Tears #28

399 40 26
                                    

Hari telah berganti namun Mrs. Anderson masih belum juga sadar dari tidur nyenyaknya dan begitu juga Key yang masih termenung menunggu Ibunya dan tak ada henti-hentinya berdoa. Hatiku ikut hancur melihat kekasihku ralat melihatnya terpuruk seperti ini karena sudah cukup banyak air mata yang ia jatuhkan akhir-akhir ini dan kukira dia sudah berjanji tidak akan mengeluarkan air mata kesedihan lagi tapi lihatlah sekarang, keadaan mengubah segalanya.

Berulang kali aku membujuknya untuk makan, tak jarang pula aku menyuapinya. Coba lihat sekarang siapa yang seperti orang sakit? Dia nampak pucat, matanya memerah, dan kelihatan kacau balau. Andaikan aku bisa menggantikan posisinya pasti sudah kulakukan, biarkan aku yang menanggung seluruh kesedihannya dan kubiarkan dia terlepas dari ini semua. Dia terlalu rapuh untuk ditimpa seluruh permasalahan ini, semua ini.

"Nak? Kau baik-baik saja?" Aku langsung menoleh kearah seorang pria dewasa yang memakai stelan jas lengkap dengan brewok disekitar rahangnya

"Aku baik-baik saja, Mr. Anderson. Kapan kau tiba?"

"Baru saja. Kau kelelahan, Harry, sebaiknya kau beristirahat dahulu."

"Tidak. Aku akan menemani Key disini."

Mr. Anderson turut duduk disofa bersamaku, kami memandang kearah dua wanita yang tengah berada beberapa meter didepan kami. "Anakku, jelas dia bukan anak kandungku. Dia cantik, pintar dan periang sama seperti Ibunya kala remaja." Ia tertawa kecil. "Aku bersahabat dengan Josh, ayah kandung Key. Kala itu kami hanyalah segerombolan mahasiswa nakal kami termasuk seorang bajingan. Kau paham? Bar, balap liar dan wanita."

Aku sedikit tertawa mendengar ucapan Mr. Anderson karena ia seperti mencerminkan diriku. "Persahabatan kami begitu luar biasa namun sampai pada akhirnya Josh begitulah aku memanggilnya jatuh cinta pada Lena. Pada saat itu juga aku baru saja ingin memulai pendekatanku dengan Lena. Tapi ternyata aku kalah start dengan Josh." Ucap Mr. Anderson dengan membubuhkan nada humor dikalimatnya.

"Setelah kami lulus aku pulang ke Inggris dan tak lama kemudian kudengar Josh dan Lena menikah. Apa aku hancur? Sedikit. Tapi kebahagiaanku mengalahkan semuanya, aku bahagia melihat sahabatku dan orang yang kucintai bahagia bersama walaupun ada goresan dihatiku. Semoga kau tidak menganggapku terlalu melankolis, Nak."

"Lalu bagaimana kau bisa bersamanya sekarang?"

"Lena? Oh ya, beberapa tahun yang lalu Josh bangkrut dia juga jatuh sakit. Aku yang pertama kali mengetahuinya pun langsung terbang menuju California dan melihat keadaan sahabatku namun penyakitnya menggerogoti seluruh tenaga dan tubuhnya. Pesan yang ia berikan padaku cukup membuatku kaget dan tidak percaya." Dia mengulum bibirnya serta menghembuskan nafas kasar. "Josh memintaku untuk menikahi Lena sekaligus merawat si kecil Key karena dia hanya mempercayaiku." Lanjutnya dengan jelas.

"Aku ini seorang bajingan Harry, bajingan besar. Tak terhitung berapa banyak gadis sampai wanita jalang yang pernah kutiduri dipenjuru London serta tempat lainnya. Aku suka balapan liar dan menghabiskan malamku dengan berpesta. Rasanya begitu menyenangkan. Bukan begitu, Nak?."

Aku menoleh. "Kau benar. Kita tidak bisa berbohong masalah itu."

Mr. Anderson menepuk bahuku akrab. "Dengar, Harry. Seburuk apapun sikap seorang pria, sebajingan apapun dia pasti ada sisi baik didalam dirinya hanya saja untuk memunculkannya sedikit sulit. Kau membutuhkan seseorang yang mendukungmu apalagi orang itu adalah orang yang kau cintai, kurasa kau mengerti apa maksudku." Dia menaikan alisnya dan mengangguk kecil.

Aku tersenyum dan mengangguk seraya mengerti apa maksud dari segala ucapannya. "Aku mengerti, terima kasih."

Mr. Anderson kembali menepuk bahuku. "Baiklah aku akan membeli beberapa keperluan untuk Lena. Sampai jumpa, Nak." Mr. Anderson bangkit meninggalkanku dan ruangan ini, aku pun mengangguk mengiyakan kepergiannya.

TEARS | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang