Nial
• F I L W H •
Kring kring ~ kring kring
Yes! Bel telah berdering 4 kali. It's timing for come to homeee. Aku langsung membereskan semua peralatan tulisku, dan bersiap-siap untuk pulang. Doapun aku dan kawan-kawan panjatkan. Setelah memberi salam pada guru bersama-sama, aku pun beranjak dari bangku dan menuju meja di depanku. Menunggu seorang gadis dengan rambut sebahu yang akan pulang bersamaku.
Dia melihat ke arahku lalu tersenyum dan beranjak dari bangkunya. Kami bergandengan tangan keluar kelas, aku sempat dengar bisikan dari anak lain, "Beda sih ya yang punya pacar mah pegangan mulu." atau, "Yaampun dipegangin terus pacarnya, takut terbang kali." dan yang paling membuatku terkikik geli adalah, "Gandengan mulu kayak truk mau nyebrang." apa maksudnya coba? Mana ada truk nyebrang gandengan. Kalo truknya agak tua, kemungkinan agak nyambung.
Kami berjalan beriringan, tak jarang saling meledek ataupun saling curhat. Banyak siswa/i yang sekedar melihat kami sambil berbisik-bisik, entah tentang hal positif atau negatif, Aku kurang peduli pada omongan mereka.
"Aaaaa gila ini gilaaa! Nayeeelll Instagram gue dipolbek sama Aa Abim yay! Sumpah gue shock. Seriusan kan yak gue ga salah baca?. GUE SENENG BANGET JIIRR. NAYEELL GUE BAHAGIIAAAAAAA." teriaknya sambil mengguncang tubuhku lalu meloncat-loncat bak anak kecil yang habis dapat es krim gratis. Tak jarang ia tersandung atau menabrak tiang penyangga. For your information, Abim itu anak kelas sebelah kami yang kece nya di atas rata-rata. Hampir seluruh cewek mengaguminya. Pantas saja dia sebegitu bahagianya.
Aku yang berjalan dengan malas tak sadar menabrak punggungnya yang tiba-tiba berhenti meloncat, "ADUH ZUKA! Kalo mau berhenti mendadak bilang kek. Kasian nih hidung mancung gue harus terbentur."
Dia menyengir lebar, "Maap tuan Niall yang terhormat. Em gue kayaknya," dia menggantungkan ucapannya, menyuruhku untuk mendekat. "Gue kayaknya rembes deh." bisiknya.
Hah? Rembes? Apa sih maksudnya? Kok aku ga ngerti ya? Seolah tau bahwa aku bingung, Razuka menjelaskan, "Gue bocor yel. Kayaknya gue harus ke kamar mandi dulu deh buat nambel." aku membeo mengerti. Dasar wanita.
"Ohiya, gue minta tolong balikin buku ini ke Nao ya. Gue udah janji mau balikin hari ini." dia menyodorkan sebuah buku telenovela yang berjudul 'Truth in love' padaku.
"Tapi gue.." belum sempat aku protes, dia sudah berlari meninggalkanku.
"UDAH CEPETAN SANA. NANTI NAO NYA KEBURU PULANG. ABIS ITU TUNGGU DEPAN GERBANG YAA." teriaknya sebelum menghilang di koridor. Huh memangnya dia siapanya aku main nyuruh-nyuruh. Walaupun logikaku enggan melakukannya, tapi aku ternyata tetap melangkah menunaikan tugas darinya.
***
Aku menunggu di sini, di depan gerbang. Sendirian. Menantinya datang.
Baru 15 menit aku berdiri, tapi rasanya seperti sudah berdiri ribuan tahun. Oh ayolah, aku tidak suka jika harus menunggu sendirian. Apa ada yang mau menemaniku? Mungkin itu bisa membuatku lebih baik.
Asal kau tau, menunggu itu tidak seindah yang kalian pikirkan. Apalagi kalau yang ditunggu tidak memberi kepastian seperti ini. Menyebalkan.
Tak sengaja padanganku terarah pada seorang cewek yang sebaya denganku berjalan sendiri sambil menunduk. Dengan senyum mengembang aku menghampirinya, membuat ia mendongkak.
Matanya menatapku kaget, tak lama bibirnya melengkung sempurna membalas senyumku. Ah manisnya.
Namun aku merasa ada yang aneh atau yang kurang dari cewek ini, tapi apa? Aku pun memutar otak lalu aku gelindingkan, eh tidak juga sih.
"Ga sama Reon?." entah kenapa aku malah bertanya seperti itu. "Em Reonnya lagi di perpus balikin buku. Mungkin sebentar lagi akan muncul." aku mengangguk mengerti.
Tak lama ku ingat pesan Razuka. Akupun merogoh tasku, mencari buku itu. Setelah dapat, aku menyodorkan buku itu padanya yang melongo klimaks. "Tikus masuk ke mulut kamu tuh." sedetik mulutnya yang menganga telah menutup sempurna.
"Oiya, nih aku mau balikin buku yang dipinjam Razuka. Makasih ya." ucapku sambil menyodorkan buku yang diberi Razuka. Dia pun menerimanya, sambil bertanya, "Memangnya Razuka kemana?."
"Ke kamar mandi, biasalah cewek."
"Loh kamu emang ga bantuin dia?."
"Bantuin ngapain?."
"Beliin rotinya atau sekedar memasangkannya? Haha." aku menjitak kepalanya yang masih terkikik kecil. Dia hanya memeletkan lidahnya.
"Nao!." panggil seseorang. Aku dan Nao pun menengok ke arah asal suara. Terlihat Reon sedang berlari ke arah kami.
"Hai bro." salamku padanya sambil bertos ria. Dia membalas salam dan tos dariku.
"Udah nungguin lama ya? Maaf." tanyanya pada Nao. Nao hanya mengangguk.
Aku melihat mereka berdua seperti pasangan yang memang sudah ditakdirkan bersama. Ah aku Iri!.
Tiba-tiba Nao menepuk bahuku, "Kami pulang dulu yaaa. Salam buat Razuka. Dan, semoga kalian bahagia bersama." ujarnya.
Apa katanya tadi? Semoga kalian bahagia? Bagaimana caranya kami bahagia jikalau tiap hari harus memendam perasaan yang menyakitkan melihat kalian berdua bersama?
Dan apa maksud semoga aku bahagia bersamanya? Kami kan hanya saudara.
Aku mengangguk dan tersenyum seolah berterima kasih atas ucapannya. Mereka berdua pun melenggang pergi. Meninggalkanku dengan sejuta harapan yang pupus.
Ingin sekali tadi aku berteriak bahwa aku menyukaimu Nao. Namun aku tau diri. Kau telah ada yang punya. Lalu untuk apa kau dulu memberiku harapan yang manis-manis Nao?!
Dirimu bagaikan buku yang tak dapat ku baca aksaranya, Nao. Membingungkan dan tak tertebak.
Ah aku jadi menye-menye gini kan. Sepertinya lebih baik aku menuju gerbang kembali, menunggu saudara tesayangku yang memiliki nasib sama sepertiku, mencintai orang yang salah, Razuka.
Kenapa kisah kita harus bertepuk sebelah seperti ini ya, ka?
• F I L W H •
A/n
Ada yang nunggu? Ane tau ane ngaret, tapi daripada ga sama sekalikan yaa?:v intinya sih ane lama ngenext gegara gapunya kuota wkwk. Oiya, ntar malem kan satnite tuh ya, gaada yang mau ngucapin happy satnight buat author ini gitu?._.
KAMU SEDANG MEMBACA
R2N [end]
Cerita PendekHanya sebuah kisah 4 orang yang tidak bisa saling memiliki karena asumsi bodoh yang mereka kira. Akankah waktu mengikis perasaan mereka atau malah memperdalam? entahlah biarkan waktu yang menjawab. "Hanya karena kita ga bisa bersama, bukan berarti a...