Tears #1

1.1K 104 5
                                    

Keyla Anderson atau aku lebih suka dipanggil dengan sebutan Key. Mulai dari enam bulan yang lalu aku harus merubah nama belakangku dengan membubuhkan nama Anderson yang berasal dari nama Ayah sambungku, Bradley Anderson.

 Mulai dari enam bulan yang lalu aku harus merubah nama belakangku dengan membubuhkan nama Anderson yang berasal dari nama Ayah sambungku, Bradley Anderson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah kandungku, Joshua Peterson meninggal dunia saat aku berusia 15 tahun atau lebih tepatnya empat tahun silam. Aku rasa mendapatkan pendamping hidup lagi tidaklah suatu masalah untuk Elena, Ibuku. Lagipula, Ibuku masih terlihat muda, segar dan memiliki selera fashion yang kekiniaan.

Ibu dan Brad sudah saling mengenal satu sama lain sejak aku kecil bahkan mereka serta Ayah kandungku sudah bersahabat jadi tidak sulit bagiku untuk beradaptasi dengan Brad yang notabennya sudah kutemui semenjak aku masih menggunakan popok.

Singkat cerita, setelah Ibu dan Brad menikah. Mereka memutuskan untuk pindah ketempat asal Brad yaitu London, Inggris. Dan karena aku adalah anak satu-satunya milik mereka pun aku harus ikut terbang ke negara yang asing itu karena sejujurnya sejak kecil aku tidak pernah pergi meninggalkan Amerika bahkan pergi ke New York saja hanya dua kali dalam hidupku dan paling tidak aku pergi mengunjungki Paman dan Bibi Jeff di Florida.

**

"Sayang, apa kau sudah menemukan kamar yang cocok untukumu?" seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik menawan dengan rambut hitam legam sebahunya itu datang menghampiriku sembari membawakan beberapa tas miliku.

Aku mengangguk. "Sudah Bu. Aku hanya perlu sedikit merapihkan kamar ini." Aku menarik koperku kedalam sebuah kamar yang terletak dilantai dua rumah ini. Kamarnya berdominasi cat berwarna abu-abu dengan ranjang besar ditengah ruangan serta lemari putih besar dipojok ruangan. Kurasa ini sempurna, bahkan lebih besar dari kamarku di California.

"Baiklah. Aku akan turun kebawah untuk menemui Brad. Jika kau butuh sesuatu panggil aku." Setelah kuberi anggukan singkat. Ibu pun berlenggang turun meninggalkan aku yang tengah terduduk diujung ranjang baruku dengan mata yang menyapu seluruh penjuru ruangan ini.

Kuikat rambutku menjadi messy bun sejurus kemudian aku mulai merapihkan kamar ini. Mulai dari memasang sprei, memasukan pakaian kedalam lemari, memajang beberapa foto dinding dan meletakan lampu tidur diatas meja tepat disamping ranjangku.

Sempurna! Kurasa semuanya sudah selesai dan kini saatnya aku merebahkan dan meregangkan otot-ototku yang kaku diatas ranjang setelah lelah berada dipesawat selama berjam-jam sembari menunggu makan malam siap. Kupandangi langit-langit putih kamar baruku itu dan perlahan-lahan mataku pun terpejam.

**

"Brad — maksudku, Ayah."

"Key itu tidak masalah. Kau tetap bisa memanggilku Brad seperti biasanya." Aku sangat canggung untuk memanggil Brad dengan sebutan Ayah. Walau selama enam bulan penuh ini aku mencobannya namun tetap saja itu menjadi hal yang berat untukku. Aku bersyukur Brad adalah orang yang sangat pengertian akan posisiku ini.

"Baiklah. Kapan aku bisa mulai masuk kuliah?"

"Aku sudah mengatur semua mengenai sekolahmu dan menurut pemberitahuan terakhir dari London State University untuk jurusan filsafat dan literatur sudah bisa dimulai lusa. Berita baik bukan?" Brad mengakhiri ucapannya dengan sebuah senyuman dan tatapan mata yang sangat tulus.

Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Entahlah, memang berita baik mengetahui aku dapat memulai kuliahku sebentar lagi tapi akankah aku bisa berteman dengan orang-orang baru di London? "Ya, berita baik. Omong-omong, aku harus pergi membeli beberapa keperluanku untuk kuliah —"

"Tidak perlu sayang." Ibu menggelengkan kepalanya. "Ibu sudah menyiapkan semuanya. Aku akan mengantarkannya kekamarmu nanti." Aku tersenyum dan mengangguk paham kemudian cepat-cepat menyelesaikan makan malamku.

Hari ini rasanya begitu melelahkan. Aku baru saja mendarat dinegara ini kemudian merapihkan kamarku dan sama sekali belum menyesuaikan diriku dengan suasana London. Bahkan aku sama sekali belum keluar dari rumah sehingga rasanya aku tidak tau aku berada disisi London yang mana.

Baiklah. Aku harus mempersiapkan diriku untuk kembali beraktivitas seperti gadis remaja berusia 19 tahun pada awamnya dan mulai mempersiapkan diriku untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang sudah jelas memiliki sifat dan kebiasaan berbeda dengan orang-orang di California.

Kudengar orang-orang Inggris sangatlah terpelajar..........

TEARS | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang