*
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam dan disinilah aku, berada didepan rumah ibuku. Aku pun membunyikan bel, tak berapa lama wanita paruh baya membukakan ku pintu dan dia adalah ibuku. Wajah yang sudah lama tak ku lihat kini banyak berubah, mulai dari adanya keriput disekitar mata dan sudut bibirnya dan juga beberapa rambut putih di rambut coklatnya.
Ia tersenyum hangat kepadaku dan memelukku erat, pelukan rindu. Aku sangat merindukannya, selama ini aku terus-terusan untuk mengisolasi diri dari keluargaku terlebih lagi orang tuaku semenjak kejadian itu. Ibu pun melepaskan pelukannya, "selamat datang kembali, Rebecca."
Ia pun mempersilahkan ku masuk dan duduk di meja makan, sejauh ini aku tidak mendapati pria itu dan untung sajalah jika ia tidak jadi datang, "aku sudah menghubungi ayah mu, katanya dia akan tiba sebentar lagi." Ya mungkin setelah ia bercinta dengan para pelacurnya lalu ia akan tiba disini, menampakkan wajah polosnya yang ternyata lebih busuk dari apapun.
"Ibu memasakkan ini untukmu, ibu tahu kau masih menyukai. Benarkan?" Aku hanya mengangguk, menyesali dalam hati mengapa ini semua berakhir dengan kehidupan masing-masing. Mengapa ini semua harus terjadi? Aku merasa kasihan kepada ibu yang selalu dibohongi dan apakah aku harus membongkar semua kebusukan ayah? Cih dia bahkan tidak pantas untuk dipanggil ayah.
Bel berbunyi, "oh itu pasti ayahmu." Ibu berjalan membukakan nya pintu dan tak berapa lama ia masuk dan duduk di hadapanku, berani-beraninya dia setelah semua yang terjadi dia hanya memasang seulas senyum tanpa rasa bersalah. Aku harus memendam rasa dendamku, aku harus bisa sepertinya. Menganggap semuanya baik-baik saja.
"Apa kabarmu, Rebecca?" Ia tersenyum yang ku anggap adalah senyuman iblis.
"Aku tidak merasa sebaik ini sebelumnya. Bagaimana denganmu, peter?"
"Rebecca, dia itu ayahmu. Tolong hargai dia sedikit" timpal ibu.
"Bagaimana kabarmu, ayah?" Perlu beberapa detik bagiku untuk memanggilnya ayah.
"Seperti yang kau lihat, aku selalu merasa luar biasa." Tentu saja, bercinta tiap malam membuat mu selalu merasa hidup.
"Baiklah, sekarang makan lah makanan kalian." Ibu pun mengambilkan ku piring. Aku menyendokkan kentang tumbuk rebus dan makanan lainnya.
Setelah makan malam usai, ibu menyuruh kami untuk tetap disini karna banyak hal yang ingin dia tanyakan selama beberapa tahun kami tidak bertemu. Aku hanya pasrah dan menurut walau dalam hati aku sangat ingin pergi dari sini karena aku tidak sudi berlama-lama melihat wajah pria brengsek ini.
Ibu dan ayah, bercerita banyak hal yang tak ku ketahui sedikitpun. Aku hanya bisa duduk diam dan memainkan handphoneku, "Rebecca, bagaimana dengan sekolahmu?"
"Baik-baik saja ku rasa"
"Ku dengar kau jarang masuk kelas, benarkah itu?" Timpal peter.
"Ya."
"Kau harus lebih rajin, bagaimana masa depanmu jika kau terus-terusan seperti ini?"
"Akan ku coba."
Aku berjalan ke dapur dan membiarkan peter dan ibu kembali ke topik mereka tadi. Tenggorokan ku rasanya sangat kering padahal aku baru saja minum. Tapi tiba-tiba aku mendengar suara yang samar-samar, ku tengok ternyata itu adalah peter yang sedang berbicara ditelpon. Ia berbisik, aku pun semakin mendekat untuk mendengar apa yang dikatakannya.
"Ya, sebentar lagi aku akan pulang. Aku janji, hanya beberapa urusan dengan klien." Sudah ku duga.
Aku pun kembali ke tempat awalku. Lalu setelah ia mematikan sambungan telepon ia melihatku terkejut, "ha-hai, Rebecca. Apa yang kau lakukan disitu?" Ucapnya kikuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/36568656-288-k928214.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Couple
FanfictionDua orang yang gemar mengkoleksi tato diseluruh badan mereka, bukankah itu unik? Ciri khas mereka sendiri. Awalnya biasa saja, namun keduanya merasakan sesuatu yang sama. Sifat Justin yang berbanding terbalik dengan Rebecca. Akan kah perbedaan dapat...