Tears #38

248 27 15
                                    


"Baiklah jadi kau pilih mawar putih?"

"Sertakan juga mawar merahnya dibeberapa sisi."

"Kau tidak jadi menggunakan lily putih?"

"Tidak, Jen. Kurasa mawar putih dan merah sudah cukup cantik."

"Baiklah, Key." ucap Jenna sang perencana pernikahan sambil menulis nama-nama bunga didalam buku catatannya tersebut.

"Dekorasi sudah, makanan sudah, musik sudah dan sekarang tersisa undangan dan gaun pengantinnya." senyum diwajah Key mengembang kala Jenna menyebutkan kata itu bahkan Ket masih tidak menyangka bahwa dalam beberapa hari lagi ia akan menjadi seorang pengantin. "Ayo ceritakan padaku apa bayanganmu mengenai gaun pengantin yang kau inginkan."

Key mengerucutkan bibirnya kemudian memutar-mutarnya seraya berfikir. "Gaun yang berwarna biru tua tanpa lengan yang polos namun elegan. Aku rasa itu cukup."

Jenna mengangkat bahunya. "Tidak buruk. Apa kau yakin? Bagaimana dengan Harry?"

Key mengangguk. "Aku yakin. Dan untuk Harry? Dia nampak tampan menggunakan apa saja Bagaimana dengan tuxedo yang senada dengan gaunku?"

Jenna tersenyum. "Baiklah Mrs. Styles. Aku akan menyiapkannya sesegera mungkin." Key dan Jenna melanjutkan perbincangan mereka sembari meminum secangkir teh melati hangat.

Sementara ditempat lain atau lebih tepatnya di Lifement Enterprise sang calon mempelai pria masih saja sibuk menyelesaikan tugasnya sebelum mengambil cuti liburan untuk hari istimewanya.

Melirik kearah jam yang terletak dimeja kerjanya ternyata sudah menunjukan pukul dua belas siang dimana itu adalah waktu untuk makan siang. Harry memiliki janji makan siang bersama sahabat-sahabatnya dan oleh karena itu Harry langsung saja bergegas merapihkan meja kerjanya kemudian sesegera mungkin menuju sebuah restauran didekat kantornya.

Suasana London dijam makan siang begitu ramai, begitupun dengan restauran jepang yang menjadi tempat pertemuan Harry dengan sahabat-sahabatnya.

Harry yang baru saja memasuki pintu restauran jepang tersebut langsung menemukan Liam, Zayn, Niall dan Louis yang sudah datang lebih awal dimeja paling tengah direstauran ini. Harry pun langsung menghampiri sahabat-sahabatnya itu.

Liam yang tengah mengobrol dengan Niall langsung menyadari kehadiran Harry. "Ini dia sang calon mempelai pria."

"Jangan meledekku, Payno."

"Oh ayolah, Harry. Kau akan mendahuluiku dengan Sophia."

Harry mengambil posisi duduk disebelah Niall. "Salahmu sendiri. Kenapa kau tidak bergerak cepat?" Liam memutar bola matanya kesal.

"Omong-omong ada apa kau mengajak kami berkumpul disini, Harry?" tanya Louis dengan antusias.

Harry menarik rambutnya kebelakang. "Aku membutuhkan kalian untuk menjadi pendampingku saat pernikahan."

**

The Day

Debaran jantung yang tidak beraturan membuat peluh menetes semakin deras. Berulang kali sang penata rias memoleskan bedak touch up kewajah sang mempelai wanita yang dibalut gaun pengantin berwarna navy blue tersebut. Tatanan rambut yang dibuat menjadi waterfall braid dengan hiasan beberapa ornamen bunga membuat sang mempelai wanita semakin cantik walau wajahnya terlihat gugup.

 Tatanan rambut yang dibuat menjadi waterfall braid dengan hiasan beberapa ornamen bunga membuat sang mempelai wanita semakin cantik walau wajahnya terlihat gugup

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEARS | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang