Hinata tengah membaca sebuah novel di Taman Konoha. Biasanya, ketika ada waktu senggang Hinata selalu pergi ke Taman Konoha untuk membaca. Karena hobinya inilah, yang membuatnya selalu mendapat nilai bagus di bidang pelajaran Bahasa.
"Hinata-chan! Aduh, kamu sombong sekali sih?Pergi ke taman tidak ngajak-ngajak aku! "seorang gadis berambut biru langit dan bermata orange ruby menepuk pelan bahu Hinata membuat Hinata sedikit terkejut.
"Miru-chan?Kamu sudah sembuh?Aku kira, kamu belum sembuh."kata Hinata menggeser tempat duduknya membiarkan Miru duduk di sampingnya.
"Sudah dong. Aku malas sakit lama-lama. Kau tahu sendiri kan, aku paling malas kalau di rumah. Huuh, kalau di rumah aku selalu saja disuruh mengerjakan pekerjaan rumah. Malas sekali!"celoteh Miru. Hinata tertawa kecil melihat tingkah laku sahabatnya itu.
Hatako Miru. Gadis berambut biru langit yang memiliki mata orange ruby ini adalah sahabat masa kecil Hinata hingga sekarang. Hinata sudah menganggapnya sebagai kakak kandungnya sendiri. Hinata sayang sekali pada Miru. Miru adalah satu-satunya orang yang mengetahui perasaannya pada Naruto. Miru memang sangat peka terhadap perasaan Hinata bila Hinata sedang menyukai seseorang. Miru juga selalu membantu Hinata ketika dirinya sedang sedih atau kesusahan.
"Dasar Miru-chan.. Kamu ini tidak pernah berubah ya?Masih tetap Miru-chan yang dulu.."kata Hinata tersenyum. Miru mendengus sebal.
"Memang aku mau berubah jadi apa, Hinata-chan?Putri salju?Aneh-aneh saja kau ini.." ujar Miru melengos.
"Jangan ngambek dong, Miru-chan..Lebih baik kita beli es krim yuk?"ajak Hinata menggandeng tangan Miru mengajaknya ke tukang es krim.
Saat sedang asyik menikmati es krim, seorang lelaki menghampiri mereka. Itu membuat Hinata yang sedang asyik menikmati es krim blueberry nya, blushing. Es krimnya di biarkan menetes ke tangannya. Miru yang sedang menjilati es krim vanilla itu menyenggol lengan Hinata.
"Hinata-chan, ada apa?Kok ngelamun?"
"Hay Hinata-chan!!"Miru mendongak ke arah suara yang memanggil Hinata. Itu kan..Naruto??
"H..hay Naruto-kun.."
"Wah, sedang makan es krim ya?Oh, ada Miru."kata Naruto menyengir. Hinata tertunduk malu. Miru tersenyum jahil.
"Iya, kita sedang makan es krim. Tapi, gara-gara kamu datang kayaknya es krimnya di biarin menetes sampai tangannya basah begitu.." sindir Miru membuat wajah Hinata bertambah merah. Naruto melihat tangan Hinata yang penuh dengan cairan es krim.
"Wah, Hinata-chan es krimnya meleleh tuh! Kan sayang kalau meleleh begitu."ucap Naruto mengelap tangan Hinata dengan jaketnya.
Dan, entah karena kekurangan oksigen atau karena kekurangan darah, dalam kehitungan Hinata merasa kepalanya pusing sekali. Keringat dingin keluar dari dahinya. Dan bisa dihitung, 1..2..3..
GUBRAK!!!
"Loh?Loh?Hinata-chan, kenapa kamu pingsan?!Hinata-chan!"Naruto mengguncang-guncang tubuh Hinata yang pingsan dalam pelukannya. Miru hanya geleng-geleng kepala mengetahui sifat buruk sahabatnya itu.
***
BRAK!!!!4 buah lapis kayu patah hanya dengan sekali tendangan dari Sasuke. Sasuke menyilangkan tangannya lalu mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.
"Hari ini cukup, Sasuke. Kau sudah bisa menguasai semua tehnik karate ini. Dan, aku berharap pada pertandingan bulan depan nanti kau bisa tampil dengan baik."kata seorang lelaki paruh baya yang berada di belakang Sasuke. Sasuke membungkuk sopan.
"Osh, Orochimaru-sensei."Sasuke bergegas mengambil tasnya dan membersihkan dirinya dari keringat yang melengket di tubuh kekar Sasuke.
20 menit kemudian, Sasuke sudah keluar meninggalkan tempat kursus karatenya. Baru saja 2 langkah, sebuah suara cempreng melengking memanggil namanya.
"Sasuke-kun!!!!"
"Sial...Kenapa dia ada di sini?Haaah..."gumam Sasuke kesal.
"Kau sudah selesai dengan latihan karatemu?Aku menunggumu lama sekali..Karena kamu baru saja selesai latihan, pasti kamu belum makan. Bagaimana kalau kita makan bersama?"
"Tidak.. Terima kasih,Sakura.. Tapi, aku lelah sekali."tolak Sasuke cuek. Sakura merengut.
"Ayolah, Sasuke-kun..Aku ingin sekali makan malam denganmu.."bujuk Sakura bergelayut di lengan Sasuke. Ingin rasanya Sasuke menepis keras-keras tangan Sakura hingga membuatnya terjatuh.
Tapi, dia tidak bisa melakukan hal itu. Sakura adalah wanita. Sebenci-bencinya Sasuke pada seorang wanita, dia tidak bisa menyakiti secara fisik pada wanita itu. Karena, dia tidak mau menyakiti kaum wanita yang termasuk juga ibunya yang telah lama meninggal.
Kehadiran Sakura membuat kegiatan Sasuke sangat terganggu,menurut pria emo ini. Dimanapun dia berada, perempuan ini selalu saja ada di dekatnya. Sasuke risih dengan tingkah laku Sakura yang sangat proktetif padanya. Padahal, Sakura bukan siapa-siapa.
"Baiklah.. Kali ini saja, lain waktu aku tidak bisa.."Sakura melotot senang. Ini pertama kalinya Sasuke menerima ajakannya!
Tanpa banyak basa-basi, ia segera menarik Sasuke ke restoran terdekat.
Sakura mengajak Sasuke makan di restoran yang tak jauh dari tempat kursus karate Sasuke. Dan, Sakura memilih tempat duduk yang dekat dengan kolam ikan yang dihiasi bebatuan cantik.
"Aku pesan makanan dulu ya, Sasuke-kun.." kata Sakura beranjak mencari pelayan restoran. Sasuke hanya melengos. Melihat-lihat sekelilingnya dan..
Hey..Apa itu?Sasuke melototkan matanya ketika menangkap sesosok gadis berambut Indigo sedang berjalan dengan seorang pria berambut kuning jabrik di pinggir jalan yang tak jauh dari restoran tempat Sasuke makan.
Mereka tampak ceria dan senang. Gadis itu tertawa renyah ketika pria itu mungkin mengatakan sesuatu yang lucu membuat gadis itu tertawa renyah. Sasuke lagi-lagi mengepalkan tangannya. Mengapa dia selalu dikalahkan oleh sahabatnya?
Padahal, sahabatnya tidak terlalu hebat dibanding dirinya yang punya segalanya. Sasuke sadar. Mungkin di bidang pendidikan dan materi Sasuke patut menang. Tapi, urusan cinta.. Dia tak akan pernah tahu siapa yang akan memenangkan hati gadis itu.. Hinata adalah satu-satunya gadis di Konoha High School yang tidak tertarik padanya. Dan itu, membuat Sasuke bertambah kagum pada Hinata karena Hinata memandang seseorang bukan dari fisik ataupun materi.
"Haah, pelayan restoran ini payah. Masa, pelanggannya yang harus mencari-cari pelayannya?Lain kali akan kubilang pada atasannya!"Sakura datang sambil mengomel-omel. Mata Sasuke langsung tertuju pada Sakura yang sudah duduk di hadapannya.
"Hn. Biarkan saja."sahut Sasuke.
"Itu sangat menyebalkan. Menyusahkan pelanggan saja!" kata Sakura lagi. Sasuke hanya diam tak menjawab. Sesekali matanya mengarah pada pinggir jalan dimana ia menemukan gadis yang dicintainya bersama sahabatnya sedang asyik jalan berdua.
Mereka sudah tidak ada. Sasuke menggeram lagi. Mereka sudah pergi.
"Sasuke-kun, kamu tahu Karin tidak? Itu loh anak kelas 11-2. Dia itu menyebalkan sekali! Masa, dia ngaku-ngaku kau dan dia punya hubungan khusus? Pakai ngomong kalau hubungan kamu dengan dia sudah direstui orang tua kamu. Padahal, tidak kan Sasuke-kun?Dia itu memang cewek genit..Dia juga...bla..bla.." Sasuke tak mencerna lagi kata-kata Sakura.
Di pikirannya saat ini adalah Naruto dan Hinata. Sakura yang sedang asyik berbicara tiada henti membuat kuping sakit, tak digubris oleh Sasuke. Sasuke memejamkan matanya dan berpangku tangan. Akankah ia kalah dengan sahabatnya hanya karena soal... cinta?
***
"Dan, karena aku terburu-buru, jadinya aku tidak melihat bahwa didepan ku ada tiang listrik. Jadilah aku menabrak tiang listrik itu hingga aku mental beberapa meter. Uh, sakit sekali..."cerita Naruto menceritakan kejadian saat dirinya menabrak tiang listrik karena terburu-buru berangkat ke sekolah. Hinata tertawa kecil.
"Kamu ada-ada saja, Naruto-kun.. Hihi.."tawa Hinata. Naruto merengut.
"Aaaaah, Hinata-chan.. Orang jatuh kok di tertawakan?Huuu.."Naruto cemberut.
"Ha-habis..Kamu lucu sekali..Hihihi.."Naruto memperhatikan Hinata yang sedang tertawa.
Gadis yang manis.. Entah mengapa, rasanya bila dekat dengan Hinata hati Naruto terasa nyaman dan tenang. Tawanya yang lembut terdengar indah di telinga Naruto. Parasnya mengingatkan Naruto pada ibunya yang telah lama meninggal. Manis dan anggun. Sifat Hinata juga sama dengan ibunya Naruto. Lembut dan baik hati. Tak terasa, mata Naruto terasa memanas.
"Naruto-kun.. Kenapa kamu menangis?Ada apa?"tanya Hinata terkejut melihat air mata Naruto keluar dari mata Naruto. Buru-buru diusapnya air matanya yang keluar itu.
"Tidak.. Aku hanya.. rindu pada ibuku.. Ibuku.. Sudah meninggal.."jawab Naruto lirih. Hinata sedikit terkejut.
"Ibuku meninggal karena mempunyai penyakit jantung. Setelah itu, ayah menyusul ibu. Ayah meninggal karena kecelakaan. Sekarang, aku tinggal di rumah kakekku. Ibuku sangat baik padaku. Beliau sangat mengerti aku.. Beliau sangat sayang padaku.. Ibuku juga manis.. Entah mengapa, kalau melihat dirimu aku jadi teringat ibu.." kata Naruto menatap langit malam bertabur bintang-bintang indah. Hinata blushing.
"Karena, kau sangat mirip dengan Ibu ku, Hinata-chan.. Kau baik.. Lembut.. Manis.."puji Naruto. Hinata menunduk, menatap rumput-rumput yang bergoyang-goyang tertiup angin.
"Na..Naruto-kun.. Aku.. aku tidak seperti itu kok.."kata Hinata merendah diri. Naruto menatap wajah Hinata. Memegang kedua pipi Hinata agar wajah Hinata berhadapan langsung dengan wajahnya. Tentu wajah Hinata sudah semerah cherry.
"Ya.. Kau seperti itu, Hinata-chan.."Naruto menatap dalam-dalam mata gadis itu. Perlahan,wajahnya didekatkan ke arah wajah Hinata. Semakin mendekat, Hinata bisa merasakan nafas yang menderu dari pria itu. Ia memejamkan matanya. Naruto semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Hinata hingga...
"Eh?Kupu-kupu?"gumam Hinata melihat seekor kupu-kupu melintas di depan wajah Hinata dan Naruto. Spontan, Naruto dan Hinata langsung menjaga jarak kembali. Wajah mereka berdua terlihat sangat merah.
"Ehm... Hinata-chan... Aku..."
"Naruto-kun, lihat itu.."Hinata menunjuk 2 ekor kupu-kupu yang tampak sedang berkejar-kejaran. Dan, warna sayap mereka... pelangi?
"Kupu-kupu pelangi?"gumam Naruto dan Hinata. Mereka berpandangan dan akhirnya tertawa bersama-sama.
Naruto merebahkan dirinya di padang rumput yang luas itu. Angin malam bertiup pelan, menggoyangkan rumput-rumput hijau itu. Menggelitik rambut dan tubuh Naruto. Hinata menatap langit kelam yang ditaburi intan yang berkerlap-kerlip.
Naruto P.O.V
Hyuuga Hinata... Hmm, gadis yang sempurna.. Apa aku bisa memiliki dirinya?Aku rasa..dia terlalu sempurna untukku.. Tapi, aku rasa..Aku mencintainya..
End Naruto P.O.V
Hinata memejamkan matanya. Merasakan angin yang menerpa rambut indigonya, membuat rambutnya berlambai-lambai dengan aroma rumput yang menyerebak.
Hinata P.O.V
Uzumaki Naruto.. Apakah Tuhan mendengar doa ku?Atau ini hanya sekedar mimpi? Kalau ya, tolong biarkan aku selalu tertidur.. Aku tak mau kehilangan dirinya.. Karena aku mencintainya..
End Hinata P.O.V
2 manusia ini tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Tak ada yang tahu apa yang mereka pikirkan. Tetapi, mereka juga tak tahu bahwa mereka memikirkan hal yang sama. Hanya kupu-kupu pelangi yang mengetahui apa yang menyebabkan malam ini terasa indah bagi Naruto dan Hinata...TBC...