Jujur saja, Dominick merasa takjub melihat keberanian gadis kecil itu masuk ke kamar tamu saat ia sedang bercinta dengan wanita panggilannya.
Mengingat itu membuat Dominick tersenyum tipis, ia ingat betul betapa lucu ekspresi wajah Devany. Apa lagi saat wajahnya blushing. Dominick suka itu dan ia mulai lupa diri.
Setelah selesai mandi, Dominick memakai baju rumahan karena memang sudah malam. Berjalan menuju pintu dan__
"Terkunci?" Dominick menaikkan sebelah alisnya sambil mencoba membuka pintu.
"Sial!!!" geramnya pelan. "Dia mau bermain-main denganku, ya? Lihat saja, akan kubalas perbuatannya!" lanjut Dominick sambil melangkah menuju meja yang ada di ruangan itu. Ia membuka laci dan mengambil kunci cadangan.
"Bodoh! Dia pikir aku tidak bisa keluar, hah? "
Setelah membuka pintu, Dominick keluar dari walk in closed dan keluar dari kamar. Ia melangkah menuju dapur dan di depan kulkas ia melihat Devany yang menggerutu kesal. Mungkin karena kulkasnya tidak ada isinya. Hanya ada air mineral dan minuman soda.
Balasan untuk kamu, Gadis kecil. Biar saja kamu kelaparan, ucap Dominick dalam hati sambil tersenyum tipis.
Dominick mendekati Devany dan berdeham pelan membuat gadis itu terlonjak kaget.
"Aaaa, kamu mengejutkanku, Pak tua!" Jerit Devany spontan.
Apa katanya? Pak tua?
"Siapa yang kamu bilang pak tua, hah?" Dominick memasang ekspresi serius dan berpura-pura marah pada Devany. Tapi Devany tidak merasa takut sedikit pun, seperti tidak ada terjadi apa pun sebelumnya. Gadis itu mengelus-elus perutnya.
"Aku lapar, kulkasmu kosong," ucapnya dengan memelas.
"Terus, kalau kamu lapar, urusannya denganku apa?" Dominick masih pura-pura marah.
Devany menatapnya masih memelas membuat Dominick merasa gemas.
Ya, Tuhan. Jangan menatapku seperti itu, gadis kecil. Aku bisa memakanmu sekarang juga.
Dominick berdeham pelan. "Baiklah, aku akan memesan makanan cepat saji," ucapnya sambil mengeluarkan ponselnya dari saku celana. Devany menggeleng.
"Kenapa?" Dominick menaikkan sebelah alisnya.
"Aku ingin makan makanan yang aku masak sendiri."
"Memangnya kamu bisa memasak?" Dominick tidak percaya Devany bisa memasak. Lagipula Devany lahir dari keluarga kaya, Dominick berpikir kalau Devany adalah gadis yang manja dan hanya bergantung pada orang lain.
"Tentu saja! Kamu meragukanku, ya?" Devany menyilangkan tangannya di dada dan menaikkan dagunya dengan angkuh.
"Baiklah, pergi sana belanja!" Perintah Dominick tak kalah angkuh.
"Sendiri?" Devany menunjuk dirinya sendiri dengan mata membesar. Dominick mengangguk.
"Aku 'kan belum tahu sekitar sini! Gimana kalau nanti aku salah jalan atau di culik?"
Itu lebih baik!!! Sorak Dominick dalam hati.
Devany menarik tangan Dominick sekuat tenaga yang ia punya membuat lelaki itu tersentak dan mengikuti langkah kecil Devany.
Darah Dominick berdesir mendapat sentuhan Devany. Mau tidak mau ia terpaksa menemani Devany belanja.
•°°°•
Kedua tangan Dominick memegang kantung belanjaan. Devany belanja lumayan banyak. Padahal Dominick tahu ada beberapa barang yang tidak perlu dibeli. Karena malas berdebat dengan Devany, Dominick memutuskan diam saja dan mengikuti langkah Devany.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl
RomanceIni benar-benar gila. Bagaimana tidak? Aku di perbudak gadis remaja labil yang keras kepalanya sejagat raya. Dan anehnya, aku mau saja menuruti semua kemauannya. Ini bukan diriku yang kukenal. Gadis yang sangat menyebalkan, tapi mampu membuatku lulu...