4 • Kebetulan Kedua

3K 214 4
                                    

Ketika senja di balut rinai hujan.,
Yang ada hanya kedamaian..
Ketika burung-burung sedang bersyair ,
Yang ada hanya sebuah belaian mesra..
Ketika pelangi memamerkan senyumnya,
Yang ada sebuah kebahagiaan..

Kaki kecil dan polos berjalan mencari pijakan kuat untuk terus berjalan tanpa henti..
Mencoba mencari arti dari kehidupan dan takdir..
Sebuah cahaya bernama cinta menyelinap masuk di perjalanannya,
Berawal dari kata 'Hai' , sejujurnya dua anak manusia ini telah menjatuhkan hati mereka..

ALI berjalan di trotoar untuk pulang ke Rumah. Hari ini ia mendapat jadwal kuliah pagi. Hiruk pikuk kota Seattle sangat ramai di saat jam istirahat kantor seperti ini.

Pria itu membenarkan letak tas yang ia bawa sedari tadi. Ia berjalan sendirian seperti biasanya. Mata nya berbinar ketika melihat bookstore yang terdapat di ujung jalan. Rencana nya ia ingin membeli beberapa novel dan manga. Ia berjalan sedikit cepat, dia tidak ingin pulang terlalu terlambat.

Di dorongnya pintu besar itu. Aroma buku menyeruak memenuhi indra penciuman, seolah buku-buku itu sedang merayu untuk segera dibaca lembar per lembar. Ali tersenyum sekilas pada penjaga kasir itu kemudian berjalan ke stand novel dengan genre thriller .

Di amati satu per satu buku itu, beberapa kali ia membaca kutipan yang terdapat di belakang buku itu. Kaki nya terus melangkah menyusuri rak-rak buku itu hingga tatapannya terkunci pada seseorang yang berdiri di sudut sambil membaca novel romance.

”Hai” Ali menepuk pelan pundak orang itu, untunglah memang benar itu adalah orang yang ada di pikiran nya. Perempuan itu mengernyitkan dahi nya sekilas kemudian tersenyum.

”eh.. Hai.” Perempuan itu menggerakkan tangan nya untuk menyambut sapaan Ali.

”Kau sakit?” Ali memperhatikan wajah gadis itu lekat. Bibir perempuan itu tampak pucat berbanding terbalik dengan hazel nya yang berbinar.

”Tidak. Aku memang memiliki kulit yang pucat” Perempuan itu mengigit bibirnya berharap sesuatu yang ia sembunyikan tidak terbongkar.

”Oh. Kupikir kau flu gara-gara hujan kemarin” Perempuan itu hanya tersenyum kikuk.

”Ah ya. Mantel mu” Perempuan itu mengambil mantel hangat itu dari tas nya. Ali mengambilnya dan menyampirkan di bahu nya.

”Mau ikut dengan ku, Prilly. Ke taman mungkin” perempuan itu menghela nafas berat dan kemudian menatap sekitar yang memberikan tatapan aneh untuk nya dan Ali. Ia sebenarnya sudah menduga hal ini akan terjadi.

”Ya. Seperti nya disana tidak terlalu ramai”

”Baiklah”

Keduanya berjalan keluar toko buku beriringan. Prilly memejamkan mata nya sebentar dan memasukkan kedua tangannya di saku mantel. Hari ini tidak hujan namun tetap saja hawa dingin begitu menusuk palung tubuh. Sementara Ali hanya memandangi gadis itu dan berperang dingin dengan hatinya.

Tidak mungkin aku jatuh cinta..

Pemikirannya mulai berontak dengan hatinya. Bicara soal cinta siapa yang tahu akan kemana dia berlabuh. Lagi-lagi manusia hanya bisa menerima bukan dan memainkan peran dengan baik.

”Kau tidak apa-apa?” Prilly menepuk pelan pundak Ali. Ali tersadar dari lamunan nya.

”eh..”

” Sedari tadi kau hanya melamun dan beberapa kali menggelengkan kepala. Kau baik-baik saja kan? ” Hanya lontaran satu pertanyaan sudah mampu menjungkir balikan hati Ali. Sesuatu yang aneh sedang berpesta pora di dalam dirinya. Seolah dia baru memenangkan sebuah undian mobil.

AkhirnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang