15. Try!

2.9K 156 8
                                    

Akhirnya - 15 :: Try!

****

Prilly mengusap hidungnya berkali-kali, sepertinya ia akan terserang flu. Ali menyodorkan segelas teh hangat yang masih mengepul.

“Terimakasih” , Prilly mengambilnya dan meminumnya perlahan.

“Kamu sepertinya akan flu.” , Ali meraih tangan Prilly dan mengusapnya pelan. Mencoba memberi kehangatan. Prilly tersenyum manis lengkap dengan hidung yang memerah.

“Cepat habiskan. Aku akan mengantarmu pulang”

Prilly mengangguk. Ia meneguk teh hangat itu perlahan sementara Ali memilih memperhatikan jalanan di depannya. Ia mengadahkan tangannya. Perasaan lega melingkupi hatinya ketika hujan telah berhenti. Jadi ia dapat memulangkan Prilly tanpa basah kuyup.

“Aku sudah selesai” , Ali berjalan ke arah Prilly dan meletakkan uang untuk membayar teh itu.

Ia mengamit tangan Prilly dan berjalan beriringan di trotoar. Langit kota Seattle masih setia dengan mendung yang menggantung di ujung cakrawala. Seperti biasa, Seattle memiliki curah hujan yang tinggi di banding negara-negara lainnya.

Angin semilir menerbangkan untaian rambut Prilly. Dengan sigap Ali membantu merapikan kembali , gadis itu merona ketika jemari Ali menyentuh pipinya.

Keduanya masih bergenggaman erat hingga sampai di depan rumah Prilly.

“Sampai. Terimakasih sudah mengantarkan aku pulang”

Ali mengangguk, “Kalau begitu akan pulang. Sampai besok”

Pria itu berjalan menjauh dari rumah Prilly.

Tidak lupa gadis itu melambaikan tangan hingga Ali menghilang di tikungan. Prilly tersenyum mengingat hari ini, ia kemudian menutup pagar.

***

Rain mengusap wajahnya frustasi. Sementara Pelangi sedari tadi mencoba menenangkan suaminya.

“Ali akan baik-baik saja, Rain”

“Kamu tau bagaimana sifat Ibu kan, Pelangi. Dia itu pemaksa. Meski kini ia sudah tiada tapi Ibu selalu saja membuat aturan-aturan sesuka hatinya. Aku sudah keluar dari Istana. Aku bukan lagi bagian dari mereka tapi mengapa Ibu masih merecoki semuanya. Aku punya kehidupanku sendiri, dan aku bukan robot”

Pelangi mengusap pelan punggung Rain, “Kita akan menjaga Ali bersama. Kamu tenang dulu ya.”

Ali menyampirkan mantelnya yang setengah basah. “Ibu, Ayah”

Keduanya menoleh dan tersenyum tapi raut wajah Pelangi berubah khawatir ketika menemukan pemandangan Putra kesayangannya basah kuyup.

“Kamu darimana Sayang? Kok basah semua” , Ali tersenyum menunjukkan deretan giginya ketika mampu mengeja apa yang di ucapkan Ibunya.

“Tidak perlu cemas, Bu. Aku hanya kehujanan, tadi lupa nggak bawa payung.”

“Lain kali jangan sampai lupa bawa payung. Kamu mandi pakai air hangat sana.”

Ali mengangguk dan berjalan ke kamar.

****

Roma

Grier mengawasi sekitar dengan mata jeli. Sementara Putri Angelica tengah menjulurkan kain panjang dari atas. Perempuan itu turun perlahan, tekadnya sudah bulat. Ia akan merelakan singgasana-nya untuk siapa saja. Persetan, dirinya butuh kebebasan bukan paksaan seperti ini. Dan dirinya sudah sangat yakin akan menemukan kebahagiaan bersama Grier --- kekasih hatinya ---.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 10, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AkhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang