Chapter 5

1.2K 28 6
                                    

Hoahh,, stelah sekian lama mengedit novel ini, akhirnya bisa juga di terbitin.. hihihi enjoy reading yah, jgn lupa comment dan vote dan selamat malam mingguan :p ^^

_________________________________~~~~~~~~~~***********_________________

KESYA bangun setengah tujuh pagi keesokan harinya. Dia langsung beranjak ke dapur untuk membuat sarapan.

“Pagi...” Kesya melonjak kaget. Kenapa ada Marco di dapurnya? Marco tersenyum. Di tangannya ada segelas kopi yang mengepul. Rambutnya masih acak-acakan. Mencuat di sana-sini tidak keruan.

“Ngapain kamu di sini?” tanya Kesya galak.

Marco benar-benar seperti sosok tuyul bergentayang di apartemennya. Bukan, bukan tuyul. Tuyul terlalu imut untuk ukuran tubuh Marco yang tinggi besar. Genderuwo? Bukan juga! Nggak cocok juga!

Apa ya? Vampir? Hmm... ya, mungkin juga. Vampir lebih pas jika diasosiasikan dengan sosok Marco. Terutama vampir ganteng yang ngetop itu. Siapa namanya? Edward Cullen? Hhmmm... ya ya ya, Edward Cullen.

Kesya tersenyum “Ngapain kamu senyam-senyum sendirian?”

Kesya tersadar dari lamunan ngawurnya. “Kamu belum jawab pertanyaanku!” desisnya galak. “Ngapain kamu di sini?”

“Minum kopi...,” Marco menjawab dengan polos. Tangannya terangkat, menunjukkan gelas yang dia gunakan untuk minum kopi.

Mata Kesya melotot melihat gelas yang digunakan Marco. Gelas biru bergambar beruang Forever Friend! Itu kan gelasnya. Gelas pribadinya. Tidak boleh ada yang memakai gelas itu kecuali dirinya!

“STOP!” ujar Kesya saat gelas kesayangannya sudah hampir mencapai mulut Marco.

Marco menurunkan gelas itu. Matanya menatap heran ke arah Kesya. “Itu gelasku! Gelas pribadiku! Gelas kesayanganku! Nggak boleh ada orang yang pake gelas itu kecuali aku...”

Marco tersenyum kecil dan tanpa merasa bersalah dia kembali mengangkat

gelas itu. “Stop! AKU BILANG ST...”

Terlambat! Gelas itu sudah menempel di bibir Marco! Aarrgghhh! Kesya geram sekali. Dalam hati dia mengingatkan untuk mencuci

gelas itu dengan sabun cairan antiseptik. Dia juga mempertimbangkan untuk membuang gelas itu, tapi sayang juga ya. Itu gelas pemberian pacar pertamanya saat dia ulang tahun sweet seventeen.

Marco menurunkan gelas kesayangan Kesya. Dia tersenyum ke arah gadis itu. Kesya membuang muka. Kalau tangannya memegang ulekan sambal, rasanya ingin dia ulek saja wajah usil Marco!

“Kenapa kamu bisa ada di sini sih?” tanya Kesya, masih kesal setengah mati karena Marco minum dari gelas kesayangannya. “Bukannya apartemen kamu itu di sebelah?”

“DeeDee yang membukakan pintu untukku. Aku kan baru saja sampai di Jakarta kemarin. Aku belum belanja kopi, dan aku belum tau tempat sarapan yang enak di sini. Jadi, aku pikir, lebih baik ke sini aja. Lagian, sepi juga sendirian di sebelah,” jawab Marco santai.

DeeDee! rutuk Kesya dalam hati.

“Di mana DeeDee?” tanya Kesya.

“Tuh... di kamar mandi.” Marco menunjuk dengan dagunya, lalu kembali minum dari gelas Kesya!

Kesya memalingkan wajah. Tidak sudi melihat pemandangan gelasnya dicium oleh orang lain.Pintu kamar mandi terbuka dan DeeDee keluar. Sudah berpakaian rapi.

“DeeDee!” Kesya memanggil. Suaranya sarat ancaman.

Morning, Kesh!” sapa DeeDee tanpa merasa bersalah sedikit pun. “Aku harus ke toko sekarang juga. Ingat nggak, aku kan ada janji dengan klien besar kita itu!” DeeDee mengambil tas yang sudah disiapkan di atas sofa lalu beranjak keluar.

The Bridesmaids StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang