Chapter 5

1.8K 65 1
                                    

Setelah insiden 'Sasori -nyaris- memperkosa Hinata', membuat Hinata hari ini tidak masuk. Dan, berita itu sudah tersebar dengan cepat seperti angin hingga ke pelosok sekolah.
Entah darimana mereka mendapatkan kabar itu, tetapi yang pasti mereka juga sudah mendengar bahwa Sasori dan 2 kawannya itu dikeluarkan dari Konoha High School dan menetap di penjara Konohagakuen. Mereka semua, terutama wanita, tidak menyangka Sasori yang juga merupakan lelaki idola di Konoha High School itu melakukan hal nista seperti itu.
Dan, seorang gadis bermata orange ruby berlari di koridor sekolah dengan wajah yang terlihat cemas dan kesal menuju ke kelas 11-3.
"Naruto!!!!!" Naruto mendongakan kepalanya ketika seseorang memanggil dirinya. Belum sempat ia bertanya, orang yang memanggilnya itu keburu menarik dirinya keluar kelas.
"Mi-Miru!! Ada apa sih?! Kayak orang kesetanan aja! Narik-narik nggak jelas!" omel Naruto melepaskan cengkraman Miru dari kerah bajunya. Nafas Miru tersengal-sengal.
"Ada yang ingin kubicarakan padamu! Tentang Hinata-chan dan si brengsek Sasori itu!" kata Miru. Mendengar nama Sasori, Naruto langsung mengerutkan dahinya. Ia tidak suka nama itu disebut-sebut.
"Ya, kau mau bicara apa?" Miru menghela nafas.
***
"APAAAAAA?!!!!" Miru membekap mulut Naruto membuat perhatian semua orang tertuju pada dirinya dan Naruto yang sedang duduk di meja kantin itu.
"Bisa tidak kau pelankan suaramu?! Jangan kau kira suaramu itu pelan!" omel Miru. Naruto mengangguk.
"Jadi, sebelumnya Sasori juga pernah hampir memperkosa Hinata-chan?"tanya Naruto mengaduk-aduk jus alpukatnya.
"Ya. Sekitar setahun yang lalu. Tetapi, kejadiannya bukan di sekolah. Waktu itu, aku dan Hinata-chan pergi ke Cafe Apanzzi. Setelah itu, kami berencana untuk pergi ke Mall Konoha mencari hadiah untuk Kiba-kun yang saat itu berulang tahun menggunakan kereta."
"Dan, ketika kami sudah sampai di stasiun yang tak jauh dari cafe itu, aku melupakan sesuatu. Dompetku tertinggal di cafe itu. Aku bergegas kembali ke cafe dan menyuruh Hinata-chan menunggu sebentar."
"Lalu?"
"Saat Hinata-chan menunggu, seseorang membekap mulutnya. Membawanya ke sebuah gudang kosong yang tak jauh dari stasiun itu. Saat aku kembali ke stasiun itu, Hinata-chan tidak ada. Aku mencari-carinya." Miru berhenti sejenak menyeruput jus apelnya.
"Aku terus mencarinya. Hingga akhirnya aku menemukan Hinata-chan sedang dibopong oleh seorang bapak paruh baya keluar dari gudang kosong itu. Hampir saja aku menghajar bapak itu kalau saja Hinata-chan tidak mengatakan bahwa bapak itulah yang menolongnya. Kalau tidak ada bapak itu, mungkin Hinata.." Miru tidak melanjutkan kata-katanya. Naruto memejamkan matanya.
"Brengsek!! Kenapa tidak langsung kau laporkan saja ke polisi?!"tanya Naruto marah. Miru menggeleng.
"Tak ada gunanya. Sasori itu pandai sekali bersembunyi. Dia sungguh licin untuk ditangkap. Lagipula, saat itu Sasori langsung melarikan diri secepat mungkin sehingga aku tidak sempat menangkapnya."Naruto melengos. Memukul meja kantin hingga tangannya sedikit lebam. Miru menepuk bahu Naruto.
"Sudahlah.. Hinata-chan sekarang sudah selamat.. Berkat kau.. Sasori juga sudah berhasil ditangkap.. Maka dari itu, aku sangat berterima kasih sekali padamu, Naruto.." kata Miru memotong kata-kata Naruto.
"Yaa.. Aku juga agak menyesal tak bisa menjaganya dengan baik.. Padahal, dia gadis yang baik.. Sasori memang brengsek!" umpat Naruto lagi. Miru menatap Naruto dengan pandangan yang tajam. Seulas senyum muncul di wajahnya.
"Hey, apa kau menyukai Hinata-chan, Naruto?"tanya Miru dengan tatapan jahil. Sontak, Naruto blushing.
"K-kau ini.. Maksudnya apa?? T-tidak kok.. Aku tidak suka sama Hinata-chan.." jawab Naruto gagap sudah sama seperti Hinata.
"Kalau tidak, kenapa gaya bicaramu seperti Hinata-chan?"Naruto gelagapan. Rasa gugupnya tak bisa juga hilang. Miru tertawa.
"Naruto, apa kau tahu? Menurut Hinata-chan, kau sangat berarti baginya.. Kau lebih berharga daripada permata ataupun berlian sekalipun.." ucap Miru membuat Naruto menaikkan alisnya.
"Maksud kau?"
"Suatu saat, pertanyaanmu akan terjawab. Sudah ya, Kiba-kun sudah menungguku di kelas. Ja matte!!" Miru berlari meninggalkan Naruto yang hanya terbengong tak mengerti dengan ucapan Miru.
***
Sakura dan Fuuka sedang asyik menaburkan bubuk bedak ke wajah mereka. Memoleskan sedikit lips gloss baby pink ke bibir mungil mereka.
"Sakura, kau sudah dengar tentang Sasori dan Hinata?"tanya Fuuka. Pandangannya tak lepas dari cermin. Sakura berhenti menggerakan tangannya yang sedang memoleskan lips glossnya itu.
"Sasori dan Hinata? Dasar perempuan murahan! Kemarin Sasuke-kun, sekarang Sasori?! Apa mau dari wanita itu sih???" sentak Sakura menghentakkan kakinya.
"Entahlah. Yang kudengar sih, Hinata itu hampir saja di..."Fuuka celingak-celinguk melihat sekitar. Tak ada siapa-siapa. Ia berbisik ke Sakura.
"Perkosa oleh Sasori..."
"WHAT?!!!!! Apa-apaan itu?! Tidak mungkin! Sasori tak mungkin melakukan hal itu! Itu pasti Hinata yang duluan menggoda Sasori! Errggggh... Dasar perempuan licik! Dia suka sekali sih, mencari sensasi di sekolah?!"umpat Sakura. Fuuka mengangkat bahu.
"Lalu, apa yang bisa kita perbuat? Bisa-bisa Sasuke jatuh ke tangan Hinata..."kata Fuuka memanas-manasi Sakura. Spontan, Sakura membanting lips glossnya.
"Tak ada yang boleh mendapatkan Sasuke-kun selain aku! Kau tahu sendiri kan, Fuuka. Aku adalah cewek paling populer dan cantik di sekolah ini."kata Sakura membanggakan dirinya sendiri.
"Terlalu PD kau. Sudah, aku lapar. Ke kantin yuk."
***
Sepulang sekolah, Naruto, Sasuke, Miru dan Kiba berencana menjenguk Hinata. Dan, sekarang mereka sedang ada di toko buah untuk membelikan sekeranjang apel dan blueberry kesukaan Hinata.
"Teme, kau tidak mau masuk?"tanya Naruto menepuk bahu sahabatnya itu. Sasuke menggeleng. Tanpa banyak bicara, Naruto meninggalkan Sasuke di depan toko.
Sasuke duduk di sebuah kursi panjang yang tersedia di depan toko itu. Melihat awan yang bergerak tertiup angin. Seketika, ia membayangkan wajah Hinata yang ketakutan saat Sasori hampir merebut kesuciannya.
"Dasar brengsek!!" Sasuke mengumpat. Matanya mengarah pada sebuah toko di depan toko buah ini. Itu kan toko...
Kricing....
"Selamat datang.. Mau beli bunga apa?"tanya Ino ramah ketika seseorang datang ke tokonya. Kaget bukan main siapa yang datang ke tokonya itu.
"Sa-Sasuke?"
"Err.. Ino, aku butuh beberapa tangkai bunga."kata Sasuke agak canggung. Karena, dia memang tak pernah membeli bunga. Setangkai saja tidak.
"Bunga apa? Banyak bunga di sini."
"Ehm.. Aku ingin menjenguk seseorang.. Seorang teman.. Bunga apa yang paling bagus untuk menjenguk seorang teman? Atau yang mempunyai arti 'Aku di sini bersamamu'. Ada?"Ino tampak berpikir.
Cewek blonde ini membalik badannya. Melangkah ke sebuah pot yang terdapat bunga berwarna ungu muda kebiruan. Ia memetik satu dengan senyum puas. Menunjukkannya ke wajah Sasuke.
"Bunga ini yang kau maksud kan? Kau ingin memberi sebuah bunga yang memberi kepercayaan pada seseorang itu? Aku rasa, bunga Purple Grifilia ini cocok untuk itu. Aku bungkuskan ya."Ino membungkuskan pesanan Sasuke. Sasuke memegang tangan Ino yang hendak membungkus bunga pesanan Sasuke. Ino kaget. Wajahnya bersemu merah.
"Euhm.. Kenapa?"
"Tolong tambahkan 1 bunga mawar putih di antara bunga ungu itu." Kata Sasuke menunjuk ke pot bunga mawar. Ino mengangguk-angguk. Dia memang terlalu PD.
Ino memetiknya satu dan merangkainya bersama dengan bunga ungu kebiruan tadi. Hanya 1 menit, bunga pesanan Sasuke sudah jadi dalam satu buket dengan pita cantik. Ino mengerutkan dahinya ketika melihat 1 mawar putih di tengah-tengah. Ia baru sadar Sasuke meminta bunga itu.
"Euhmm.. Sasuke, kalau aku boleh tahu kau mau menjenguk siapa? Sepertinya spesial sekali.."tanya Ino menyerahkan buket bunga itu ke Sasuke. Yang ditanya sedikit blushing.
"Itu.. Ah, hanya seorang teman.."jawab Sasuke gugup.
"Aku hanya heran saja.. Bukankah, mawar putih itu artinya 'Aku sayang padamu'. Kau ingin menjenguk orang itu dengan tujuan memberinya semangat, tetapi kau meminta 1 bunga mawar putih ditengahnya. Itu kan, berarti seseorang itu sangat spesial untukmu bukan?"Sasuke menyesal. Kenapa dia tidak beli bunga di toko lain saja? Tahu begini, dia tidak akan beli di toko Ino.
"Sasuke, kau di sini rupanya. Kucari kemana-mana."Naruto datang menghampiri Sasuke yang terbengong itu. Sasuke baru sadar Naruto telah dibelakangnya bersama Miru dan Kiba.
"Dobe, jangan mengagetkanku."ucap Sasuke sedikit kesal. Merogoh sakunya dan memberi selembar uang ke Ino.
"Kau beli bunga ya?"
"Tentu saja aku beli bunga. Sudah jelas di toko bunga. Kalau aku mau beli tomat, aku tidak ada di sini."sahut Sasuke ketus. Naruto memanyunkan bibirnya.
"Aku kan hanya tanya!! Bunga itu.. apa untuk Hinata-chan?"tunjuk Naruto ke bunga yang di genggaman Sasuke. Miru dan Ino langsung mengerutkan dahi.
2 gadis ini sama-sama penyuka bunga. Dan, mereka sudah pasti tahu semua bahasa bunga menurut warnanya. Miru dan Ino menatap Sasuke dengan curiga ketika 1 mawar putih di tengah-tengah Purple Grifilia berada di genggamannya. Bunga mawar putih tandanya 'Aku sayang kamu'. Mengapa Sasuke membeli setangkai mawar putih untuk Hinata?
"Su-sudahlah! Kita berangkat! Terima kasih, Ino."Sasuke langsung melesat keluar. Menyembunyikan bunganya di balik punggungnya. Naruto hanya menatap curiga.
"Kenapa dia membeli bunga? Aku saja hanya membeli buah. Mungkinkah.. Sasuke suka Hinata-chan? Ah, tidak mungkin."gumam Naruto lalu menyusul langkah Sasuke. Miru masih menyimpan curiga..
***
Ting tong.. Miru menekan bel mansion Hyuuga. Seorang lelaki bermata lavender yang sama dengan Hinata keluar menemui mereka.
"Ah, Neji-niisan. Apa Hinata-chan ada? Kami ingin menjenguknya."kata Miru sopan. Neji mengangguk. Ia mempersilahkan mereka semua masuk ke mansion Hyuuga.
Tanpa banyak bicara, Neji menyuruh mereka untuk mengikuti langkahnya menuju kamar Hinata. Miru dan Kiba di depan, sedangkan Naruto dan Sasuke di belakang. Naruto masih menatap curiga pada Sasuke. Matanya menatap Sasuke dan bunga yang sedang dipegang Sasuke.
"Kenapa kau melihatku seperti itu, Dobe?" Sasuke yang merasa diperhatikan pun menyahut tanpa melirik ke Naruto. Naruto buru-buru memalingkan wajahnya.
"Siapa yang melihatmu? PD sekali kau. Melihatmu itu hanya buang-buang waktu saja."kata Naruto ketus. Mengenggam erat keranjang buah yang dipegangnya. Sasuke tak menyahut.
"Hinata-sama, teman-teman anda datang untuk menjenguk anda." Neji mengetuk pelan pintu kamar Hinata.
"Ma-masuk saja, Neji-niisan. P-pintunya tidak kukunci."terdengar sebuah suara imut dari balik pintu itu. Dengan perlahan, Neji membuka pintu.
"Hinata-chan!! Aku rindu sekali padamu!!"Miru langsung menghambur masuk dan memeluk erat Hinata. Yang dipeluk pun tersenyum manis.
"Miru-chan, aku juga rindu sekali padamu. Sehari tidak masuk sekolah saja, rasanya kangen sekali."kata Hinata. Miru tersenyum.
"Aku tidak pernah kau peluk seperti itu, Miru-chan."sahut Kiba pura-pura ngambek. Di belakangnya Naruto dan Sasuke mengikutinya.
"Ah, Kiba-kun. Kau datang juga. Sasuke-kun dan..."kalimat Hinata terhenti begitu melihat pemuda berambut blonde jabrik sedang menyengir kepadanya. Wajahnya memerah.
"Naruto-kun..."
"Hay Hinata-chan! Apa kau sudah sehat? Kau baik-baik saja kan? Aku rindu sekali padamu!! Oh ya, aku membawakan buah kesukaanmu."Naruto langsung melangkah ke tempat tidur Hinata yang sedikit mendorong Kiba.
"Aduh, baka!! Bisa tidak kau pelan-pelan?!! Sakit tahu!"omel Kiba mengelus lengannya. Yang diomeli tak menyahut.
"Ini, buah untukmu. Sebelum ke sini, tadi aku beli buah dulu untukmu. Agar kau semakin sehat dan membaik. Hehehe."tawa Naruto dengan cengiran khasnya. Hinata tersenyum malu.
"A-arigatou, Naruto-kun.." Hinata menerima keranjang buah dari tangan Naruto dengan wajah yang tersipu malu. Sasuke menggeram. Digenggam eratnya bunga yang dia sembunyikan di balik punggungnya.
"Hehehehe, aku khusus belikan untukmu loh, Hinata-chan. Kau sangat suka sama blueberry kan? Makanya kubelikan untukmu."celoteh Naruto riang. Hinata memakan 1 butir blueberry dan tersenyum manis pada Naruto.
"Eh, aduh Hinata-chan. Aku boleh pinjem kamar mandi bentar nggak? Kebelet banget!!"kata Naruto menahan hasratnya. Hinata tertawa kecil.
"Kamu keluar dari kamar ini, langsung belok kanan. Ada pintu, itu dia kamar mandi."ucap Hinata memberi petunjuk. Naruto langsung ngacir keluar karena sudah tak tahan.
"Eh, ada telepon. Ya? Halo? Kachaan? Ada apa? Apa? Sebentar." Miru keluar kamar sebentar karena ibunya menelpon. Kiba mengikutinya. Dan di situ, hanya ada Sasuke dan Hinata. Sasuke merasa canggung dan gugup.
"Ke-kenapa Sasuke-kun? Se-sepertinya kau gugup.."tanya Hinata yang melihat gelagat Sasuke. Sasuke memalingkan wajahnya yang sudah mengeluarkan semburat merah di pipinya.
"I-ini... Aku mau memberikan ini untukmu.. Semoga kau suka.."kata Sasuke menyerahkan sebuket bunga yang sejak tadi dia pegang hingga membuat bungkusan buket itu sedikit kusut. Hinata terkejut. Ia menerima dengan rasa kaget.
"B-bunga?!"
"Ya."jawab Sasuke singkat. Hinata menatap Sasuke tak percaya. Kemarin, Sasuke menawarinya berangkat bareng. Sekarang, ketika Sasuke menjenguknya ia membawakan bunga untuk Hinata?
"A-arigatou Sasuke-kun.. Ini, cantik sekali."Hinata meletakkan bunga-bunga itu di vas kaca bening yang berada di meja dekat tempat tidurnya.
"Euhm.. Ya, baguslah kalau kau suka."sahut Sasuke dingin. Hinata tersenyum. Membuat Sasuke sedikit blushing lagi.
Nih cewek kalau senyum manis banget sih.. Mana tahan gue ngeliatnya?!!! Arrgh, nih cewek bisa bikin gue gila kali ya.. Ingat Sasuke, lo itu UCHIHA!! Jaga baik-baik nama itu.
"Ah, leganya.. Loh, Miru dan Kiba kemana? Kenapa hanya ada kalian berdua?"Naruto sudah kembali dari kamar mandi. Ia heran ketika melihat di kamar itu hanya ada Sasuke dan Hinata.
"Euhm.. Ta-tadi Miru-chan sedang menelpon di luar.. Dan, Kiba-kun mengikutinya.. Jadilah, a-aku dan Sasuke-kun di sini.."jawab Hinata. Naruto mengangguk. Ia duduk di samping kasur Hinata.
"Sa.. Sasuke-kun, terima kasih ya bunganya.. Cantik.. Aku suka.."puji Hinata memegang setangkai bunga Purple Grifilia yang ada di vas bunga milik Hinata. Semburat merah muncul di pipi Sasuke. Sasuke memalingkan wajahnya agar tidak terlihat oleh Naruto dan Hinata. Naruto mengerutkan dahinya. Lalu, menghela nafas.
"Hinata-chan, aku sudah tahu semua tentang Sasori dari Miru. Memang, kau dulu dan Sasori punya hubungan khusus?"tanya Naruto memegang tangan Hinata yang terasa dingin itu. Hinata tertunduk lesu.
"Y-ya.. Sa-Sasori-senpai dulu adalah.. Mantanku.."
"APA?!!!"teriak Naruto dan Sasuke berbarengan. Mereka saling berpandangan karena teriak bersamaan. Hinata terkejut. Kenapa mereka bisa kompak begini?
"Mantan? Kelas berapa?"tanya Naruto.
"Kelas 1 dulu. Awalnya, dia yang menembakku duluan. Aku juga tak menyangka dia akan menyatakan perasaannya padaku. Ta-tapi, setelah 2 bulan kami pacaran, dia meminta sesuatu yang aneh-aneh padaku.."ucap Hinata mengenggam erat ujung selimut. Gadis mungil ini tampak takut mengingat masa lalunya.
"Meminta apa?"tanya Sasuke yang terlihat cemas itu.
"Dia.. memintaku untuk melakukan 'itu'... Aku tidak mau.. Karena dia terus memaksaku untuk melakukanya, akhirnya dia kuputuskan saja.. Tetapi, sejak dia kuputuskan dia malah bertambah buruk.. Dia memaksa ku, menculikku dan hampir.."Hinata tak melanjutkan kata-katanya. Dia masih takut mengingat itu.
"Sudahlah, Hinata-chan.. Kau tak perlu takut. Aku akan selalu menjagamu."kata Naruto mengusap bahu Hinata. Hinata tersipu malu.
Hey Dobe, seharusnya aku yang berkata seperti itu!! Dasar kau tidak pengertian!!!
"Ta-tapi, besok aku berangkat sekolah dengan siapa? Neji-niisan pasti bareng dengan Tenten-chan.."kata Hinata memandang dalam-dalam mata Naruto.
"Aku saja!!!" ajak Naruto dan Sasuke bebarengan. Mereka saling pandang lagi. Membuat Hinata semakin bingung. Sebenarnya, ini ada apa sih? Kenapa Sasuke jadi ikut-ikutan peduli seperti Naruto?
"Denganku saja, Hinata-chan. Kalau memilih mereka berdua, aku yakin kau pasti bingung."sahut Miru yang tiba-tiba sudah di belakang Sasuke.
"Ah, benar juga. A-aku bareng Miru-chan saja. Gomen Naruto-kun, Sasuke-kun.."kata Hinata menunduk malu. Naruto dan Sasuke jadi salah tingkah.
Sasuke bergegas keluar kamar. Sedangkan Miru dan Hinata masih asyik ngobrol dan bercanda. Naruto yang penasaran dengan Sasuke, mengikuti Sasuke keluar kamar.
"Hey, Teme. Ada yang ingin kutanyakan padamu."kata Naruto sebelum Sasuke melangkah lebih jauh.
"Apa?"
"Ehm.. Apa kau, punya perasaan yang sama sepertiku terhadap Hinata-chan?"Langkah Sasuke terhenti sejenak. Ada yang tercekat dikerongkongan.
Sasuke P.O.V
Naruto.. Andai aku bisa menjawab 'ya', apa kau masih menerimaku sebagai sahabatmu? Aku memang menyukainya, mencintainya.. Tapi aku tak sanggup bila harus bersaing denganmu.. Kenyataannya dia lebih memilihmu daripada aku.. Tapi, aku bukan lelaki lemah.. Maafkan aku jika aku membohongimu..
End Sasuke P.O.V
"Hey, kenapa kau malah melamun? Jawab pertanyaanku."tegur Naruto menepuk bahu Sasuke. Sasuke sedikit tersentak kaget.
"Kenapa kau bertanya seperti itu?"tanya Sasuke balik tanpa menengok ke Naruto. Naruto tertunduk lesu.
"Aku hanya bertanya. Aku hanya heran, kau yang biasanya cuek dengan wanita kenapa jadi begitu perhatiannya pada Hinata-chan? Hanya Hinata-chan saja?"ucap Naruto sedikit mencengkram bahu Sasuke. Sasuke memejamkan matanya.
"Kau tahu, Naruto? Lebih mudah bagi kita untuk berpura-pura daripada bertingkah sesuai perasaannya. Itu akan menyakitkan untuk orang yang berada di sekelilingnya."jawab Sasuke dingin lalu pergi.
Naruto hanya terbengong, tak mengerti. Kata-kata apa itu? Lebih mudah bagi kita untuk berpura-pura daripada bertingkah sesuai perasaannya? Ada apa dengan bocah Uchiha itu?
"Sasuke.. Kau tidak membohongiku kan?"

TBC

Rainbow ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang