Kukira akan sepi. Ternyata tidak. Walaupun sedikit demi sedikit salju mulai turun, itu tidak mengurangi aktivitas di LA.
Kulangkahkan kakiku menyusuri jalanan yang sudah sangat ramai. Tentu saja, ini siang hari. Aktivitas di LA pasti sedang berjalan.
Tidak sedikit dari mereka yang memperhatikanku dengan tatapan mematikan. Seolah mereka tau siapa aku ini. Maksudku, kurasa mereka seorang---directioners? Ya itu yang kuingat.
Pasti mereka merasa iri karna beberapa kali Niall mementionku. Tapi tetap kulangkahkan kakiku melewati tatapan menyeramkan itu.
Tenang, mereka manusia sepertimu. Kalau mereka menyerbu, kau bisa berteriak meminta tolong.
Walaupun terus berjalan, aku menundukkan wajahku. Tidak mau menatap tatapan dari mereka. Cukup menyeramkan. Seakan aku adalah musuh besar mereka.
"Permisi Nona, sapu tangan anda terjatuh" seorang laki-laki memberikan sapu tangan yang tidak asing bagiku. Tentu saja tidak asing, itu milikku.
"Terima kasih" aku segera mengambilnya dan memasukkan ke dalam saku.
"Uh namaku--uh-Mort" dia mengulurkan tangannya
"Oh, hai Mort"
Lihat dirinya. Sangat tertutup. Maksudku, memakai beanie, sweater, kaca mata hitam,masker, dan celana panjang. Tapi itu tidak buruk untuk saat ini, ini musim dingin.
"Dan siapa namamu, nona?"
"Ibuku bilang kalau tidak boleh banyak berbicara dengan orang asing" aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Kulihat pria itu-mort-menahan tawanya
"Ya, itu terlihat kekanakkan. Namaku Shea"
Ntah kenapa, setiap aku berjalan, Mort selalu menguntitku. Apa ini perasaanku saja atau kita memang ke arah yang sama. Tapi dia selalu jalan persis di hadapanku.
"Kau mau kemana? Boleh aku ikut?" Tanya Mort yang mensejajarkan posisi kami.
"Aku? Ke rumah seseorang, aku ada urusan. Ada apa?"
"Boleh aku menemanimu kesana?"
"Tidak ada niat buruk?"
"Tentu saja tidak, Shea" Mort memutar bola matanya. Aku hanya mengangguk dan berjalan lagi.
*
*
*
Ini kah tempat yang dimaksud Niall?London Street no. 98. Sebuah rumah yang cukup besar. Bukan cukup, tapi sangat.
Kutekan bell yang ada di dinding sebelah pintu rumah itu. Tidak ada yang membukanya.
Kutekan lagi untuk kedua kalinya. Masih tidak ada yang membukakakan pintu.
Mungkin pemiliknya sedang mandi atau tertidur? Toh aku belum membuat janji.
Sekali lagi. Aku menekan bell untuk ketiga kalinya. Kalau tidak ada tanda-tanda si pemilik akan keluar, lebih baik aku pulang.
Dan benar saja. Tetap tidak ada yang membuka pintu.
"Percuma kau menekan bell itu, kalau pemilik rumahnya ada diluar rumahnya" Mort terkekeh melihatku yang mendengus kesal
"Maksudmu, pemiliknya sedang pergi?"
"Ah, otakmu lama sekali berfungsi. Maksudku gini, percuma menekan bell, kalau ternyata si pemilik rumah sedang tidak ada di dalam rumah. Tapi di sekitaran area rumahnya" jelas Mort
Aku hanya terdiam mendengar penjeasannya. Tidak ada satupun yang menyangkut di otakku.
Mort yang menyadari itu langsung berbicara lagi.
"Lemot sekali. Tak ada penjelasan lagi. Ah--akulah pemilik rumah ini" Mort membuka pintu rumahnya denga sekali gerakkan.
"Kenapa tidak membukanya dari tadi?" Aku terdiam di luar pintu. Sedangkan Mort terus berjalan memasuki rumahnya.
"Untuk apa berdiam diri di sana?"
"Karna kau belum menyuruhku masuk"
Kulangkahkan kakiku memasuki rumah yang sangat besar ini. Penuh dengan perabotan yang bisa kutebak harganya sangat mahal.
"Ini yang kau cari? Niall menitipkannya padaku" Mort memberikan sebuah kertas berbentuk persegi panjang. Maksudku itu adalah ticket konser Niall.
"Uh ya. Terima kasih sudah menyimpannya untukku" aku mengambil ticket itu dan tersenyum ke arahnya.
Aku harus datang. Niall yang memintanya.
"Kuharap kau bisa datang lebih cepat besok di konser kami" ucap Mort.
"Kami?" Tanyaku
"Jadi kau tidak mengenaliku? Kukira dari tadi kau mengenaliku" Mort terlihat kesal atas pertanyaanku. Apa ada yang salah?
"Oh ayolah. Aku Harry Styles, member One Direction. Mort hanya nama samaranku. Tak kusangka Niall bisa mencintai gadis selemot kau" lanjut Mort atau Harry?
"Oh jadi kau Harry Styles. Yasudah, terima kasih atas ticketnya" kumasukkan ticket itu ke dalam tas kecilku.
"Hanya itu? Kau waras? Kau tidak menggila seperti gadis umumnya? Kenapa kau tidak meminta tanda tangan, foto bersamaku, dan lainnya?" Harry terlihat sedikit frustasi atas ucapanku. Dia terlihat sangat melebih-lebihkan.
"Apa itu harus? Baiklah Harry Styles, bisa kuminta tanda tanganmu dan--- apa lagi?" Tanyaku bingung. Aku memang tidak berniat untuk meminta itu semua.
"Lupakan. Bisa gila aku berlama-lama denganmu. Bagaimana Niall bisa tahan denganmu"
"Bye, Harry? Mort? Ya siapapun itu" aku berjalan meninggalkan rumah ini.
Apa aku selemot itu?
--------
Aneh?Ga jelas?
Bosenin?
Tau ah. Gue juga bingung wkwk. Ga deng. Ya jadi mau dibuat ada Harrynya ga? Kalo iya nanti kaya ada sedikit konflik.
Vote sama comment yy
![](https://img.wattpad.com/cover/49997699-288-k561251.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRECT MESSAGE // N.H
Short Story'Niall Horan followed you' Niall Horan? Kurasa aku pernah mendengar namanya. Kenapa banyak sekali orang yang memfollownya? Siapa Niall Horan?