA YOLANDA. Tapi entah kenapa, erika memilih meninggalkan rumah empat bulan yang lalu. Alasanya supaya dekat kesekolah padahal rumahnya tak jauh dari sekolah.

"Erika juga kangen sama papah" Erika melepas pelukan sang ayah

"Kamu kapan pulang sayang" mata Ridwan hampir berkaca kaca didepan putrinya itu

"Percuma juga aku pulang kalo papah sebulan sekali pulang kerumah dan itu hanya dua hari"

"Kan ada mamah kamu, memang kamu gak kasian melihat mamah kamu sedih. Cukup kakak kakak kamu yang pergi meninggalkan papah mamah"

"Mamah sedih? Aku gak yakin"

"Loh kamu kenapa bicara seperti itu sayang. Biar bagaimanapun dia mamah kamu. Ibu kamu. Wanita yang melahirkan kamu" Ridwan terpancing emosi oleh ucapan Erika. Sementara Erika hanya terdiam. Ayah tak tau jika kedua anak lelakinya Angga dan Denis sampai detik ini sebenarnya masih berkomunikasi baik Erika. Erika jadi teringat kejadian empat bulan yang lalu. Mungkinkah Ayah masih bisa bicara seperti ini jika tau yang sebenarnya.

**

"Bibik gak suka kamu jalan sama cowok itu?"

"Kenapa Bik? Dia baik kok"

"Kamu dengar baik-baik. Dari kecil Bibik urus kamu. Nyekolahin kamu. Setidaknya kalo kamu mau pacaran, sama orang yang kaya. Bermobil lah jangan macam dia"

Dania berlari kekamar, dan langsung menyembunyikan wajahnya dibalik bantal. Air matanya menetes. Sementara diluar kamar terdengar suara sang bibi yang masih mengoceh. "Saban kalo dibilangi nangis terus. Cengeng sekali jadi cewek. Udah dikamar aja sana sampe pagi. Gak usah keluar minta makan". Bibik memang menginginkan Dania tak salah dalam memilih jodoh, walau ia baru saja masuk SMA. Tetapi bibik sangat detail memperhatikan pria yang sedang dekat dengan keponakanya itu. Dia memang merasa sangat berjasa karena sudah dari kecil mengurus Dania, memberi makan, menyekolahkan, bahkan merawat dania disaat sedang sakit. Walaupun begitu setidaknya ia tetap mendapat jatah dari orang tua dania yang sekarang berkeja sebagai TKI di arab saudi sana sebagai imbalanya. Dania sendiri memang tak bisa membohongi hatinnya jika lelaki yang baru saja mengantarkan dia pulang sangat membuatnya nyaman. Ia tak peduli Andra anak siapa seperti syarat yang diajukan sang bibik. Yang ia rasakan hanylah kenyamanan. Andra memperlakukan Dania layaknya seorang Putri Khayangan. Walau dirumah Dania tidak jauh seperti Upik Abu diperlakuka oleh sang bibik. Pagi pagi sekali sebelum sekolah, ia harus menyapu, mengepel, membuat sarapan. Dan jika lantainya dirasa kurang bersih dimata sang bibik. Lagi lagi Dni harus mengepel kembali. Satu butir debu tak luput dari sorotan bibik. Dan rasanya percuma saja Dania menangisi nasibnya itu, karena air matanya itu tak bearti dimata sang bibik.

RITUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang