PART 8

2.8K 117 9
                                    

Andra terdiam ketika melihat adit yang bicara lewat telephone secara sembunyi-sembunyi. Tak biasanya Adit seperti ini. Tak biasa juga mereka jalan berdua. Biasanya mereka selalu berempat. Keempat sahabat itu memang sangat akrab walau baru beberapa bulan saja pertemanan itu terjalin.

"Lu kenapa sih pake ngumpet ngumpet segala. Gue gak bakalan nguping kali" Andra mulai kesal. Sebelum naik keatas motor Adit.

"Haha enggak kok ndra. Ayo naik.."

Andra langsung naik ketas motor gede milik Adit. Selintas adit memang mengarahkan motornya menuju rute rumahnya, Tapi motor adit tak berhenti di depan rumahnya, melainkan dirumah Fathan. Andra yang sedari tadi merasa tak beres tak henti hentinya mengcoehi Adit.

"Udah masuk dulu..."

Andra hanya diam tertekun di depan pintu rumah. Ia merasa segan masuk kedalam rumah Fathan. Rumah yang sudah lama tak ia kunjungi. Kali ini andra melangkahkan kakiknya masuk kedalam. Ia heran bukan main ketika melihat Faisal dan dion ada didalam. Bukan hanya mereka. Kali ini Zidane juga ikut nimbrung bersama mereka. Faisal langsung menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Tentu bukan hal mudah, karena andra masih membela seorang Maliq. Tapi Andra sudah tak bisa berkutik lagi ketika Faisal mendengarkan percakapan Maliq dan ibunya yang tadi sengaja ia rekam.

"Gimana? Lu masih mau belain dia. Selama ini dia itu memperdaya lu ndra" Ada nada marah yang terdengar dari suara faisal.

"Terus gue harus gimana sekarang sal? Gue takut"

"Gak usah takut. Ada kakak. Ada kami disini yang akan jaga kamu"

Suara Fathan membuat andra merenung. Lebih lama dari biasanya. Ia sama sekali tak menyangka, Maliq yang selama ini ia bela. Ia sanjung sanjung. Ternyata tak beda dari seorang iblis. Bahkan berniat menjadikanya Tumbal. Rasa bersalah mulai menyelimuti Andra. Tapi ia tak bisa banyak berkata lagi.

"Apa kita sekarang serang aja rumah itu than?" Zidane memberi saran

"Jangan. Itu udah diatur sama kakek. Kakek yang akan menemui salah satu ulama yang tak juh dari rumah yang Maliq tinggali. Dalam masalah ini kita gak boleh gegabah. Yang kita hadapi ini bukan sembarang manusia"

"Terus?"

"Kita bersikap biasa saja" Kemudian Fathan mendekat Andra "Terutama kamu ndra. Kamu bersikap biasa sama Maliq. Jangan sampe Maliq curiga kalau kita udah tau siapa dia?"

"Tapi.."

"Tenang aja. Maliq sekarang sama dengan kita. Tak ada kekuatan lagi dari tubuhnya. Cincin batu akik adalah sumber kekuatan itu. Dan Cincin itu sudah berhasil kami dapatkan"

**

Rasa nyaman yang dulu selalu diberikan oleh Maliq untuknya kini hilang. Yang ada adalah perasaan Takut. Kesal. Dan persaan menyesal kerena pernah sangat dekat dengan anak bermata biru itu. Kemana logikanya dulu.? Bukanhkah ia juga merasakan keanehan dalam diri Maliq. Tapi semua itu sudah telambat untuk diseseali. Ingin rasanya Andra mendaratkan tangan yang sudah dari tadi terkepal di wajahnya. Tapi lagi lagi ucapan Fathan semalam mampu menahan niatnya itu. "Harus bersikap biasa" Katanya dalam hati. Tapi Andra memang bukan seorang yang pandai menahan emosinya.

"Andra.."

"Kenapa?"

"Kok diem aja? Kenapa?"

Andra menoleh ke arah Maliq yang dari tadi mengikutinya ke setiap sudut sekolah. Kali ini ia kembali memberanikan diri menatap wajahnya.

"Oh gak papa kok.. Gue.. Gue Cuma lagi gak enak badan. Mungkin gue masih perlu istirahat kali yah."

"Oh gitu.."

RITUALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang