/ /tujuh\\

253 33 12
                                    

SAMBIL BACA SAMBIL DENGERIN LAGI JAMES BAY - LET IT GO YAA

-Fray's POV-

Pasti ada salah satu pihak yang diuntungkan. Dan, dirugikan. Satu pihak yang harus mengalah dan mengorbankan kebahagiaannya sendiri untuk pihak yang lain. Dan, pihak yang menderita itu haruslah aku.

Aku ingin Harry bahagia. Aku tak ingin setetes pun sebuah air mata mengalir di pipinya. Aku hanya ingin bibirnya membuka lebar memancarkan kebahagiaan yang begitu indah dipandang.

Jadi, perceraian lah yang terbaik. Pengorbanan terakhir dan puncak dari kehancuranku untuk kebahagiaan Harry.

"Bercerai? Harry bilang padaku bahwa kau ingin menceraikannya. Apa yang salah denganmu? Apa, Fray?!"

Lelaki itu terus mengguncang tubuhku dengan keras kepala. Tapi, aku tak berniat menjawab apapun yang dikatakannya. Aku hanya diam melihat pemandangan kota London. Lagi dan lagi.

"Fray?! Aku telah mengorbankan segalanya untukmu, tapi mengapa...kau melakukan ini?!" Ia berteriak penuh emosi.

"Aku benci harus berpura - pura bahwa aku tak tahu dirimu dan juga aku benci harus mengenalmu sebagai Nyonya Styles padahal aku adalah orang yang paling menyukaimu di seluruh dunia ini!"

Aku menatap matanya dalam.

"Berhentilah memikirkan kebahagiaannya! Kau harus memikirkan kebahagiaanmu juga!" Ia lagi - lagi berteriak membuatku emosi.

"Kau kira aku akan bahagia jika melihat ia sedih karenaku?! Inilah yang terbaik! Aku melihat dia bahagia maka aku akan bahagia!"

Ia menatapku tak percaya, "Kau memang benar - benar sudah dijampi oleh dirinya."

"Berhentilah mencintaiku. Aku tidak mencintaimu." Kupejamkan mataku lalu membawa kursi rodaku mundur dan berjalan ke arah lain.

Aku sempat menengok dan pandangan yang terakhir kali kulihat adalah ia. Seorang pria jangkung yang terduduk dengan jas putih menempel di badannya. Matanya memerah karena menangis dan ia masih saja terus terisak. Rambutnya berantakan tak terurus. Aku melihat tag namanya lalu tersenyum perih,

Maafkan aku, Luke Hemmings.

Seperti yang kubilang tadi, akan ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan pula.

Kugerakkan kursi rodaku melewati koridor rumah sakit dan tiba - tiba saja aku merasa ingin menangis. Kulihat seorang suami tengah menyuapi istrinya dengan sabar.

Andaikan saja Harry mencintaiku.

Aku menyeka air mataku lalu cepat - cepat menggerakkan kursi rodaku menuju taman.

Air mataku kembali mengalir. Hatiku terasa sesak seperti ada lubang yang terus membesar setiap kali aku melihat Harry.

Kurasakan bahwa aku mulai kehilangan kontrol diriku dan mulai menangis sekencang - kencangnya. Sesak. Satu - satunya yang kurasakan.

Aku memukul dadaku mencoba menetralisir rasa yang memenuhiku. Nihil. Tidak ada yang berubah sama sekali!

Sekelebat bayangan Harry dan Lily tengah tertawa muncul di otakku, berulang - ulang mencoba membunuhku. Air mataku tidak dapat berhenti mengalir.

Aku terus menangis hingga kurasakan dunia berputar dan mataku mulai menutup.

***

-Harry's POV-

"Bagaimana bisa? Fray ingin melepasmu?"

Aku mengangguk sembari tersenyum.

"Akhirnya, ia sadar bahwa kau adalah satu - satunya sumber kebahagiaanku." Ujarku sembari menyolek hidungnya. Lilly tersenyum akan tetapi tiba - tiba ia terdiam.

"Tapi, ia tidak mempunyai keluarga lagi bukan? Apa ia akan baik - baik saja?" Tanyanya menatapku khawatir.

Aku hanya mengangguk lalu menghirup aroma rambutnya yang menyejukkan hatiku.

Tilililit.

Kuambil handphoneku dari sakuku lalu menjawab telepon dari rumah sakit.

"Ini aku, Luke."

Kukerutkan keningku, "Ada apa, Luke?"

"Aku ingin bertemu denganmu sekarang juga. Datanglah ke gang rumah sakit sekarang."

***

"Apa yang ingin kau bicarakan?"

Kutangkap Luke yang begitu berantakan dengan matanya yang memerah. Luke melangkah mendekat lalu tiba - tiba saja melayangkan tonjokkannya ke arahku.

"Berani - beraninya kau, bajingan!" Ia terlihat begitu marah dan aku tidak mengerti mengapa.

"Hey ada apa?!" Teriakku bingung.

"Berani - beraninya kau mengambil hatinya dan meninggalkannya setelah hatinya sudah begitu terluka!" Ia berteriak lagi lalu mencoba melayangkan tonjokkannya lagi.

"Maksudmu?"

Luke berhenti dan memandang ke arah bawah.

"AKU MENYUKAI FRAY! DULU SEBELUM KAU DIJODOHKAN DENGANNYA! SAAT IA MASIH BEGITU CERIA WALAU IA MEMPUNYAI KEKURANGAN!"

Mataku membesar, "Apa maksudmu?"

"Maksudku, cih, aku mengenalmya bukan sebagai Mrs. Styles akan tetapi sebagai Fray yang ceria! Fray kecil bukan sesosok gadis lemah yang mencona terlihat kuat dan mengorbankan apapun hanya untuk seorang brengsek sepertimu!" Ia menunjukku.

"Jangan ceraikan dia. Ini permintaan terakhirku. Bahagiakan dia, Harry!" Luke mengguncang tubuhku yang tidak berkutik.

Jadi mereka berdua telah kenal begitu lama? Dan Luke menyukai Fray?

"Harry?"

Sebuah suara muncul dari samping membuat kami berdua menoleh. Dan, aku dapat melihat Lilly tengah berdiri disamping Fray.

"Apa yang kau lakukan disini?" Tanyaku pada Lilly. Gadis itu hanya menunduk membuatku merasa geram.

Pandanganku beralih kearah Fray yang sudah hampir meneteskan air matanya.

Gadis itu berjalan ke arah Luke lalu menampar pria itu sebelum menghilang di tengah kegelapan.

Astaga.

They Don't Know About Us // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang