Ketujuh

281K 7.3K 139
                                    

-Devany-

Aku membuka mataku yang terasa berat karena sinar matahari yang mengintip malu-malu di balik gorden.
Kurasakan sesuatu yang aneh mengganjal perutku dan aku melihat ke sebelahku.

"Kyaaaaa..." Jeritku kuat lalu terduduk dan menyingkirkan tangan besar ini dari perutku.

Aku lalu melihat tubuhku yang—

"Huaaaaa...." Jeritanku semakin kuat.

Kenapa aku telanjang begini ya?

Lalu kusibakkan selimut di sebelahku dan berhasil membuatku menjerit sekuat-kuatnya.

"Huaaaaaa..."

Kenapa om Nick juga telanjang?

Lalu aku mengingat kejadian tadi malam, dan—

"Kyaaaaa..." Sekali lagi aku menjerit.

"Sttt, jangan teriak-teriak terus, Sayang. Nanti pita suaramu putus." Ucap orang di sebelahku dengan santai dan masih memejamkan matanya.

"Kenapa kamu memperkosaku, hah?" aku memukul-mukul dada telanjangnya. Mataku kembali berkaca-kaca mengingat kejadian kemarin malam.

"Hahaha, ayolah, Sayang. Aku tidak memperkosamu, kita melakukannya suka sama suka," ucapnya sambil menarik tanganku sehingga aku sekarang ada di atasnya.

"Huaaaa...."

"Teriak sekali lagi, kuperkosa kamu sampai berdarah-darah." Aku langsung bungkam dan menutup mulutku rapat-rapat. Jujur dan, aku takut padanya.

"Anak baik," ucapnya menepuk-nepuk punggungku.

Aku hanya menatapnya dalam diam. Ekspresinya tidak menunjukkan rasa bersalah sedikit pun, itu membuatku sakit hati. Senyuman itu membuatku jijik, seolah tidak ada yang terjadi.

Mati aku! Kalau mama dan papa tahu, pasti mereka akan marah besar dan kecewa padaku.
Ya, ampun! Tenggelamkan saja aku ke laut sekarang!

"Apa yang kamu pikiran, hmm?"

"Kamu masih berani bertanya seperti itu?" tanya mulai kesal. "Setelah yang kamu lakukan kemarin malam, kamu masih bertanya seperti itu? Dasar egois!" ucapku mulai kesal, dia hanya tersenyum.

"Dan lagi, bagaimana kalau mama papa tahu? Bagaimana kalau aku hamil? Kamu menganggap semuanya terlalu gampang!" ucapku menggebu-gebu. Aku ingin sekali pergi menjauh dari laki-laki ini, tapi ia menahan tanganku.

"Tenang saja, mereka tidak akan tahu, Sayang." Ia mengelus rambutku dengan santai. Benar-benar semudah itu ia menjawab.

Lalu pemikiran-pemikiran buruk merasuki otakku lagi.

Bagaimana kalau aku hamil?

Ya, Tuhan! Aku belum siap untuk hamil! Aku masih terlalu muda untuk menjadi seorang ibu.
Bunuh saja aku sekarang!

Aku menarik tanganku dan turun dari tempat tidur. Aku berusaha menutupi tubuhku.

"Mau ke mana?" tanya om Nick sambil duduk.

"Mau mandi, Om! Jadi mau apa lagi?" tanyaku ketus.

Lalu aku menarik selimut untuk membungkus tubuhku. Lalu mataku terbelalak dan melotot melihat Juniornya om Nick berdiri, tegang, dan besar. BESAR!

Pantas saja semalam rasanya sangat sakit. Ya ampun.

Aku mendengar om Nick terkekeh lalu menghampiriku. Tidak memperdulikan tubuhnya yang telanjang.

"Sekarang apa yang di pikirkan oleh kepala cantikmu ini?" Om Nick mengelus rambutku.

Aku gugup dan mulai takut lagi. Aku menundukkan kepala.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang