Raviola's POV
Ku lirik jam tangan yang berada dilengan kiriku. Waktu telah menunjukan pukul 04:30. Saatnya pulang. Aku mulai membereskan bar, Membersihkan dan menata gelas gelas yang masih berada di counter bar. Setelah selesai, aku menuju meja meja pengunjung, mengambil satu persatu sisa sisa kekacauan yang mereka tinggalkan dan membersihkannya. Aku merasa cukup lelah hari ini. Ah tidak, sangat amat lelah. Pengunjung yang datang sangat ramai. Entah berapa ratus botol minuman yang terjual malam ini, yang jelas mereka adalah maniak maniak alkohol yang gila. Belum lagi banyak laki-laki hidung belang yang mencoba untuk menggodaku, bahkan menyentuhku. Kalau bukan karna aku butuh uang untuk kelangsungan hidupku yang malang ini, aku tak akan pernah mau bekerja dan diperlakukan bagai wanita murahan seperti ini. Aku bekerja disini sebagai pelayan, bukan pelacur. Jadi mereka tidak bisa menyentuhku, menggodaku, bahkan bertanya berapa uang yang harus mereka keluarkan untuk bisa tidur denganku. Lihat saja nanti, kalau aku sudah menemukan pekerjaan yang lebih layak, aku tidak akan pernah mau lagi menginjakkan kakiku di tempat menyedihkan seperti ini.
Selesai merapihkan semuanya, aku mengemasi barang barangku. Jangan tanya teman temanku, mereka sudah pulang sejak tadi. Bahkan mungkin mereka sedang tidur nyenyak diatas kasur empuknya saat ini. Tuan Black mempercayakan aku sebagai pemegang kunci tempat ini Karna rumahku yang terlalu dekat dengan tempat ini. Karna itu, teman temanku akan membiarkanku beristirahat 1jam lebih awal sebelum mereka pulang. Dan ketika mereka pulang, aku akan membereskan dan merapihkan tempat ini. Sendirian.
Setelah selesai mengemasi barang barangku akupun keluar dari ruang karyawan dan berjalan menuju pintu keluar.
"Siapa itu?". Batinku
seorang pria terlihat yang masih duduk di salah satu kursi dekat pintu masuk, masih asik dengan gelas di tangannya. Pria tampan dengan rambut sebahu yang terkuncir rapih itu tengah menatapku dengan intens. Tatapannya seakan menelanjangiku. Dan bola matanya? Astaga!! Bola mata itu indah dengan warna abu abu terang yang tetap terlihat meskipun dalam keadaan temaram seperti saat ini.
Hei ! Bukankah aku sudah merapihkan tempat ini? Kenapa aku tidak melihatnya tadi? Bagaimana dia bisa duduk disana dengan gelas masih bertengger di tangannya itu? Atau jangan jangan dia itu hantu? Tapi hantu apa yang terlihat begitu nyata seperti itu?Pada akhirnya Aku mengalahkan rasa takutku dan mendekat kearahnya. Bukan berniat untuk menggoda, tapi semua orangpun tau kalau saat ini adalah saatnya tempat ini untuk tutup. Belum sempat aku tiba di tempat duduknya, Tiba tiba dia bangun dari tempatnya, bergerak kearahku dengan cepat hingga tanpa aku sadari, dia kini tengah berada dihadapanku. Dia menatapku lekat. Sangat dalam sampai rasanya aku bisa tersedot masuk ke dalamnya. Dia tersenyum dan dengan gerakan yang tiba tiba, dia memelukku erat. Sangat erat sampai rasanya aku tidak bisa bernafas. Aku yang terkejut dengan tindakannya hanya bisa terdiam, lalu sejurus kemudian Aku tersadar. Aku membulatkan mataku, memberontak dan mencoba melepaskan diri dari pelukannya. namun usaha yang kulakukan sia-sia karena kekuatanku tidak sebanding dengan kekuatannya. Dia semakin mempererat pelukannya padaku, seakan takut kehilanganku. Aku bersumpah kepalaku akan meledak kalau ia terus melakukan hal ini padaku. Hingga pada akhirnya aku menyerah. Aku sudah kehabisan tenaga. Setelah seharian bekerja, tenaga yang tersisa hanya tinggal sebagian kecil. Seharusnya tenaga ini kupakai untuk berjalan pulang, bukan memberontak lelaki brengsek yang sedang memelukku ini. Aku terdiam. Menarik nafas dalam dan menghembuskannya teratur, mengumpulkan tenaga untuk kabur kalau kalau dia lengah.
"Maaf tuan, bisakah tuan melepaskan saya? Saya tidak bisa bernafas" kataku.
"Tidak" katanya dingin.
Namun kemudian, aku merasakan pelukannya mulai mengendur sedikit demi memberikan akses sebelah tangannya yang kemudian bergerak mengelus rambutku lembut. Sangaaat lembut. Dia menghirup dalam aroma rambutku dan menempelkan kepalaku didadanya setelahnya. Entahlah, aku merasa dia Seperti seorang lelaki yang baru bertemu kekasih pujaan hatinya yang amat dirindukan setelah sekian lama berpisah. Entah mengapa dada bidangnya begitu nyaman buatku. Dan,,, oh astaga!! Degup jantungnya terdengar jelas oleh telingaku. Debaran yang tak lazim. Bahkan aku merasa jantungnya akan melompat keluar sebentar lagi. Sebenarnya Ada apa dengan pria ini??? Siapa dia??? Kenapa dia melakukan ini padaku??
Sesaat kemudian dia mencium puncak kepalaku, dan kemudian mengatakan satu kata yang bahkan aku tak mengerti apa maksudnya.
"Mate!!!" .
-wolf's mate-
#edited
KAMU SEDANG MEMBACA
Wolf's Mate
Werewolfpertemuan seorang alpha dari dark pack dengan seorang gadis bermata biru laut membuat kehidupannya berubah drastis. WARNING!!! CERITA INI MENGANDUNG BANYAK UNSUR KEKERASAN, FIKSI DAN KHAYALAN, DAN BANYAK ADEGAN 18+ MOHON BIJAK DALAM MEMBACA!