Chapter 4 a

1.1K 19 0
                                    

KESYA mendengus kesal. Sudah dua jam dia keliling-keliling mencari alamat yang secara tidak jelas diucapkan oleh bestman Alo ini.

Dua jam lalu, ketika Kesya sampai di bandara, bestman Alo yang bernama Marco Raphael Eagan ini langsung melemparkan travel bag-nya ke dalam bagasi mobil Kesya.

“Jalan Disco, Kelapa Gading...,” begitu dia bergumam tidak jelas lalu mengempaskan tubuhnya di samping Kesya.

Kesya sungkan untuk bertanya lagi. Nanti disangkanya dia gadis kampungan yang tidak tahu jalan di kota Jakarta ini. Dengar-dengar dari cerita Alo, sejak kecil Marco tinggal di Singapura. Orangtuanya orang Indonesia, tapi mereka sudah lama bermukim di Singapura. Marco sendiri lahir di Singapura. Sekarang dia juga bekerja di sana. Kali ini dia ke Jakarta untuk menyelesaikan sebuah proyek, sekaligus menjadi bestman dalam pernikahan Alo.

Namun, putar sana putar sini, Kesya akhirnya menyerah juga. Dia berpaling, merasa kesal karena Marco sejak tadi tidak membantu menunjukkan jalan sedikit pun. Dan saat melihat kedua kelopak mata Marco yang terpejam rapat, hati Kesya tambah kesal.

Cowok kurang ajar! makinya dalam hati. Emangnya aku sopirnya? Aku capek-capek nyetir, muter-muter cari alamat yang nggak jelas. Mana jalanan macet, lagi! Eh, dia malah enak-enakan tidur! makiannya bertambah dahsyat.

Jengkel, Kesya terus memperhatikan Marco yang masih tetap tertidur pulas. Berpikir untuk menjitak kepala Marco.

Jalan di depannya agak tersendat, jadi Kesya agak leluasa untuk memperhatikan pendampingnya dalam acara pernikahan Cecil. Kesya tertawa dalam hati. Pendamping yang mendampingi pendamping pengantin. Hihi... lucu juga.

Dddiiinnnn...!

Kesya tersentak kaget. Buru-buru dimajukannya mobilnya. Berhenti lagi. Pelanpelan, Kesya melirik ke arah Marco lagi. Laki-laki itu masih tidur. Gila! Pulas sekali

 idurnya. Dasar kebo!

Ehm... tapi... kalau diperhatikan, Marco keren juga. Alisnya tebal. Rahang perseginya tampak kebiru-biruan, kentara habis dicukur. Bibir penuhnya tampak merah. Kata orang, laki-laki yang berbibir penuh adalah laki-laki yang tidak pernah bohong. Mereka juga sering memberi pujian kepada wanita pujaannya. Ups, sudah maju lagi.

Kesya melirik Marco lagi. Napas teratur laki-laki itu menandakan dia masih tertidur pulas.

Kira-kira, dia udah punya pacar belum ya?

Kesya terkejut. Lalu menggeleng kuat-kuat. Pikiran dari mana itu? Kesya kembali berpaling memperhatikan Marco. Kali ini cukup serius sampai dahinya berkerut-kerut. Kaus polo kuning yang Marco kenakan tampak menonjolkan maskulinitas tubuhnya. Di tangannya tampak urat-urat yang menonjol. Hmmm... tipe pekerja keras. Kesya suka laki-laki pekerja keras.

Ups, buru-buru diralatnya lagi pikiran itu. Dihapusnya sampai tidak tersisa lagi. Kalau melihat kesan pertama saat bertemu tadi, Marco tampaknya laki-laki yang suka tebar pesona. Yang sangat mengagung-agungkan maskulinitasnya. Yang gila olahraga, gila film-film action yang hanya menampilkan adegan berantem terus, gila nonton pertandingan tinju atau WWF yang penuh dengan sadisme.

Hiiyyy...! Kesya bergidik. Dia tidak akan pernah mau berurusan dengan lakilaki

semacam itu.

Kesya jadi ingat Jansen. Laki-laki bertubuh kecil yang tidak pernah sok-sok tebar pesona itu menyukai musik dan teater, sama seperti dirinya. Jansen juga tidak suka film action. Dia lebih memilih film drama daripada action.

Tapi, Jansen tidak segagah Marco... Kesya terkejut. Dari mana lagi datangnya pikiran itu?

Diiinnn! Dddiiinnnn! Dddiiinnn!

The Bridesmaids StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang