Chapter 0.6

498 63 18
                                    

Hi Guys! Sorry for the boring stories and typo(s)

Thanks for always leave vote(s) and comment(s) after read my story

Enjoy :)

------

Taylor Rogers POV

Sudah dua bulan aku kuliah di Harvard. Aku sudah mempunyai banyak teman. Tapi ada juga orang yang membenciku. Thomas Collin dan Elizabeth Melling. Aku mulai terbiasa dengan sikap mereka yang sombong dan tidak memiliki perasaan.

Sewaktu aku ingin mengambil daun di kebun universitas untuk tugas sains, aku bertemu Thomas. Ia juga hendak mengambil daun. Aku tidak memperdulikannya. Aku mengambil dua daun lalu pergi.

Sebelum pergi Thomas sudah pergi duluan. Ia berjalan pelan-pelan sambil mengamati daun yang diambilnya. Ia sibuk mengamati daun itu hingga ia tidak melihat ada genangan air di depannya. Alhasil, Thomas kepleset.

Aku sempat tertawa. Tapi aku menghentikannya karena Thomas memandangku penuh kebencian. Darah merah segar mengalir di dagunya. Thomas berusaha mengelap dengan tangannya.

Aku menghampiri Thomas karena merasa kasihan. Lengan kemeja Thomas terkena darah yang masih mengalir di dagunya.

"Kau baik-baik saja?" tanyaku dengan mencoba bersikap ramah.

"Ya, aku baik-baik saja," jawabnya dingin.

"Darahmu mengalir deras, mau kuperban?" tawarku.

Thomas menatapku lalu menggeleng cepat. Kemudian ia pergi meninggalkanku sendirian. Aku pun segera masuk ke kamar asrama dan segera mengerjakan tugas.

Aku memandang ranjang Hayley. Ranjangnya masih rapi semenjak ia pergi. Well, sekarang Hayley tidak ada disini. Ia sekarang berada di rumahnya untuk merawat momnya yang sakit. Aku merasa sedikit kesepian.

Kemudian, ponselku berdering. Terdapat nama Pat di layar ponsel. Aku cepat-cepat mengangkatnya.

"Halo! Ini Taylor?"

"Ya Pat! Ini Taylor,"

"Kau sibuk?"

"Tidak, kenapa?"

"Jam empat sore nanti aku akan pergi ke Harvard,"

"Untuk apa?"

"Menemuimu,"

"Maksudmu, kau akan menemuiku?"

"Iya Tay,"

"Kau serius Pat?"

"Ya, tolong jangan memanggilku Pat! Pat itu nama yang sangat jelek!"

"Lalu aku akan memanggilmu apa? Babi?"

"Lupakan!"

"Baiklah aku akan memanggil nama depanmu saja Fiona,"

"Ya ya ya dan Tay, bolehkah aku menginap disana dua malam?"

"Boleh,"

"Oh ya? Horee! Aku akan menemuimu! Kamarmu nomor berapa?"

"C 19,"

"Oh, tunggu aku ya Tay!"

Kemudian Pat maksudku Fiona memutuskan telepon. Aku meletakkan kembali ponselku ke meja. Lalu aku kembali belajar dan mengerjakan tugas sains. Tapi sebenarnya aku sudah tidak sabar Pat akan kemari.

Akhirnya jam dinding menunjukkan pukul empat kurang lima. Aku segera merapikan meja belajar. Beberapa menit kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu. Aku menebak itu adalah Pat dan aku segera membukanya.

The Collin's familyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang