Kelima

289K 8K 162
                                    

-Devany POV-

Sejak malam itu, aku merasa ada yang aneh pada diriku.

Itu untuk yang pertama dan om mesum itu yang mencurinya.

Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sudah sebulan lebih aku tinggal berdua dengan om mesum itu, ralat om Dominick si tukang cium!

Entah sudah berapa kali aku berciuman dengan om Nick. Aku tidak tahu karena aku tidak menghitungnya. Om Nick bilang cukup nikmati saja. Sejak malam itu, om Nick semakin berani dan bodohnya aku yang tidak bisa menolaknya.

Yayaya, tampar saja aku yang terbuai dengan rayuan om Nick. Dan aku juga menikmati ciuman yang di beri om Nick padaku.

Gara-gara rasa penasaranku ingin tahu lebih soal ciuman, aku hampir saja menyerahkan mahkota berhargaku pada om Nick.

Kalian tahu kan bagaimana kehidupan di asrama? Tidak ada lawan jenis di asramaku dulu, ada... tapi hanya tukang kebun dan penjaga keamanan. Itu juga yang membuatku tidak suka berdekatan dengan lelaki asing.

Sejak SMP kelas VIII sampe SMA, orang tuaku memasukkan aku ke asrama, bukannya mereka tidak sayang padaku, hanya saja mereka berdua sangat sibuk. Aku juga tidak terlalu mempermasalahkan hal itu selagi mereka menuruti dan mengabulkan semua yang aku mau.

Di asrama, aku sering membayangkan bagaimana rasanya ciuman. Ingin praktekin, tapi tidak tahu sama siapa. Tidak mungkin kan aku praktek ciuman dengan sesama jenis? Demi Tuhan! Aku masih normal! Aku sama seperti remaja lainnya, kok. Mempunyai rasa penasaran di masa-masa pubertasku.

Dan saat malam itu om Nick menciumku tiba-tiba, aku sempat terkejut. Hatiku berdesir dan jantungku berdebar tidak seperti biasanya. Ya, meskipun jantung om Nick yang sangat-sangat tidak normal itu tidak tahu malu.

Aku tertawa dalam hati saat mendengar debaran jantung om Nick yang sampai berhasil menggetarkan hatiku.

Aku ingin sedikit memberontak karena aku hanyalah gadis di bawah umur ini merasakan yang seharusnya belum bisa kurasakan. Oh, ayolah, tapi aku suka seperti ini. Menurut kalian usia 17 tahun itu masih di bawah umur atau tidak? Soalnya, orang tuaku selalu mengatakan kalau aku ini hanyalah anak kecil. Tapi aku tidak peduli.

Aku lemah sekarang. Tidak bisa menolak sentuhan om Nick. Sudah seperti candu saja. Kurasa, aku menyukai om mesum itu.

Tapi sikapku ke om Nick masih seperti biasa. Om Nick suka sekali cari gara-gara dan bukan Devany namanya kalau tak bisa membuat om Nick patuh.

Hari ini aku akan ke kantor om Nick untuk mengantar dia makan siang. Ya, meskipun masakan yang kumasak tidak ada kemajuan. Semoga saja om Nick merasakan usahaku.

Aku turun dari taksi dan berjalan menuju loby. Aduh, kok aku jadi berdebar gini ya? Kurasa aku harus periksa jantung ke dokter nanti.

Aku menenteng paper bag dengan senyuman manisku.
Tadi aku sudah menelepon om Nick. Tapi om Nick bilang terserahku saja.

Aku memasuki lift masih tersenyum. Aku pikir aku akan gila kalu terus tersenyum sendiri. Setelah sampai, aku melangkah pelan menuju ruang kerja om Nick sesuai pengunjuk dari resepsionis.

Aku berdiri di depan pintu ruangan om Nick dan debaran jantungku semakin tidak karuan. Aku langsung masuk saja tanpa mengetuk pintu. Hmm, sepertinya dia sibuk. Padahal ini kan jam makan siang.

Kuletakkan paper bag di atas meja lalu mengeluarkan isinya satu per satu.

"Kamu datang?" tanya om Nick tanpa menoleh padaku. Uh, menyebalkan!

"Tentu saja, kan aku sudah bilang tadi." Si om diam tak merespons.

"Om, makan ya..." aku menyodorkan tupperware berisi nasi putih pada om Nick.

My Little GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang