BAB I

3.8K 294 103
                                    

Hai, namaku Karisa Dwi Sarati. Semua orang memanggilku Risa. Dan aku baru saja masuk SMA bulan juli lalu. Aku adalah seorang otaku, tapi aku bukanlah bahan bully di sekolahku. Karena, rahasia bahwa aku adalah otaku itu hanya aku, kedua orang tua ku, kakak laki-laki ku, adikku tidak terhitung karena dia masih dua tahun, dan ketiga sahabat ku yang sejak SMP kelas satu aku kenal.

Jika kalian bertanya mengapa teman SMA ku tidak mengetahui jika aku adalah seorang otaku, jawabannya sangat sederhana, tentunya aku dapat merahasiakan hal tersebut dengan baik. Aku menggunakan topeng ku jika sudah memasuki gedung SMA ku, disana aku hanya lah seorang gadis biasa dengan nilai yang cukup bagus di setiap mata pelajaran.

Sejujurnya, penampilanku bisa dibilang meniru orang-orang Jepang, rambut hitam lurus panjang, dan juga poni lurus yang sedikit dikesampingkan. Teman-teman ku juga bilang, wajah ku sangat menyerupai orang Jepang, ada beberapa yang bilang Korea, karena mata ku yang sedikit sipit ini.

Tetapi, aku begitu munafik dan menyangkal perkataan mereka semua, dan bilang aku tidak suka di bilang seperti itu. Padahal, dalam hati ku, aku sangat senang mendengarnya. Tentu saja tidak aku ucapkan, karena terlalu gengsi.

Selama lima belas tahun, aku belum pernah tertarik dengan lawan jenis ku. Bukan berarti aku tidak normal, hanya saja menurutku para pria di sekitarku tidak ada yang menarik, atau lebih tepatnya tidak ada yang mendekati kriteria pria idaman ku. Kalian mungkin sudah menebak, kriteria pria ku tentu saja yang mirip dengan pria 2D yang sangat perfect itu. Terlebih lagi jika ada yang seromantis Usui Takumi, dan wajah setampan Sebastian Michaelis. Ahhh, membayangkannya saja membuatku hampir gila.

Tetapi, aku sekarang sedang tertarik dengan seorang kakak kelas ku. Dia bernama Kak Ifandy Satrio Albary, dia satu tahun lebih tua dari ku, atau untuk di perjelas dia kelas dua SMA. Pertama kali aku melihatnya adalah saat hari pertama masa orientasi siswa ku dulu, aku langsung berdebar-debar saat melihatnya. Dari gaya rambutnya, dan wajahnya, ia benar-benar sangat tampan, juga kawaii*, dan lumayan mirip dengan pria-pria 2D yang sering aku gilai.

(*kawaii = imut/lucu/manis, pujian untuk orang bisa juga barang)

Aku selalu memperhatikannya dari jauh, tapi aku akan sangat senang jika dia bisa menyadari keberadaanku dan akan berbicara denganku.

...

Suara bel tanda masuk sekolah berbunyi sangat kencang sehingga membuatku melompat kaget dari lamunanku. Lantunan musik dari earphone yang sejak tadi hanya menghiasi suara di telinga ku mendadak tercampur dengan suara heboh dari kelas ku.

Aku segera melepas earphone ku dan memasukkannya kedalam tas, lalu mengeluarkan buku kimia ku. Guru kimia yang sudah datang pun mulai menuliskan sesuatu di papan tulis putih tersebut dan mulai menerangkan tentang materi pelajaran.
Kalau boleh jujur, aku sangat malas dengan pelajaran ini. Tapi aku tetap pura-pura mendengarkannya dengan baik, untuk menjaga imej ku.

Tak terasa akhirnya pelajaran ini berakhir juga, dan kami tidak mendapatkan pekerajaan rumah, betapa beruntungnya aku. Pelajaran pun diganti dengan bahasa asing, yaitu, Bahasa Jepang. Oh, pelajaran yang selalu aku nantikan setiap minggu nya. Dan tentu saja, aku dengan serius mendengarkan tentang kosakata baru yang di berikan oleh sensei* Maria, nama guru bahasa Jepang ku.

(*sensei = guru dalam bahasa Jepang.)

Nilai pelajaran Bahasa Jepang ku sangat tinggi. Tapi, lagi-lagi jika orang lain bertanya apa alasanku tertarik dengan Bahasa Jepang, aku menjawabnya dengan, "Sejujurnya bukan hanya bahasa Jepang, tetapi aku tertarik dengan bahasa asing dan ingin mempelajarinya." Dan orang lain selalu percaya. Hebat! Padahal, aku ingin belajar Bahasa Jepang karena itu dapat mempermudah ku menonton anime tanpa subtitle Indonesia. Hehe.

When Otaku in Love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang