Namaku Angel. Aku mempunyai seorang kakak, yang menurutku 'berbeda'. Karena kakak. Idiot. Mau bilang aku kasar silahkan. Karena itu memang kenyataan. Disinilah, aku akan bercerita tentang dirinya.
Sewaktu aku SD sampai SMP, aku sangat sering menemani kakak bermain monopoli, atau sekedar membeli coklat di kafe dekat rumah. Tapi, semua berubah ketika aku masuk ke hiruk pikuknya dunia SMA.
Aku sadar, kalau aku dan kakak 'berbeda'. Berbeda dalam artian yang buruk, dalam hal yang aku tidak sukai dan aku benci. Terlebih, aku dibenci oleh tiga teman baruku. Mereka mengatai, menghina, dan mengejek dengan sebutan 'dua idiot bersaudara'. Aku merasa terkucilkan oleh sebutan itu.
Aku ingin menangkisnya. Tapi apa daya yang kupunya, dia anak populer dan paling kaya di sekolah ini. Namanya Agnes. Dan dua babunya yang setia mengikuti kemanapun dia pergi. Ingat itu, 'babunya' bukan 'temannya'. Itu adalah dua hal berbeda yang sering kalian samakan.
Setiap pulang sekolah, aku selalu dijemput oleh Mama setiap hari, —tentu saja Mama selalu mengajak kakak kemanapun. Begitu aku masuk mobil, kakak pasti menyapaku dengan sapaan yang membuatku jengkel.
"Angel adik, cemberut kenapa mukanya?" Acak-acakan banget ngomongnya, ketauan banget kalo emang gak normal. Mimpi apa bisa punya kakak sepertinya.
"Lagi badmood dan jangan ajak Angel ngomong!" Jawabku sambil mengeluarkan HP dari saku kemeja.
Kalau aku udah jawab begitu. Pasti ujug-ujugnya juga dapet ceramahan dari Mama.
"Adik nggak boleh gitu, tandanya kan kakak sayang." Aku hanya mengangguk malas saja. Selalu saja sama isinya, malas kalau harus ngebantah, gak ada guna juga Mama bakalan tetap membela kakak sampai kapanpun.
Mama membelokkan stir mobil ke sebuah toko kue terkenal di Jakarta. Aku lupa ada acara penting dalam hidup mama. Ulang Tahun Kakak. Kakak itu sangat penting bagi mama, mama sangat menyayangi kakak. Lebih dari dia sayang dirinya sendiri.
Sedangkan Papa, aku lebih dekat dengannya. Papa adil, cenderung lebih memperhatikan diriku. Tapi sayang, Papa kerja jadi nahkoda. Pulang gak tentu. How I wish my parents could switch a job only for a week.
"Ma, besok jadi kakak rayain ulang tahun disekolahnya?" Ujarku sambil mendelikkan mata ke arah Kakak yang sedang memakan Es Krim coklat miliknya dengan lahap.
"Jadi, Ngel. Kamu pulang sekolah langsung ke SLBnya kakak ya. Mama nggak bisa jemput, soalnya kan mau dekorasi kelasnya dulu!" Jawab Mama sembari turun dari mobil.
Aku kembali menghempaskan diri ke jok mobil yang empuk. Angin AC menerpaku. Kakak sibuk ngoceh nggak jelas daritadi. Sedangkan aku kembali menekuni kegiatan ku sedari tadi, main HP. Hingga Mama masuk kembali kedalam mobil membawa sekotak kardus kue besar, lalu menyerahkan kepadaku untuk dipegangi agar tidak hancur dan terkoyak.
Aku mengintip isi kardus itu. Kue yang begitu bagus, hiasannya terlihat sayang kalau dimakan. Kue Blackforest berbentuk lingkaran, dengan hiasan cream putih di pinggirannya, buah cherry yang ranum, dan tak lupa irisan coklat yang tentu lezat.
Aku tahu manusia idiot disebelahku ini sudah mencium bau coklat mulai meleleh dengan mata berbinar. Terburu langsung kututup kardus kue rapat-rapat.
"Ma, kue kakak indah sekali bentuknya. Angel ingin saat ulang tahun bulan depan, juga bentuk kuenya seperti ini! Bahkan kalau bisa lebih besar dan bertingkat susun." Pintaku pura-pura memuji.
"Ulang Tahun kamu kan masih lama. Santai saja sayang!" Jawab Mama dengan pandangan lurus kedepan. Jawabannya sudah bisa tertebak.
Esoknya, Mama seperti biasa mengantarkan ku ke sekolah. Tapi kali ini aku senang, harapanku tercapai untuk pertama kalinya sejak aku masuk SMA. Yaitu mengantar kakak lebih dulu kesekolah. Jadi, aku bisa menyelamatkan reputasi namaku diantara teman-teman SMA Pelita Bangsa. Terutama Agnes dan kedua babunya.
Buggh, buggh..
"Angel, oper kesini!""Oke!" Ujarku cepat seraya memanuver bola basket yang masih dalam kendaliku.
Aku sedang bermain basket di lapangan sekolah, salah satu talenta ku adalah jago Main Basket. Seseorang melewatiku sambil tersenyum. Senyumnya cukup keren. Eh apa yang kuucapkan barusan? Aku tak mengatakan satu hal memalukan bukan?
Setelah lelah bermain basket, aku duduk di bangku sendirian. Benar-benar sendirian saat ini, teman yang lainnya telah pergi ke kantin.
"Hei, sendirian aja?" Tanya sebuah suara. Siapa itu? Aku sendirian disini. Mungkinkah dia makhluk tak kasat mata? Namun segera ku tepis pertanyaan bodoh kuluncurkan pada diriku sendiri itu.
Seorang lelaki berjalan kearah tempat duduk dan tanpa basa-basi duduk di sebelahku. Dia adalah cowok yang tadi kulihat di Lapangan saat main basket.
"Bengong aja, nggak ke kantin?" Tanyanya ramah.
Aku hanya menggeleng.
"Nama gue Aji, jangan diem aja dong!" Serunya berusaha menghibur.
"Aji? Nama gue Angel." Jawabku.
"Nama yang cantik, secantik orangnya!" Ujarnya diyakini sebagai gombalan.
"Gombal!" Jawabku mengelak.
Bel tanda istirahat usai telah berbunyi.
"Ji, gue duluan ya!" Ujarku sambil berdiri.
"Dah Ngel!" Lambainya.
"Jadi, Indonesia itu diapit dua benua. Benua Asia dan Benua Australia. Maka itu, batas laut ZEE boleh dilewati kedua benua tersebut." Jelas Bu Citra
"Angel, kamu dengar kan yang ibu jelaskan? Coba ulangi!" Tanya Bu Citra mengagetkan diriku dari lamunan, sialnya saat itu lamunanku malah teralih kepada Aji.
"Ah, eh, euhh, ehhmm...!" Balasku gugup dan tak tahu harus jawab apa.
"Dasar idiot. Ngapain sekolah disini!" Ejek Agnes sarkastik.
"Kata siapa gue idiot?" Jawabku menahan isak tangis yang sudah mendesak keluar mengalir di pipi seraya berlari meninggalkan kelas, entah apa tujuannya.
***
—ladymezzy.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Brother
Teen FictionIdiot. Bodoh. Tolol. - Mungkin bagi sebagian orang, menjadi diriku adalah sebuah bencana. Sebenarnya hal itu tidak sepenuhnya salah, karena memang benar. Siapa insan remaja di dunia yang mampu menerima kenyataan memiliki kakak laki-laki berkebutuhan...