Tears #21

346 53 48
                                    

Author's prov

Louis nampak resah didalam mobilnya yang terparkir dipekarangan rumah keluarga Anderson. Dia tampak ragu-ragu untuk mengetuk rumah tersebut. Louis kembali ingin menemui Key hanya demi menjelaskan ulang perihal kejadian-kejadian yang telah ia jelaskan kemarin. Louis merasa belum puas atas ucapannya kemarin dan ia rasa bahwa Key butuh penjelasan yang lebih baik dari kemarin.

Setelah menjelaskan semuanya kepada Key kemarin, Louis menjadi ragu atas penyangkalannya. Dia berfikir bahwa ada kemungkinan besar bahwa Lottie adalah anaknya. Pria bermata biru ini memukul stir mobilnya berulang-ulang kali sebagai perwujudan emosinya.

"Key, andaikan kau bisa mendengarkanku, andaikan kau bisa memahami situasi yang kualami. Ya Tuhan, aku mencintaimu." Louis mengusap wajahnya secara kasar dan dramatis. Matanya mulai memerah hampir meneteskan air mata. Louis benar-benar kacau.

Sementara ditempat lain, Key sedang bersama Harry berserta Lottie. Mereka tertawa bahagia saat menonton salah satu kartun kesukaan Lottie yaitu Despicable Me 2. Harry begitu jengkel dengan para minnion-minnion yang disebut makhluk aneh olehnya.

"Aku tak mengerti dengan pembuat cerita ini. Mana ada makhluk seperti itu? Kuning dan bodoh. Aku kira hanya Spongebob saja yang kuning dan bodoh, ternyata ada yang melebihinya."

"Harry, ini hanya sebuah film fiksi animasi. Ayolah, biarkan Lottie menontonnha dengan tenang. Bukan begitu gadis kecil?" Key tamapk mulai menyayangi sosok gadis kecil bernama Lottie itu. Lottie yang berada didalam dekapan Key juga merasa nyaman.

"Filmnya habis bisa kita menonton yang lain Key?"

"Tidak."

"Tentu."

Ucap Harry dan Key secara bersamaan. Jawaban itu membuat Lottie bingung harus mendengarkan yang mana. Sementara itu, Harry dan Key saling bertukar tatapan mata, mereka berdua saling melotot satu sama lain.

"Bisakah kau membiarkannya menonton, Harry?"

"Tidak, Key. Ini waktunya dia untuk pergi tidur siang. Ayo gadis kecil." Key terdiam sementara Harry mengajak Lottie masuk kekamar Harry untuk tidur siang. Dengan tak disadari satu buah senyuman tergambar dibibirnya.

"Sedang apa?" Key menoleh saat Harry menghampirinya setelah tiga puluh menit Harry menidurkan Lottie.

"Aku sedang membuat teh, kau mau?"

"Tentu." Key mengambil cangkir lainnya dari rak kaca kemudian menyeduhkan teh untuk Harry dan untuknya. Aroma teh melati langsung menyeruak mendominasi ruangan ini.

"Baunya enak. Kau pintar membuat teh."

Key memutar kedua bola matanya. "Ini hanya teh saset Harry. Aku hanya perlu menuangkan air dan menambahkan gula kemudian mengaduknya. Jangan berlebihan."

"Oh, baiklah baik. Aku tidak akan berdebat denganmu." Keheningan pun tercipta diruang televisi ini. Harry sibuk mengutak-atik remote televisi sementara Key sedang menatap kosong keluar jendela.

"Jadi..."

"Aku..."

Lagi, mereka kembali berbicara secara bersamaan. Dan saat menyadari itu mereka berdua saling memalingkan wajah. Tak bisa dipungkiri, wajah Key merah karena tersipu malu sedangkan Harry hanya tertawa singkat.

"Ladies first."

"Tidak. Kau duluan, Harry."

"Kau."

"Tidak, Harry! Kau."

"Baiklah. Aku ingin bertanya padamu. Apa kau merasakan sesuatu saat berada didekatku?" Key bungkam,. Dia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Key bingung bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan ini karena dirinya sendiri pun tidak memahami isi hatinya bahkan otak dan hatinya bila disimpulkan sangat bertolak belakang.

TEARS | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang