Chapter 2

2.7K 123 2
                                    

Pagi-pagi sekali Hinata sudah bangun untuk melaksanakan kewajibannya sebagai pelajar. Dan kini gadis indigo ini sedang bercermin sambil membubuhkan bedak di wajah putihnya.
Kali ini, Hinata ingin tampil berbeda. Ia menggunakan bando berpita berwarna hijau yang membuat penampilannya bertambah manis. Senyumnya terlihat puas saat ia memakai bando itu. Mengambil tasnya dan bergegas keluar kamar.
"Neechan, ada temannya tuh. "kata Hanabi tiba-tiba masuk ke kamar Hinata. Hinata yang tadi mau meraih gagang pintu jadi batal.
"Ha?Siapa?
"Aku tidak tahu. Tapi, katanya dia mau menjemput Neechan. Dia sudah menunggu Neechan di depan. "kata Hanabi meninggalkan Hinata yang masih terheran-heran.
Siapa yang pagi-pagi begini menjemputnya? Tidak mungkin Miru, karena tadi Hinata baru saja menerima sms dari Miru kalau dia hari ini tidak masuk karena sakit flu.
Daripada terus-terusan penasaran, lebih baik Hinata bergegas menemui penjemputnya itu. Sesampai di depan pintu, wajah Hinata kembali merah. Lengkap dengan matanya yang melotot karena terkejut.
"Pagi Hinata-chan!!Mau pergi ke sekolah denganku?Dijamin aman!"sapa Naruto dengan cengiran khasnya. Bocah kuning ini membawa sebuah sepeda berwarna merah. Hinata tersenyum melihatnya. Gadis lavender ini tahu, bahwa Naruto bukan orang yang kebanyakan uang. Hinata suka dengan lelaki sederhana seperti Naruto.
"Hm.. Bo-boleh saja.. Kalau itu tidak merepotkanmu, Naruto-kun... "jawab Hinata memainkan kedua jarinya. Naruto menarik tangan Hinata.
"Tidak kok. Kalau merepotkan, aku tidak akan mungkin menjemputmu kan?Ayo lekaslah naik!Nanti kita terlambat!"ucap Naruto. Hinata pelan-pelan menaiki sepeda Naruto. Tiba-tiba Naruto menarik tangan Hinata dan menaruh di pinggangnya.
"Pegangan. Nanti jatuh. Kalau kau terluka, bisa-bisa ayahmu membunuhku. "kata Naruto seraya bercanda. Wajah Hinata memerah.
Dengan perlahan Naruto mengayuh sepedanya. Sepanjang perjalanan, terdengar Naruto yang lebih aktif berbicara ketimbang Hinata. Hinata hanya mengangguk, menjawab 'ya' atau 'tidak'. Mungkin sifat pemalunya ini sudah memasuki stadium 4.
Sepeda Naruto memasuki pekarangan sekolah. Memarkirkannya tak jauh dari kelas Naruto dan Hinata. Ya, Naruto dan Hinata berbeda kelas. Naruto kelas 11-3 sedangkan Hinata kelas 11-5. Hanya melewati 1 kelas.
"Ayo Hinata-chan, nanti kita keburu telat. "Tanpa sadar, Naruto menggaet tangan Hinata dan mengenggamnya. Hinata merasakan hangatnya tangan Naruto saat itu. Dia tak bisa menjawab, hanya bisa mengikuti langkah Naruto.
Dan, tentu saja hal ini membuat semua mata tertuju pada mereka. Uzumaki Naruto dan Hyuuga Hinata berpegangan tangan?Ada apa gerangan?Bukankah, mereka jarang atau bahkan tidak mengobrol sama sekali?Boro-boro untuk ngobrol, bertemu saja mereka tidak itu bisa terjadi?
Hinata terlihat tampak gugup dan malu saat pandangan semua orang tertuju padanya dan Naruto. Naruto yang mengetahui bahwa kelakuannya membuat perhatian sekitar, tak mempedulikan itu. Ia malah makin menggenggam erat tangan gadis itu.
Hal ini membuat Sakura yang tak sengaja melihat mereka menjadi heran dan bingung. Semudah itukah Naruto melupakannya?Baru kemarin Naruto menyatakan perasaan padanya, sekarang dia sudah menggaet seorang gadis manis?
"Hey, Sakura. Kenapa kau melamun saja?"sapa Ino membuat Sakura terkejut.
"Kau ini!Membuatku kaget saja!Tidak, aku hanya heran. Lihat itu. "Sakura menunjuk Naruto dan Hinata yang sedang berjalan berdua. Ino ternganga. Sejak kapan mereka berdua terlihat akrab?Pakai pegangan tangan segala.
"Wah, ga nyangka ya. Ternyata selama ini Naruto dan Hinata sudah mengenal satu sama lain. Padahal, selama ini mereka terlihat tak pernah mengenal satu sama lain kan?Hebat sekali... "puji Ino. Sakura mengerutkan dahi. Ia mendengus sebal.
"Kenapa?Sepertinya kau tidak suka kalau melihat Naruto jalan dengan Hinata?"tanya Ino. Sakura membalikkan badannya angkuh dan melipat tangannya.
"Hah?Tidak suka?Justru itu adalah hal yang bagus. Berarti, dia tidak akan mengangguku lagi. Huh. "Sakura berjalan meninggalkan Ino. Entah mengapa, ada terbersit perasaan benci melihat Naruto dan Hinata jalan berdua. Bukankah itu yang dimau Sakura?Apakah dia berusaha menjadi orang yang munafik?
***
Setelah mengantar Hinata ke kelasnya, Naruto masuk ke kelasnya. Cengirannya yang tak hilang-hilang itu, membuat teman sebangkunya berpikir bahwa dia sudah mengidap penyakit gila.
"Dasar gila. "celetuk Sasuke.
"Hey, maksud kau aku?"tanya Naruto tak terima.
"Memang siapa lagi?"sahut Sasuke dingin.
"Kau ini memang menyebalkan!Aku senyum-senyum sendiri karena ada sebabnya tahu!"ucap Naruto kesal.
"Hn."
"Akhh, susah berbicara dengan manusia es seperti kau!Lebih baik, aku memikirkan Hinata-chan saja."celoteh Naruto meletakkan tasnya di atas meja. Kening Sasuke berkerut.
Siapa?Hinata?Apakah Naruto tadi menyebut nama Hinata?Sasuke memandang Naruto dengan tatapan bertanya-tanya. Mungkinkah Naruto menyukai Hinata?Kalau ya, apakah dia harus bersaing dengan sahabatnya sendiri hanya untuk mendapatkan seorang gadis?
"Teme, kenapa kau memandangku seperti itu?Ada yang salah denganku?"Naruto menegur Sasuke yang membuat Sasuke sadar dari lamunannya.
"Tidak. "jawab Sasuke mendengus. Dasar manusia es.
Sasuke mendengus keras. Tampaknya tidak didengar oleh Naruto. Karena, bocah kuning ini terus menerus tersenyum tiada henti membuat Sasuke jengah melihatnya. Bukan jengah karena melihat tingkah gilanya, tetapi jengah melihat dia terus memikirkan Hyuuga Hinata.
Diam-diam Sasuke juga menaruh hati pada gadis manis itu. Sifatnya lembut,baik,sopan dan anggun tak heran kalau bisa membuat seorang lelaki idola semua wanita ini menyukai gadis sederhana seperti Hinata. Sosoknya yang keibuan mengingatkan Sasuke pada ibunya yang telah lama meninggal.
Dia sendiri pun tak tahu sejak kapan dia menaruh hati pada gadis Hyuuga itu. Yang ia ingat, ketika ia sedang bermain sepak bola kakinya cedera. Hinata lah yang mengobati cederanya itu. Dengan lihai Hinata membalut luka di kaki Sasuke. Sejak saat itulah, Sasuke selalu memimpikan Hinata.
Tapi, setelah mengetahui bahwa sahabatnya pun menyukai gadis itu, rasanya Sasuke mati langkah. Dia bisa saja menggaet Hinata dengan mudah, karena dia adalah pria idaman semua wanita. Pintar,cerdas,kaya dan ulet. Kalau saja bukan karena sahabatnya, mungkin baru 2 hari saja sudah ada gosip seorang lelaki Uchiha paling tampan sedang PDKT dengan seorang gadis Hyuuga yang manis.
Walaupun dia sangat cuek dan dingin, tetapi dia sangat peduli pada sahabatnya. Dia tidak mau merusak persahabatannya hanya karena seorang gadis yang mereka cintai , bagaimana??Dia tidak bisa terus-menerus membohongi dirinya sendiri. Dia juga tidak mau menyakiti perasaan sahabatnya.
"Hey, sekarang kau yang melamun!"tegur Naruto menepuk keras bahu Sasuke. Membuat Sasuke sedikit terkejut.
"Bisakah kau tidak mengagetkanku?Dasar baka."sewot Sasuke. Naruto hanya memanyunkan mulutnya. Mempunyai sahabat seperti Sasuke memang menyebalkan, tetapi kalau tidak ada dia siapa lagi yang mau mengerti keadaannya?Sasuke satu-satunya orang yang mau peduli pada keadannya, walau dia tahu banyak temannya yang mau berteman dengannya, tapi Naruto merasa bahwa Sasuke temannya yang paling baik pada dirinya.
***
KRRIIIIIINNNGG!!!!!!Bel pulang sudah berbunyi. Siswa-siswi mulai berhamburan keluar menuju rumah masing-masing. Hinata melangkah keluar kelas dengan perlahan. Langkahnya tenang dan santai.
Sasuke juga bergegas keluar kelas. Baru saja satu langkah, matanya menangkap sesosok gadis berambut indigo yang terurai panjang melintas didepannya. Seketika wajah Sasuke terasa memanas. Buru-buru ia mengingat statusnya seorang Uchiha. Kalau tidak..... wajahnya bisa memerah seperti tomat kesukaannya.
Mata Sasuke mengikuti tubuh seksi Hinata. Ia berniat ingin mengajak Hinata pulang bareng. Niatnya baru saja akan berhasil kalau saja....
"Hinata-chan!!Pulang bareng yuk!"Hinata terkejut begitu tahu Naruto sudah berada di belakangnya. Naruto menyengir seperti biasa.
"Euhm... B-boleh... "jawab Hinata langsung menarik tangan Hinata ke parkiran sepeda.
Sasuke ketinggalan satu langkah oleh Naruto. Tak sadar, tangannya mengepal. Ia merasa sekarang dadanya memanas. Hatinya seperti meleleh. Mau bagaimana lagi, walaupun dia seorang Uchiha dia tidak mampu mengajak gadis Hyuuga itu untuk jalan bersamanya. Dia tidak terbiasa untuk duluan mengajak pulang seorang wanita. Biasanya, wanita duluan lah yang mengajaknya pulang.
"Sasuke-kun!!Pulang bareng yuk?"seperti wanita satu ini. Dia sudah bergelayut di tangan Sasuke. Sasuke hanya menatap heran pada wanita itu.
"Sakura, lepaskan aku. Aku bisa pulang sendiri."ujar Sasuke dingin melepaskan tangan Sakura dari lengannya.
"Sasuke-kun!Tunggu, kenapa kau selalu menolak kalau ku ajak pulang bareng?"tanya Sakura mengejar Sasuke dan menggapai tangan Sasuke. Sasuke menatap Sakura dengan dingin.
"Aku tidak mau."jawab Sasuke sambil berlalu. Sakura menatap langkah santai Sasuke yang pergi meninggalkannya tanpa rasa bersalah.
Hati Sakura miris. Gadis merah muda ini terkadang suka berpikir bahwa dirinya sudah terlalu lelah mengejar Sasuke yang entah menyukainya apa tidak. Dilihat dari sikap Sasuke padanya. Tapi, dia mau apa?Dia sudah terlalu jauh melemparkan perasaannya pada Sasuke. Tak semudah itu untuk berhenti di tengah jalan mencintai Sasuke. Tapi kalau terus-terusan seperti ini, dia menjadi seperti gadis dungu yang tak berdaya.
"Sasuke-kun, berapa kali kau mengacuhkanku aku tidak akan menyerah!!"

TBC...

Rainbow ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang