Apa mungkin?

1.1K 63 1
                                    

Melinda POV

Sangat terik matahari hari ini. Jelas saja, ini baru jam dua siang dan Ifa sudah mengajakku jalan-jalan.
Sebenarnya aku sedang malas pergi kemana-mana. Tapi aku sudah terlanjur berjanji padanya. Mungkin ini tidak terlalu buruk, aku memang sudah lumayan lama tidak jalan berdua dengannya. Lagi pula besok kan hari minggu. Jadi aku akan bermalas-malasan di rumah.

"Ayo dong beb jangan lemes gitu. Kita kan mau seneng-seneng hari ini masak lo malah loyo gini sih"

"Aku lagi badmood banget Ifa" memang benar aku lagi malas sekali hari ini.

"Ah gak asik lo mah" dengan memasang tampang juteknya

"Hahaha gak usah di jelek-jelekin juga kali mukanya. Kayak ikan cupang tau gak" aku tertawa mendengar kata-kataku sendiri.

"Tau ah males gue" katanya sewot.

"Mampir ke starbucks dulu yuk beb, aus nih gue ketawa mulu" lalu meminggirkan mobilku di parkiran yg tersedia di depan tempat ini. Ku buka pintu mobil dan meninggalkan ifa sendirian di dalam. Aku sengaja ingin mengerjainya. Hihi

*Bruuuk..

"Maaf mbak, aku gak sengaja" kata seorang gadis yg tidak sengaja menabrakku walaupun tidak sampai terjatuh

Gadis itu sepertinya sedang tidak baik-baik saja, dilihat dari raut wajahnya yg terlihat murung. Dia cukup cantik dg mini dress berwarna hijau toska dengan sepatu hak yg tak terlalu tinggi. Sepertinya dia tidak terlalu tinggi apabila tidak menggunakan sepatu ber hak seperti itu.

"Eh iyaa ngak papa kok, jangan panggil mbak dong panggil aja Melinda" ucapku sambil tersenyum tulus padanya. Tapi suaraku menjadi tidak begitu jelas karena ifa yg tidak sabaran telah berteriak sedari tadi.

"Aku No.." belum sempat dia memberi tau namanya, aku langsung berlari kecil meninggalkannya agar Ifa tidak membuat keributan

"E..eh maaf ya lain kali kita ketemu lagi. Aku buru-buru nih, maaf ya"
Pamitku masih sambil berlari.

Setelah itu aku tak lagi mengobrol dengannya. Aku berlari kecil menuju Ifa yang sudah berdiri di depan pintu starbucks dengan tangan yg melipat di dada.

"Yaudah yuk!" Kataku sambil menarik tangannya untuk segera masuk kedalam.

Yang empunya tangan hanya mendengus kesal tetapi tetap mengikuti langkahku. Ku langkahkan kakiku menuju tempat duduk paling ujung. Karna hanya disana tempat yg masih kosong.

"Beb tunggu sini bentar ya, gue ke toilet dulu. Lo pesenin dulu ye gue yg kaya biasa"

"Oke beb jangan lama-lama" suruhnya

Tanpa ku jawab suruhannya, aku langsung saja berjalan menujubkamar mandi. Sebenarnya aku sudah kebelet dari tadi. Berhubung tadi ada insiden kecil, jadi lupa deh kalo pengen pipis :(

*toilet

Ku buka pintu toilet khusus wanita. Ku langkahkan kaki masuk dan menutup pintunya lagi. Aku berjalan menuju bilik terakhir. Tak tau kenapa aku sangat suka berada di paling ujung belakang.

Loh dia kan kaka kelas yg nyebelin itu? Uuh nasib nasib.. kenapa sih harus ketemu sama dia mulu.

Tapi tunggu! Apa dia menangis? Seseorang yg dingiiinnya minta ampun bisa menangis juga? Sepertinya dia belum menyadari kehadiranku. Apa aku harus menyakan keadaannya? Ah tapi ga usah deh udah tau pasti bakal dijawab dg muka super datarnya. Dasar nyebelin!

Aku tak lagi menghiraukannya. Ku batalkan niatku untuk menghampirinya. Aku masuk kedalam toilet untuk melakukan niatku tadi.

Setelah selesai aku berjalan menuju wastafel di belakang kaka kelas nyebelin itu. Ternyata dia masih saja mematung disana. Entah apa yg di pikirkannya sehingga tidak menyadari kehadiranku.

Yeah, I love her!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang