Hot Chocolate (Jin/Seokjin)

108 3 0
                                    


Episode 6 – Hot Chocolate (Seokjin)

---

"Hyung," Jimin menatap ngeri Seokjin di hadapannya, seolah balon-balon warna pink yang tengah disusun Seokjin di salah satu sudut Milky Way adalah granat jenis terbaru yang baru ia curi dari camp militer di perbatasan Korea Selatan dan Utara.

"Hm?" Seokjin melirik ke arah Jimin, sebelum kembali sibuk dengan balonnya saat Jimin hanya bisa terdiam memandanginya.

"Ini tidak benar," Jimin menggeleng-geleng dan berlari ke balik meja di dekat mesin kasir dimana terdapat sebuah pesawat telepon yang biasa digunakan untuk menerima order. "Aku akan telepon Namjoon hyung."

Seokjin seolah tak mendengar apa yang dikatakan Jimin—ia kini malah berkonsentrasi penuh menghias satu meja yang terletak di tengah-tengah café dengan taplak meja renda-renda warna putih dengan motif warna pink.

"Hyung!" Jimin berseru saat ia dengar suara Namjoon menyapanya dari seberang telepon. "Hyung, kurasa Seokjin hyung sudah gila. Saat aku datang, dia bukannya menyuruhku beres-beres tapi malah menyuruhku meniup balon. Sekarang, bukannya mempersiapkan bahan untuk membuka café lima belas menit lagi, dia malah sibuk menghias meja! Lalu—"

"—lalu?"

"Lalu.."

Jimin terdiam saat ia lihat Namjoon masuk ke café dengan cara mendorong pintu masuk dengan bahu kanannya—yang ia pakai juga untuk menjepit ponselnya dengan pipinya—apa boleh buat, kedua tangannya dipenuhi buket bunga super besar yang terdiri dari beberapa jenis bunga-bungaan yang Namjoon sendiri tak pernah tahu apa nama bunga-bunga itu, ah, kecuali mawar.

"Sudah datang?" Seokjin tersenyum lebar sambil berlari menghampiri Namjoon dan mengambil buket bunga itu dari tangan Namjoon. "Gomawo, Namjoon-ah. Aku tidak tahu akan bagaimana jadinya jika tidak ada dirimu."

Seokjin berlari ke balik mesin kasir dan meletakkan bunga itu di sebuah kursi yang ada disana seolah ingin menyembunyikan keberadaan buket yang sempat membuat Namjoon kaget setengah mati melihat harganya saat disuruh Seokjin untuk mengambil bunga itu di sebuah toko bunga di daerah Hannamdong jam enam pagi tadi itu.

"Aku lebih dulu merasakan kegilaannya dibanding dirimu Mimpi apa aku ditelepon jam lima pagi dan disuruh mengambil buket bunga ke Hannamdong?" Namjoon mendudukkan diri di samping Jimin, menarik nafas dalam-dalam. "Keberatan untuk mengambilkanku segelas air, Park Jimin?"

"Eh? Tidak." Jimin setengah berlari ke balik "dapur" café dan kembali dengan membawa segelas air dingin.

"Gomawo." Namjoon menghabiskan segelas air itu dalam sekali teguk, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya menatap Seokjin yang kini tengah mematut dirinya di depan kaca wastafel. "Kau akan lebih menganggapnya gila jika kau tahu kenapa hari ini dia sibuk menghias café dan memesan buket bunga untuk diambil pagi-pagi buta seperti tadi."

"Apa?" Jimin menatap Namjoon dengan penuh rasa ingin tahu.

"Dia akan menutup Milky Way pagi ini karena dia menyuruh pacarnya untuk datang."

Jimin menanyakan 'lalu-apa-masalahnya?' pada Namjoon dengan ekspresi wajahnya yang datar.

"Hh." Namjoon menghela nafas. "Dan Seokjin hyung akan melamarnya,"

"APA?!" Jimin berdiri hingga kakinya menubruk meja saking kagetnya. "Seokjin hyung akan.. apa?!"

"Sssst!" Namjoon menarik Jimin untuk duduk kembali saat melihat Seokjin kini membalikkan tubuh ke arah mereka dan menatap mereka penuh curiga. "Seokjin hyung memang tidak mengatakannya padaku langsung, tapi begitulah yang dikatakan otakku padaku. Lagipula kemarin aku sempat dengar dia menyuruh Noeul untuk datang kesini jam tujuh pagi, dan lihat semua dekorasi dan buket itu, menurutmu apa lagi kalau bukan proposal event?"

Love at The Milky Way Cafe (BTS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang