//two//

366 51 4
                                    

ENJOY READING!

***

-Harry's POV-

Aku menyambar kantung belanjaannya itu, dan melemparkannya ke sembarangan arah, sampai semuanya berhamburan.

"Harry?"

Aku berbalik tanpa menghiraukannya, lalu duduk dan menonton televisi. Dia menyentuh bahuku pelan.

"What the hell are you doing?!" Aku mendengus padanya.

Dia mengernyit. Ah, aku tahu. Dia tidak bisa mendengar, karena alat pendengarnya ada di saku mantelku.

"Kau lihat alat pendengarku?"

Aku menggeleng, dan berlari menaiki tangga. Aku mengendap - endap masuk kamarnya, dan menaruh alat itu di mejanya. Lalu, berlari ke kamarku.

Aku berbaring, dan memejamkan mataku berusaha tidur--dan melupakan apa yang baru kukatakan pada gadis - gadis itu.

.

.

.

.

Fray berjalan gontai ke kamarnya. Lalu, ia melirik alat pendengar yang tertaruh di atas meja. Dia mengambil benda itu, dan memakainya.

TEK!

Fray sedikit meraung, saat sebuah batu mengenai kepala kirinya. Dia menoleh ke arah jendela--dengan kaca yang sudah habis karena pecah.

Dia berjalan dengan tatapan kosong ke arah jendela, lalu menengok ke bawah. Dan, tepat pada saat itu juga sebuah batu terlempar mengenai keningnya hingga berdarah.

"YOU WILL DIE!"

Dia memegangi keningnya dengan gemetaran.

Jika ia bisa berteriak, aku bertaruh dia akan berteriak sekencang - kencangnya.

Jika saja semua orang mengerti akan dirinya, dia akan sangat bahagia sekarang.

Jika saja semua orang menatapnya sama seperti yang lain, dia tidak akan merasa beda.

Fray mencoba tersenyum dalam tangisnya. Ia lalu berjalan ke sudut kamarnya, dan duduk di sebelah kardus berharganya.

Ia mengeluarkan satu persatu barang di kardus itu dan memerhatikannya satu - persatu.

"Hey, bodoh!"

Fray menoleh ke arah Harry yang berdiri di ambang pintu.

"A!" Tiba - tiba, sebuah batu mengenai kepalanya. Dia melangkah cepat ke jendela, dan seketika raut wajahnya berubah saat seseorang meneriaki "FRAY, KAU TIDAK PANTAS UNTUKNYA!"

Harry menoleh kearah Fray yang terdiam.

"Apa ini?" Tanya Harry menaikkan satu alisnya.

Fray terus diam sembari menunduk."Aku tanya apa ini?!" Harry berteriak.

"Itu fansmu," Akhirnya, Fray menggerakkan tangannya untuk berbicara.

Harry berjalan cepat ke arah Fray dan menatap gadis itu tajam."Kau tahu berapa harga kaca itu?! Dan, kau biarkan mereka merusaknya?!"

Harry belum juga sadar.

Fray menghapus air matanya dan bersujud kepada kaki suaminya yang membuat suaminya itu merasakan sebuah perasaan bersalah.

"What the hell are you doing?!" Harry mendorong Fray menjauh. Tapi sepertinya, tenaganya terlalu kuat--hingga kepala Fray menyentuh lemari dengan kencang.

"Fuck. Fuck." Harry mengacak rambutnya, saat melihat Fray tidak sadarkan diri. Ia berlari keluar kamar Fray, dan menutupnya kencang.

"You kill her! Shit," Harry mondar - mandir, akhirnya, ia mencoba menelfon dokter pribadinya yang sudah seperti teman dengannya.

"Aku ingin kau datang sekarang juga, Luke." Dia berbicara cepat, dan langsung memutus telfonnya.

***

"Dia hanya pingsan, Styles. Tenang saja" Luke memegang kedua bahu temannya itu--mencoba menenangkannya.

"Tapi, dia tidak terlihat bernapas, Hemmings!" Harry menunjuk Fray yang terbaring di kasurnya.

"Dia akan bangun." Luke mencoba meyakinkan sahabatnya itu."Aku harap juga begitu," Jawab Harry, lalu menghela nafasnya berat.

"Mungkin, dia akan terbangun besok hari." Luke memandang gadis itu dengan tatapan khawatir.

"Dan, dia akan sedikit terganggu kejiwaannya."

"Apa?! Aku tidak ingin tinggal dengan seseorang yang gila, bisu, dan tuli!" Harry berteriak frustasi.

"Kau harus. Dia istrimu" Luke menepuk bahu temannya itu pelan."Aku akan menceraikannya besok!"

"Harry, kau tidak boleh seperti itu." Luke menahan tangan sahabatnya itu.

"Kau bilang seperti itu, karena posisi itu bukan padamu, Luke!" Harry menjerit. "Aku pusing dengannya!"

***

-Fray's POV-

Orang lain.

Aku melihatnya berjalan kesana - kemari didalam penglihatanku yang buram.

Dia bukan Harry. Aku tahu itu.

Dan, dia memanggilku terus - menerus dengan kata "Arly."

Aku berdiri, dan berjalan ke arahnya, lalu menyentuh pundaknya dalam penglihatanku yang buram ini.

Dan, dia menoleh ke arahku.

"Arly?"

***

INI EMANG CHAPNYA PENDEK - PENDEK YAAA.

VOMMENTS OKEE?

They Don't Know About Us // h.sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang