Chapter Seven - Pendeta dengan Pedang

48 2 0
                                    

Klap... Klap.. Klap..
Suara langkah kaki Sally menderap perlahan menuju mobil yang ia parkir didepan rumah Fina.
Dengan cepat ia kemudikan untuk segera kembali kerumahnya.
Malam yang mencekam ia rasakan hingga menusuk pori-pori kulitnya yang halus dan putih bersih.
Jalanan bogor memang tidak selalu sepi, hanya jika ia melewati perkebunan, dan persawahan yang lebat. Rumahnya yang jauh dari kota membuatnya malas untuk selalu bepergian, kecuali jika itu hari libur. Ia pergi pagi hari dan pulang sore hari. Tidak pernah sekalipun sally bepergian pada sore hari karena phobia nya pada kegelapan.
Namun kali ini nampaknya sally harus meyakinkan dan memberanikan dirinya. Dia tidak pernah mengecewakan permintaan temannya, walaupun ia harus pulang pada malam hari. Begitulah sally, yang terkenal tulus dan lembut kepada sahabat dan teman-temannya disekolah.

Sally duduk dibangku kelas 2 SMA saat ini, dan ditahun keduanya ini...
Ia akan mendapatkan sebuah cerita panjang dan tidak akan pernah dilupakannya.

Hal yang ditakutkan sally pun terjadi.
Mobil yang dipakainya mulai terasa aneh, mesin mobil tersendat-sendat seperti akan kehabisan bahan bakar. Diliriknya meteran bahan bakar yang belum menunjukkan huruf E, dan bahkan masih 2 liter lebih. Lalu apa yang salah dengan mobil ini? Tanyanya dalam batin.
Dan beberapa detik kemudian..

Mobil itu benar-benar berhenti bergerak, alias mogok.

Dan lagi tempatnya berhenti kali ini di area perkebunan yang sangat sepi pengendara, apalagi penghuni yang ada disekitar wilayah itu. Semuanya hanya terlihat hijau karena terpaan sinar bulan purnama yang sangat terang.

Sally terus menerus mengerjapkan matanya, tidak percaya jika nasib sial akan menerpanya hari ini. Rasa takut sally pun bertambah, dan membuat kepalanya ngilu. Dadanya sesak dan tak sanggup bernafas.

Dia segera mencari akal untuk peruntungannya yang buruk kali ini, segera sally mengambil ponsel yang diletakkan didalam tas miliknya yang bercampur dengan buku-buku yang ia gunakan untuk kerja kelompok tadi. Namun bola matanya melebar seketika melihat tanda signal diponselnya menunjukkan tidak adanya tanda-tanda kehidupan.

Matihlah aku.

Runtuk sally dalam hati. Menambah sesak didadanya, sally bingung harus berbuat apa. Ia pun segera keluar dari mobilnya untuk mencari sinyal yang ada diponselnya, namun na'as...
Hasilnya tetap nihil.
Tidak biasanya sinyal ponsel mati meskipun ia harus berada dipuncak bogor sekalipun, tapi kali ini kenapa harus mati?
Berbagai pertanyaan berngiang di benaknya dalam kondisinya yang sekarang.

Terdiam.

Sally merasakan ada sesuatu disekitarnya. Sesuatu yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Firasat buruk yang melandanya semenjak beranjak dari rumah fina.

Sret..

Sreet..

Sret..

Sally melihat bayangan yang bergerak cepat disekelilingnya. Ia tidak tahu apa itu, dan mulai siaga jika terjadi sesuatu padanya. Dengan sigap ia mengambil pentungan yang ia taruh dibagasi belakang mobilnya, dan mengacungkannya tanda agar musuh tidak dapat mendekat.

" siapa itu..?????!!!!!! "

Tidak ada suara yang membalasnya. Bahkan sekelebatan bayangan hitam tadi mulai berhenti.

Tapi Sally merasakan ada sesuatu yang mendekatinya. Dan seketika itu beberapa sosok bayangan hitam itupun muncul dari kegelapan, sehingga terlihatlah penampakan mereka yang terkena sinar bulan purnama yang terang.

Terlihatlah sepuluh orang manusia, namun berperawakan berbeda. Mereka berkulit pucat seperti mayat, bola mata mereka berwarna merah, dan yang membuat sally terbelalak.. Mereka mempunyai taring yang menyeringai panjang. Kuku jari mereka panjang dan lancip, yang dipikirkan saja sudah membuat sally lemas jika kuku itu menancap ketubuhnya.

Noble Hybrids : Vampire Throne (book one)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang