-Dominick POV-
Aku memaksakan mataku terbuka saat aku mendengar jeritan kuat dari dalam kamar.
Berlari dan kamar kosong. Aku langsung menuju kamar mandi dan...."Aaaaaaa, dasar mesum!!!" Jeritan itu melengking membuat telingaku sakit.
Aku mengamati gadis kecil di depanku yang buru-buru menutupi tubuh telanjangnya.
Aku menelan ludahku dan menahan sesuatu yang tegang dan mengeras di bawah sana.
Uh, entah kenapa tubuh mungil ini membuatku.....
"Hei, Om! Jangan asal masuk saja dong. Dasar Om-om! Udah tua, mesum lagi, iihh!" Ucapnya lalu meninggalkanku sendiri di kamar mandi.
Yayaya, ini memang salahku, tapi tidak sepenuhnya. Siapa suruh dia menjerit kuat? Aku mana tahu kalau dia full naked. Tapi lumayanlah buat cuci mata pagi ini, haha.
Aku keluar dari kamar mandi dan lagi-lagi dia.....
"Aaaaaaa, dasar Om mesum tak tahu diri!!!" Jeritnya melempar handuk padaku. Aku dengan sigap menangkapnya. Hmm, sudah selesai rupanya.
"Om, kalau nafsu, jangan samaku dong! Cari sana yang seumuran dengan, Om!"
"Siapa juga yang nafsu? Yang ada ya, aku itu mau muntah saja bawaannya dekat sama kamu!" Aku menaikkan bahuku.
"Jadi apa namanya masuk sembarangan ke kamar mandi kalau bukan mesum? Ingat umur dong!" Dia mendekat dan menarik rambutku kuat.
Aku mengaduh, dan dia tertawa kuat.
"Apaan sih? Lagian ya, itu salah kamu! Menjerit seperti kemasukan setan saja. Dan ingat! Kalau mandi itu, kunci dong pintunya! Dasar LABIL!" Aku mendorong dahinya ke belakang menggunakan jari telunjukku. Dia diam dan mengerucutkan bibirnya.
Orang yang di depanku sekarang ini bukan tipikal yang mau mengalah.
"Kenapa diam? Ingat ya, kamu itu masih punya hutang padaku!"
"Hutang apa sih, Om?"
"Ah, kamu lupa, ya? Tentang kamu yang harus tanggung jawab atas perbuatanmu saat itu. Lupa? Kamu menggangguku sedang bercinta!" Aku memasang wajah marah meskipun dia tidak terpengaruh.
"Hehe, oh yang itu ya, Om. Tidak perlu berkata vulgar dong!" Dia nyengir dan mulai gelisah.
"Ya iyalah! Dan kamu harus menggantikan kepuasanku yang kamu gagalkan itu!" Aku meninggikan suaraku berharap dia takut. Eh, yang ada dia mendekat dan menyentuh wajahku dengan tangan mungilnya yang halus.
Aku menutup mataku merasakan sentuhannya. Jantungku berdebar lebih cepat, darahku berdesir dan suhu tubuhku perlahan mulai meningkat.
Dia mengelus dan mengusap wajahku dan turun ke leher. Tubuhku menegang. Aku membuka mataku dan mata kami bertemu. Dia menatapku sendu.
Lalu dia berjinjit dan aku langsung memegang pinggangnya agar dia tidak terjatuh.
Kurasakan hembusan nafasnya di wajahku. Aku menariknya lebih dekat memutuskan jarak di antara kami.
Lalu tangannya melingkar di leherku.
"Om..." Suaranya begitu lembut tepat di telingaku.
Aku berusaha mengontrol tubuhku agar tidak menerkamnya. Karena jujur saja, aku bergairah sekarang. Aku tidak munafik mengakui itu.
"Iya, Sayang." Ucapku tanpa sadar dan memeluk tubuh mungilnya dengan erat.
Aku terhanyut dalam sentuhannya di punggungku. Aku ingin lebih, aku menginginkan berada di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Little Girl
RomanceIni benar-benar gila. Bagaimana tidak? Aku di perbudak gadis remaja labil yang keras kepalanya sejagat raya. Dan anehnya, aku mau saja menuruti semua kemauannya. Ini bukan diriku yang kukenal. Gadis yang sangat menyebalkan, tapi mampu membuatku lulu...