Chapter 6

1.7K 68 1
                                    

Hinata dan Miru berjalan bersama menuju sekolah. Sesekali Hinata mengenggam erat lengan Miru ketika segerombolan cowok berandalan menggoda mereka saat mereka berdua lewat di depan gerombolan itu. Wajar saja Hinata bertingkah seperti itu. Dia masih sedikit takut dan trauma terhadap laki-laki.
"Tenanglah, Hinata-chan. Aku ada di sini kok. Jangan takut ya."kata Miru berusaha menenangkan Hinata yang masih ketakutan itu.
"I.. iya.. Miru-chan.. A-aku hanya sedikit takut.."ucap Hinata menarik Miru menghindari tatapan anak-anak berandalan itu. Miru hanya menghela nafas. Yaah, walau begitu Miru tetap sayang pada Hinata.
Saat Hinata dan Miru menginjakkan kaki di sekolah, semua tatapan mata tertuju pada mereka. Tidak. Hanya pada Hinata. Tatapan seolah-olah mengatakan apa-kondisimu-sudah-sedikit-membaik? Hinata hanya tersenyum saat teman-teman sekolahnya yang lewat menyapanya.
Greeek.. Pintu kelas 11-5 terbuka. Semua siswa di kelas itu tertuju pada 2 sosok gadis berambut indigo dan berambut biru langit yang sedang di depan ambang pintu. Sang gadis indigo tersenyum ke penghuni kelas. Bisa ditebak, mereka langsung menyeruak Hinata.
"Hinata, kau sudah masuk kembali?"
"Wah, apa kau sudah sehat? Kondisimu sudah membaikkah?"
"Ah, apa benar kalau Sasori-senpai itu hampir mencelakaimu?"
"Kau baik-baik saja kan?"
"Teman-teman, Hinata-chan baru saja masuk kelas sudah diinterogasi seperti maling. Biarkan dia duduk dulu, baru kalian tanya satu-satu."keluh Miru pada teman-temannya yang sudah seperti gerombolan tawon. Hinata tersenyum.
"Hinata!!!!" seorang cewek bercepol dua menghampiri Hinata yang hendak duduk di kursinya dan memeluk Hinata tiba-tiba. Kalau saja Miru tidak menahannya, Hinata mungkin sudah jatuh.
"Aduh, Tenten-chan.. Keras sekali meluknya.. Untung aku tidak jatuh.."kata Hinata melepaskan pelukan Tenten. Tenten tertawa.
"Maaf ya Hinata, aku rindu sekali sih sama kamu. Waktu dengar berita itu, aku langsung shock. Tidak menyangka kalau Sasori-senpai akan berbuat seperti itu padamu."ucap Tenten. Hinata tersenyum manis.
"Hay Hinata!! Kau sudah baikkan ya? Wah, sehari tidak ada kau di kelas ini, rasanya aku merasa agak kehilangan loh."seorang gadis berambut oranye yang diikat setengah menyeruak ke Hinata.
"Ah, Sasame-chan.. Kau bisa saja.. Ya, aku sudah agak baikkan.. Walau aku masih sedikit takut untuk pergi sendiri."kata Hinata menunduk dan memainkan jari-jarinya. Kebiasaannya kumat.
"Tenang saja, kita akan selalu ngelindungi kamu kok. Kan kita sahabat. Kami semua akan selalu jagain kamu agar kamu tidak di gangguin orang lagi."kata Tenten merangkul Hinata. Hinata tersenyum. Sungguh bahagia gadis Hyuuga ini memiliki sahabat seperti mereka.
***
"Akhhh!! Kenapa sih harus ada pelajaran Fisika yang menyebalkan ini?! Sudah tahu aku benci dengan pelajaran ini!! Huh! Yang ngajar juga Ebisu-sensei. Menyebalkan!"celoteh Naruto membanting buku paket Fisikanya. Sasuke yang sedang asyik membaca sambil mendengarkan mp3 dari earphonenya tentu saja tak mendengar gerutuan Naruto.
"Hey Teme, betah sekali kau berlama-lama baca buku membosankan itu. Mumpung masih ada waktu, kantin yuk? Lapar nih. Belum sarapan. Ojii-san tadi kesiangan, tidak sempat membuatkanku sarapan."pinta Naruto menyenggol lengan Sasuke. Yang disenggol hanya melirik sebentar, lalu melanjutkan bacanya.
"Woy Teme!! Dengarin orang ngomong!!"teriak Naruto tak sabaran. Sasuke melirik lagi, lalu melepas earphonenya.
"Kau ngomong apa?"
GUBRAK!!!! Ingin rasanya Naruto terjengkang ke belakang setelah Sasuke berkata seperti itu. Jadi, sedaritadi dia berbicara sampai ludahnya muncrat dan nempel di jendela, Sasuke tak mendengarnya? Menghabiskan energi orang saja.
"Dasar menyebalkan!! Huh!"Naruto cemberut. Menggembungkan pipinya seperti anak kecil. Sasuke tak merespon. Ia kembali membaca buku Fisikanya sambil mendengarkan mp3 kembali.
***
KRRIIIING!! Bel istirahat telah berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas dan melangkahkan kaki mereka ke kantin untuk mengganjal perut yang sedaritadi mengaum meminta mangsa. Tidak untuk Naruto. Gara-gara berusaha menyontek Shikamaru yang ada di belakangnya, ia mendapat hukuman dari Ebisu-sensei dan disuruh menemuinya di kantor guru. Kini, hanya Sasuke sendiri di kelas.
"Huaaaaah.. Membosankan. Dobe sedang ke ruang guru. Lalu, aku harus apa?"gumam Sasuke sambil menguap.
Tok.. Tok.. Greek.. Seseorang mengetuk dan membuka pelan pintu kelas 11-3. Menampakkan seorang gadis bermata lavender yang kini sedang berdiri di ambang pintu sambil celingak-celinguk mencari seseorang. Sasuke membelalakan matanya. Semburat merah muncul di pipinya.
"Ah, Sa.. Sasuke-kun.. Uhm.. A-aku ke sini m-mau mencari Naruto-kun.. A-apa dia ada?"tanya Hinata ketika melihat Sasuke hanya seorang diri di kelas itu. Sasuke sadar telah lama memandang gadis itu lalu memalingkan wajahnya.
"Oh, ya. Dia sedang ke ruang guru. Sedang di panggil Ebisu-sensei. Memang, kau ada keperluan apa dengannya?"tanya Sasuke terdengar dingin. Yah, memang itu kan sifat seorang Uchiha?
"Ehm.. T-tidak.. A-aku hanya mau menyerahkan bento ini.. Bi-bisakah kau memberinya ini s-saat dia kembali?"Hinata menyerahkan sekotak bento berwarna merah dibungkus kain bermotif polkadot. Sasuke berdiri, berniat mengambil bento itu.
Entah apa Kami-sama mendengar doa Sasuke agar hari ini dia bisa bertatap mata dengan Hinata ataukah hanya sebuah kebetulan, kita juga tidak tahu. Ketika Sasuke menghampiri Hinata yang sedang di ambang pintu, tiba-tiba Sasuke menginjak tali sepatunya yang lupa ia ikat. Sehingga, Sasuke kehilangan keseimbangan dan jatuh. Kalau jatuh biasa, tak masalah. Yang masalah adalah, Sasuke jatuh menimpa tubuh Hinata.
Bisa bayangkan, mereka berdua dalam posisi seperti pengantin baru akan menghadapi malam pertama mereka di depan pintu. Mata onyx Sasuke memandang dalam-dalam mata lavender Hinata. Sasuke terpana dengan mata lavender Hinata.
Wauuw.. Gue baru liat mata secantik ini.. It's a beautiful eye..
Dan, tentu saja. Moment ini menarik perhatian banyak orang dan juga jeritan.
"Kyaaaaaaaa!!!!! Sasuke-kun!!!"
"Kyaaaaaaaa!!!!! Hinata-chan!!!"FC Sasuke dan FC Hinata berteriak bersamaan saat mereka melihat Sasuke dan Hinata sedang dalam posisi yang tidak selayaknya.
"Sakura!! Lihat itu!!"Fuuka menarik Sakura yang sedang asyik berkaca dan menunjuk ke arah Sasuke dan Hinata. Spontan, kaca yang sedang dipegang Sakura jatuh dan pecah. Wajahnya memerah.
"APA-APAAN ITU?!!! HEY!! INI SEKOLAH!! DASAR MURAHAN!! BISA-BISANYA DIA MELAKUKAN ITU DI SINI!! APA MAUNYA?!!!"teriak Sakura melihat kejadian itu. Fuuka juga ikut-ikut panas.
"Ehm.. Sa.. Sasuke-kun.. Bi-bisakah kau bangun? A-aku rasa, se-semua orang melihat kita.."kata Hinata menyadarkan Sasuke yang sedaritadi menatap matanya yang indah itu. Sasuke memalingkan wajahnya dan buru-buru bangun dari tubuh Hinata.
"Hey Teme! Apa yang kau lakukan dengan Hinata-chan?!"tanya Naruto sedikit membentak. Ia baru saja kembali dari ruang guru, dan melihat pemandangan yang tak mengenakkan hati.
"Ini bukan seperti yang kau bayangkan, Dobe!! Ini tidak sengaja!!!"sahut Sasuke tak kalah kesal. Naruto memandang Sasuke dengan tatapan seperti nosebleed.
"Hey, Sasuke.. Kau.. Tidak sadar?"kata Naruto dengan wajah sedikit memerah. Sasuke mengerutkan dahinya.
"Maksud kau apa hah?? Dasar menyebal.."kata-kata Sasuke terhenti ketika ia melihat apa yang terjadi dengan dirinya dan Hinata. Seketika wajahnya memerah. Wajah Hinata juga sudah semerah cabai.
Kalian tahu apa yang terjadi sehingga membuat Naruto bertampang seperti nosebleed, Sasuke dengan wajah yang memerah, dan Hinata yang hampir pingsan?
Saat Sasuke akan bangun dari tubuh Hinata, tak sadar tangan kanannya menyentuh atau lebih tepat memegang dada Hinata. Lalu berikutnya, Hinata merasa pusing lalu gelap.
"Woy, Hinata! Aduh pingsan. Aku kan tidak sengaja."kata Sasuke mengguncang-guncang pelan tubuh Hinata yang mungil itu.
"Akh Teme!! Gara-gara kau sih!! Kenapa kau bisa berposisi seperti itu? Bukan aku saja yang tadi ada di sini!"kata Naruto menghampiri Sasuke. Sasuke menggetok kepala Naruto
"Baka!! Ini bukan saatnya bercanda, Dobe!! Sudah, lebih baik kita bawa dia ke UKS."Sasuke menggendong Hinata yang diikuti oleh Naruto. Membuat kesal para FC Sasuke dan FC Hinata.
"UARGH!! Apa sih mau perempuan itu?! Selalu mencari perhatian Sasuke-kun!! Awas saja, kita lihat nanti! Akan kuberi pelajaran kau, Hinata!"umpat Sakura membanting peralatan kosmetiknya.
***
Hinata membuka matanya perlahan. Perasaannya sudah jauh lebih baik, hanya saja masih sedikit pusing. Ia berusaha bangun walau badannya sedikit terasa berat.
"Sudah bangun, Hinata-chan?"sebuah suara yang Hinata kenal menyapanya membantunya bangun. Hinata terkejut.
"Na.. Naruto-kun?"
"Hehehe, syukurlah kalau kamu sudah sadar. Dasar Teme. Membuat kau pingsan saja. Minum dulu, biar kau agak segar."Naruto menyodorkan segelas teh hangat ke Hinata. Hinata meminumnya sedikit lalu ditaruh kembali.
"Me-memang, apa yang terjadi?"
"Kau lupa? Tadi, Sasuke tak sengaja menabrakmu kan? Hingga jatuh dan menimpamu.. Dan, saat ingin bangun tak sengaja.. Tangannya menyentuh.. ehm.."kata-kata Naruto terhenti. Wajahnya sedikit memerah.
"Me-menyentuh apa?"
"I.. itu kamu.. Dada kamu.."Naruto menunjuk dada Hinata yang agak besar itu. Hinata melihat dadanya, lalu menutupi dengan kedua tangannya. Wajahnya merah seperti biasanya. Memang, dada Hinata begitu besar sehingga ketika dia memakai seragam kelihatan sempit dan tidak muat.
"Hehehe.. Maaf Hinata-chan, aku bukan bermaksud yang aneh-aneh. Cuma, mau kembali menceritakan saja."kata Naruto sambil garuk-garuk kepala. Hinata masih menunduk.
"Ti-tidak apa-apa kok, Naruto-kun. Ah! A-apa kau tidak masuk kelas? I-ini sudah jam pelajaran kan?"ucap Hinata melihat jam di dinding UKS.
"Aku sudah minta ijin dengan Asume-sensei untuk tidak mengikuti pelajarannya. Aku ingin menemanimu di UKS. Takut kau kenapa-kenapa."Hinata tersipu. Segitu perhatiannya kah Naruto sampai-sampai dia meninggalkan pelajaran hanya untuk menemani dirinya?
Seseorang mengintip dari pintu UKS. 2 orang yang berada di dalam itu tidak menyadari bahwa ada seseorang yang mengintip mereka. Mereka terlalu asyik sampai-sampai tak menyadari sekitar. Seseorang itu mengepalkan tangannya. Ia menutup pelan pintu UKS itu. Berlari sekencang mungkin ke taman belakang sekolah dan berteriak sekencang-kencangnya di situ.
"ARRRGGGHHHH!!! UAAGGGGHHHH!!!"Sasuke menonjok salah satu pohon besar meninggalkan sebuah bekas di batang pohon itu. Tangannya memar. Bengkak. Lebam. Mengeluarkan sedikit darah. Nafasnya tersengal-sengal.
"Kami-sama, berikan aku kesabaran. Ugh.. Kenapa selalu Naruto? KENAPA?!!!"teriak Sasuke lagi. 1 tetes air keluar dari kelopak mata Sasuke. Hangat. Sasuke menghapusnya.
"Apa ini? Air mata? Untuk apa seorang Uchiha menangis untuk hal bodoh seperti ini? Baka.."kata Sasuke tersenyum sinis. Bukan berhenti, air mata itu makin bertambah banyak yang jatuh. Sasuke terus menghapusnya. Ia tidak mau imejnya hancur karena setetes air mata.
"Jangan kau hapus air matamu. Buang saja. Semakin kau simpan air matamu, semakin berat beban hidupmu. Air mata itu adalah beban yang harus kau buang. Sehingga membuat dirimu sedikit lebih tenang."Seseorang menyahut. Membuat Sasuke tersentak kaget. Dilihatnya siapa yang datang.
"Aniki???"
"Aku sudah tahu semua, Sasuke. Tanpa kau beritahu aku sudah tahu. Aku kakakmu. Dan kau adikku. Apa gunanya tali persaudaraan kalau tidak mengetahui satu sama lain?"Itachi duduk di samping Sasuke. Sasuke masih sibuk menghapus air matanya.
"Sudah kubilang, jangan kau hapus. Menangislah. Hanya kau dan aku yang tahu. Tak apa. Menangis itu wajar."ucap Itachi menepuk kepala Sasuke. Sasuke sesegukan. Mengigit bibir bawahnya.
"Apa kau mau cerita? Mungkin, bisa membuat perasaanmu lebih tenang."tanya Itachi. Bukannya bercerita, Sasuke malah menangis tersedu-sedu di bahu Itachi.
Uchiha pun manusia biasa. Yang mempunyai perasaan lembut dan tersakiti ketika mereka terluka. Yang mempunyai air mata yang akan keluar ketika mereka terbebani. Air mata pun, sangat dibutuhkan oleh seorang Uchiha saat mereka terluka oleh setetes... cinta.
***
"Kita harus bagaimana, Sakura?! Kita harus cepat bertindak! Atau tidak, Sasuke akan jatuh ke tangan Hinata!"ucap Fuuka memanas-manasi Sakura yang sejak tadi hanya mondar-mandir seperti setrika.
"Tidak! Itu tidak boleh terjadi! Aku juga lagi memikirkan cara bagaimana agar aku bisa menyingkirkan wanita gatal itu!"sentak Sakura menaruh telunjuknya di dahinya yang lebar itu. Fuuka ikut berpikir. Sebuah senyum tersungging di wajah Sakura.
"Aku ada ide bagus!"kata Sakura menjentikkan jarinya. Fuuka bangkit dari kasur Sakura menghampiri Sakura yang sedang tersenyum licik itu.
"Apa? Apa? Tell me, please!"pinta Fuuka memaksa Sakura.
"Besok kan aku ulang tahun. Hari Rabu. Dan, aku akan melaksanakan rencanaku itu di hari ulang tahunku itu."ucap Sakura membuat Fuuka semakin penasaran.
"Kau ini selalu bertele-tele! Cepat beritahu aku!"Sakura membisikkan sesuatu ke telinga Fuuka. Dan, bibir Fuuka tertarik ke atas dan tertawa terbahak-bahak bersama Sakura.
"Hahahahaha!! Sakura, kau memang cerdas! Hebat sekali idemu! Aku setuju itu."ucap Fuuka mengacungkan jempolnya. Sakura tertawa ganas. Ia tersenyum sinis seakan menertawakan Hinata. Seolah-olah dialah pemenang yang akan mendapatkan hati Sasuke.
***
Naruto merebahkan dirinya di kasur oranye yang empuk. Mata biru langitnya menerawang langit-langit kamarnya. Mengingat sesosok gadis Indigo yang sedang tersenyum gembira.
"Akh, dia memang membuatku gila. Kami-sama, apa aku benar mencintainya?"gumam Naruto menjambak-jambak rambutnya. Dilihatnya sebingkai foto. Naruto mengambilnya. Menatap foto itu yang terdapat seorang lelaki tinggi jangkung berambut kuning jabrik seperti dirinya sedang menggendong seorang bayi laki-laki bersama seorang wanita berambut merah agak oranye. Naruto memandang sendu foto itu.
"Otousan.. Okasaan.. Apa aku mencintai dirinya? Tapi, aku merasa tenang bila di dekatnya. Aku suka senyumnya. Tawanya. Matanya. Rambutnya. Semuanya. Apa aku mencintainya, Okasaan? Apakah ini yang namanya cinta tulus, Otousan?"gumam Naruto pada foto itu. Jiraiya hanya geleng-geleng kepala di luar kamar Naruto mendengar Naruto berbicara seperti itu.
"Naruto.. Boleh ojii-san masuk?"kata Jiraiya mengetuk pelan pintu kamar Naruto. Naruto terkejut. Diletakkannya kembali bingkai foto itu.
"Ya ojii-san.. Masuk saja, tidak kukunci kok."sahut Naruto dari dalam. Jiraiya membuka pintu perlahan dan masuk ke kamar cucunya.
"Ada apa, Ojii-san? Tumben sekali."kata Naruto menggeser letak duduknya. Jiraiya duduk di samping Naruto dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
"Memang kenapa? Ojii-san kan cuma ingin bertemu denganmu saja."kata Jiraiya menepuk kepala Naruto. Naruto terlihat gelisah. Jiraiya melihat gelagat cucunya itu.
"Kau kenapa? Ada masalah dengan pacarmu?"goda Jiraiya membuat wajah Naruto memerah. Naruto menunduk malu.
"Ojii-san sok tahu."
"Memang tahu. Tadi, Ojii-san tidak sengaja mendengar kau berbicara sendiri. Kau bilang kau mencintainya. Siapa?"tanya Jiraiya. Naruto tambah menundukkan wajahnya.
"Jujur saja, Ojii-san tidak akan marah. Ojii-san kan juga pernah muda."ucap Jiraiya sedikit mendesak Naruto.
"Ya ojii-san. Ada seorang wanita yang kusuka."jawab Naruto akhirnya.
"Hmm.. Siapa dia? Sepertinya, membuatmu sangat tergila-gila."kata Jiraiya.
"Dia manis sekali, Ojii-san. Cantik sekali. Matanya yang indah, senyumnya yang menawan, rambutnya yang anggun. Wah, cantik sekali ojii-san! Aku suka sekali dengannya!!"ucap Naruto menggebu-gebu. Jiraiya tertawa. Lucu sekali melihat cucunya sedang dilanda cinta.
"Kalau kau ingin berusaha mendapatkannya, selalu berusaha di dekatnya saat dia membutuhkanmu. Karena, wanita itu senang sekali diperhatikan."
"Begitu ya ojii-san? Makasih ojii-san!! Ojii-san baik sekali deh!! Belajar darimana?"tanya Naruto sambil menyengir.
"Kau kira dulu aku menikah dengan Tsunade, nenekmu itu tidak dengan cara seperti itu?"ujar Jiraiya. Naruto menyengir. Lalu tertawa terbahak-bahak, membayangkan kakek dan neneknya dulu berkencan.
***
Sakura menendang keras-keras kerikil yang ada di depannya. Bibirnya maju, alisnya ditekuk ke bawah membuat semua orang tak enak melihatnya.
"Huh, Fuuka bagaimana sih? Sudah ditungguin di Taman Konoha setengah jam, ternyata ada janji sama Shino! Heran, kenapa Fuuka sama Shino bisa awet gitu ya? Padahal, Shino orangnya diem dan cuek banget. Punya selera humor aja musti ngadain syukuran dulu. Huuffft.. Ino juga lagi jalan sama Sai lagi. Sama siapa dong shoppingnya?"keluh Sakura ngomel-ngomel sendiri karena tak ada yang menemaninya belanja.
Tak sengaja, langkahnya menuju ke sebuah lapangan basket dekat Konoha High School. Yang terdapat seorang pria berambut kuning jabrik sedang melakukan slam dunk dengan cool. Keringatnya bercucuran dari dahinya, membuatnya dirinya semakin terlihat tampan. Sakura tampak terpukau.
"Itu kan.. Naruto? Wauw.. Ternyata, dia keren juga kalau lagi main basket. Ah! Apaan sih, ingat Sakura, kau sudah menolak dia!! Hah, lagipula hanya pandai bermain basket saja tak perlu dipuja-puja"kata Sakura angkuh. Seketika, otaknya memberinya sebuah ide.
"Apa aku mengajak Naruto saja untuk shopping? Kan, kalau aku ajak dia, bisa kusuruh-suruh bawa belanjaanku. Hahaha! Yah, lebih baik gitu!"Sakura menghampiri Naruto yang sedang menegak minumannya.
"Hay, Naruto!"sapa Sakura pura-pura ramah dan manis. Naruto yang sedang minum hampir saja menyemburkan airnya. Tumben Sakura menyapanya? Ada apa? Hmm.. Pasti ada sesuatu. Tak mungkin seorang wanita yang telah menolaknya mentah-mentah secara tiba-tiba menyapanya dengan sangat ramah? Aneh sekali.
"Ada apa?"tanya Naruto sedikit cuek. Sakura sedikit terkejut. Ia melototkan matanya. Tak seperti biasanya Naruto bersikap angkuh dan cuek padanya. Biasanya, bila ada Sakura, Naruto akan mengejar dirinya seperti seorang maniak.
"Hmm.. Kau sedang sibuk tidak? Kulihat, kau sudah selesai bermain basket."kata Sakura basa-basi. Naruto melirik curiga pada Sakura.
"Tidak."
"Kalau begitu, mau tidak kau menemaniku belanja? Nanti, akan kuajak kau nonton dan makan siang bersamaku."Sakura langsung mengatakan intinya tanpa malu-malu. Naruto hanya melengos. Dia sudah tahu itu. Tak mungkin Sakura jadi ramah padanya kalau tak ada sebabnya. Naruto hanya tersenyum sinis pada Sakura.
"Maaf, lain kali saja ya. Aku capek sekali habis main basket. Dan aku, juga ada janji dengan Hinata-chan."Naruto menyambar tas selempang birunya lalu melesat pergi meninggalkan Sakura yang melongo seperti sapi bengong.
"Hinata? Hinata lagi?! Argh!! Wanita itu selalu merebut perhatian orang lain!! Sasori, Sasuke-kun, dan Naruto! Lalu siapa lagi? Tidak seperti biasanya juga Naruto menolak ajakkan ku. Huh.."Sakura merengut kesal melipat tangannya. Tiba-tiba, wajahnya terulas senyum licik.
"Naruto! Datanglah ke pesta ulang tahunku besok jam setengah 5 sore! Kutunggu ya!"teriak Sakura sebelum Naruto semakin jauh. Langkah Naruto terhenti. Menengok ke Sakura dengan tatapan heran dan curiga. Tanpa banyak bertanya, Naruto berjalan lagi ke rumahnya. Sakura tersenyum sinis.
"Karena, saat ulang tahunku gadis yang kau sukai akan kuberi hadiah yang tak terlupakan..."

TBC

Rainbow ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang