Chapter 4

2K 75 2
                                    


Naruto mengusap-ngusap rambutnya yang setengah basah itu dengan handuk berwarna coklat. Ia bercermin, menampakkan seorang lelaki berambut blonde jabrik dengan seragam sekolah yang sedikit err... berantakan. Baju sedikit di keluarkan dan celana di pelorotkan hingga pinggul.
Hari ini tak ada yang spesial. Semua dijalani seperti biasa. Hanya ada 1 perbedaan di sini. Cengiran dan senyuman yang tersungging di wajah Naruto yang tak hilang-hilang dari keluar kamar hingga ke meja makan.
Tentu saja ini membuat Jiraiya, kakek Naruto, merasa heran dan bingung. Biasanya, Naruto keluar dari kamar dengan tampang kusut, mencomot roti, menegak susu setelah itu melesat pergi berangkat ke sekolah. Tapi, kali ini...
"Kenapa kau tampaknya senang sekali hari ini? Berbeda sekali." Ujar Jiraiya meletakkan sebuah ramen instan di meja. Naruto duduk dan langsung menyeruput ramennya.
"Tidak ada apa-apa, ojii-san. Lagi senang saja."jawab Naruto santai yang asyik menyantap ramennya.
"Hmm... Jangan-jangan kau sedang jatuh cinta ya?" tebak Jiraiya memegang dagunya memperhatikan Naruto dari atas sampai bawah. Sontak, wajah Naruto memerah. Membuat Naruto tersedak. Buru-buru di ambilnya air yang berada di sampingnya.
"Uuuh.. Uhuk.. Uhuk... Ojii-san, kau ingin membunuh ku ya?"keluh Naruto yang wajahnya masih ada semburat merah. Jiraiya tertawa.
"Hahahaha! Kau malu ya? Tingkahmu itu bisa ketahuan. Ojii-san kan juga pernah muda."kata Jiraiya menepuk kepala cucunya.
"Huh.. apa-apaan kau, ojii-san. Sok tahu sekali. Aku berangkat dulu."Naruto menyambra tasnya lalu melesat keluar dengan perasaan malu. Jiraiya geleng-geleng kepala.
"Dasar anak muda. Ada-ada saja tingkahnya."
***
Sasuke menggas kencang motornya. Menuju keluar dari area mansion Uchiha. Dirinya yang sedang mengendarai motor ini terlihat keren dan tampan sekali membuat cewek-cewek yang sedang melintas di trotoar pingsan seketika.
Dan seperti biasa, Sasuke menuju sekolahnya. Saat mengendarai motornya, ia melewati mansion Hyuuga dan tak sengaja melihat gadis yang disukanya berdiri di depan pintu gerbang mansion Hyuuga. Sasuke berpikir, mungkin ini adalah langkah bagus untuk mengenal dekat dengan Hinata.
"Hey, sedang apa kau di sini sendiri?"tegur Sasuke berhenti mendadak di depan Hinata membuat rok Hinata sedikit berjingkat. Hinata terkejut. Sasuke, pangeran Konoha High School menegurnya? Jelas membuat Hinata terheran-heran. Pasalnya, Sasuke tak pernah menyapanya. Jangankan untuk menyapa, melirik pun tidak pernah. Jadi, pantaslah Hinata terkejut saat Sasuke menegurnya.
"Hm.. A-aku sedang me-menunggu Naruto-kun.. Ta-tapi sampai sekarang.. Dia belum datang.." jawab Hinata sedikit takut ketika Sasuke sedang menatapnya lekat-lekat.
"Naruto?" Hinata mengangguk. Sasuke menengok ke belakang. Tak ada seorang pun. Bibir Sasuke sedikit terangkat ke atas. Kesempatan yang bagus...
"Naik."perintah Sasuke. Hinata menaikkan satu alisnya pertanda dia bingung dengan perkataan Sasuke.
"Mak-maksudmu?
"Naik ke motorku."
"A-apa?!!"Hinata terbengong. Kenapa Sasuke jadi baik padanya? Padahal, dulu-dulu Sasuke terlihat cuek padanya. Malah terkesan dingin bila berpapasan dengan dirinya. Dan sekarang, Sasuke menawarkan untuk berangkat sekolah bersama?
"Sampai kapan kau mau melongo seperti itu?"sindir Sasuke. Hinata memalingkan wajahnya yang memerah itu. Blushing. Kebiasannya bila disindir seperti itu. Bukan karena dia tersipu karena Sasuke.
"Ta-tapi, Naruto-kun.." Sasuke menarik tangan Hinata untuk berhadapan langsung dengannya. Wajah Sasuke dan Hinata sekarang amat sangat dekat. Membuat Hinata bertambah merah wajahnya. Apa-apaan ini?
"Kau lihat sekarang jam berapa?" Sasuke menunjuk jam tangan hitamnya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya ke wajah Hinata. 7.20. Berarti, 10 menit lagi bel sekolah berbunyi. Hinata membelalakan mata lavendernya.
"Jadi, kau pilih mana? Berangkat bersamaku atau terkena hukuman dari Anko-sensei?" ucap Sasuke tanpa melihat ke arah Hinata.
Hinata bimbang. Ia mengigit kuku jari kelingkingnya. Ia melihat ke arah kiri. Kalau-kalau Naruto , yang ditunggu belum juga muncul. Keringat dingin mulai keluar dari dahi Hinata. Sedikit melirik ke arah Sasuke yang tampak menunggu jawabannya. Tak ada cara lain...
"Ba-baiklah, aku mau..." kalau Sasuke tak ingat dia menyandang nama Uchiha, dia pasti sudah melompat-melompat kegirangan karena Hinata mau menerima ajakannya. Sayangnya, hanya hatinya yang dapat melonjak kegirangan.
"Hinata dengan perlahan naik ke motor ninja biru milik , tiba-tiba Sasuke menarik tangannya dan menaruhnya di pinggang Sasuke.
"Pegangan yang erat. Kalau kau jatuh, aku juga yang repot." Kata Sasuke dingin.
Ada perasaan canggung di dada Hinata. Ada apa ini? Kenapa sikap Sasuke padanya tak seperti biasanya? Sasuke yang biasanya cuek dan dingin padanya tak ia temukan pada hari ini. Sasuke juga agak sedikit peduli padanya. Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di kepala Hinata.
Sasuke menyunggingkan seulas senyuman. Rencananya berhasil. Hatinya merasa puas sekali bisa mengajak Hinata berangkat sekolah bersama. Hatinya tak pernah sesenang ini.
Ketika sedang perjalanan menuju sekolah, terkadang Sasuke mengebutkan motornya agar cepat sampai ke .. Bukan itu.. Ada alasan lain.. Kalian tahu apa itu?
Yup.. Benar bagi yang bisa menjawab.. Sasuke sengaja mengebutkan motornya agar Hinata menguatkan pegangannya di pinggang Sasuke. Seorang Uchiha pun, bisa menjadi rendah martabatnya ketika sedang jatuh cinta.
***
Sasuke bisa sampai 7 menit di sekolah sebelum bel berbunyi. Tentu saja pemandangan 'Sasuke membonceng Hinata' menarik perhatian se-antero sekolah. Tak terkecuali FC Sasuke, terutama Sakura dan FC Hinata.
"Apa-apaan itu?! Kenapa Hinata bisa dibonceng oleh Sasuke-kun?! Dasar perempuan licik!! Beraninya main belakang!! Ternyata, selama ini dia juga suka pada Sasuke-kun. Dasar munafik!" umpat Sakura yang tak sengaja melihat itu.
Hinata segera turun dari motor Sasuke dan melepaskan pegangannya. Ia sudah menyadari tatapan ganas dan membunuh dari para FC Sasuke. Ia tidak mau ditelan bulat-bulat oleh FC Sasuke. Hinata merapikan seragam sailornya yang sedikit berantakan.
"A-arigatou, Sasuke-kun.. A-aku ke kelas dulu."kata Hinata setengah berlari menghindari death glare dari para FC Sasuke. Sasuke hanya tersenyum melihat gadis Hyuuga yang sedang berlari kecil menuju kelasnya itu.
***
"HUUUAAAHH!!!!! AKU TELAT!!! Dasar sepeda sialan!! Tukang ban lelet!!"umpat Naruto mengayuh sepedanya sekuat tenaga.
Ketika menuju sekolah dan berniat menjemput Hinata, tiba-tiba ban sepeda Naruto meletus. Terpaksa harus ditambal. Yang membuatnya telat, Naruto harus menunggu tukang tambal bannya yang sedang asyik nyabutin bulu hidung selama 1 jam. Jadilah, Naruto telat dan mengumpat-ngumpat tukang ban itu.
Ia bergegas menuju mansion Hyuuga. Dilihatnya tak ada siapapun di depan gerbang itu. Naruto mendecak sebal.
"Sial!!! Hinata-chan pasti sudah berangkat!! Arrrggggghhh!! Lebih baik aku buru-buru!!" Naruto mengayuh sepedanya kembali menuju sekolah.
Naruto berhasil masuk ke sekolah yang gerbangnya hampir di tutup. Naruto bernafas lega... Untuk sesaat.
"Uzumaki Naruto!!" teriak seseorang. Naruto yang sedang menjijing sepedanya itu, langkahnya ter-pause. Oh shit!!, batin Naruto. Ia menengok ke arah pemanggilnya.
"Kenapa terlambat?!"
"A-ano... Anko-sensei.. Tadi, ban sepeda saya meletus. Saya bawa ke tukang tambal ban. Pas sampai di sana, saya disuruh nunggu selama 1 jam karena tukang bannya lagi nyabutin bulu hidung. Lama banget! Jadilah saya terlambat.." jelas Naruto. Anko mengangguk-angguk.
"Push up 20 kali!"perintah Anko. Naruto melongo.
"Ta-tapi, Anko-sensei.."
"CEPAT! TIDAK ADA ALASAN!"bentak Anko membuat Naruto melompat terkejut. Naruto langsung melaksanakan perintah Anko. Setelah selesai, Naruto secepat kilat berlari ke kelasnya walau nafasnya masih tersengal-sengal.
Greek.. Tampak seorang bocah jabrik datang dengan penampilan yang sangat berantakan.
"Woy Naruto, habis manggung barongan dimana?" ledek Kiba membuat seisi kelas tertawa. Naruto tak menggubris. Ia segera duduk di samping Sasuke. Hari ini, jam pertama pelajaran Kakashi-sensei. Orang itu biasanya datang 5 atau 10 menit sebelum bel istirahat berbunyi.
"Sial! Gara-gara telat, aku tidak bisa menjemput Hinata-chan!" umpat Naruto melempar tasnya ke atas meja. Sasuke cuek. Bibirnya tertarik sedikit ke atas.
"Kenapa kau tersenyum? Aneh sekali..." celetuk Naruto sadar kalau Sasuke sedikit tersenyum. Sasuke gelagapan.
"Siapa yang tersenyum? Dasar baka.."sahut Sasuke membuat darah Naruto naik.
"Teme, kau benar-benar menyebalkan! Mau ngajak ribut?!"Naruto menarik kerah baju Sasuke.
"NARUTO!!" suara cempreng itu memanggil Naruto dan menampar Naruto.
"Aduh, Sakura-chan sakit!"bentak Naruto mengelus pipinya yang memerah. Sakura terkejut. Baru pertama kali Naruto membentaknya.
"Jangan kau sentuh Sasuke-kun seperti itu!" teriak Sakura. Naruto mencibir dan melirik sinis Sasuke dan Sakura.
"Ambil Sasuke-mu! Aku tak butuh!"sentak Naruto. Ia keluar kelas dan membanting pintu tepat saat bel istirahat berbunyi.
***
"Dasar perempuan sialan! Kalau aku tak punya hati, sudah kutampar balik dia!"umpat Naruto pada Sakura. Masih memegangi pipinya yang terasa pilu.
Naruto berada di taman belakang sekolah yang jarang di kujungi oleh murid-murid lainnya. Naruto terkadang suka mengunjungi taman ini ketika dia merasa suntuk atau sedang bad mood.
"Kyaaa!" Sebuah jeritan kecil bersama sebuah benda yang terdengar jatuh menarik perhatian Naruto yang sedang asyik memandang awan. Naruto terkejut begitu tahu siapa yang menjerit tadi.
"Hinata-chan? Sedang apa kau di sini?" Hinata memungut seruling miliknya sambil gemetaran. Naruto mendekatinya membuat keringat dingin keluar dari dahinya.
"Euhm.. A-ano.. Se-setiap istirahat a-aku selalu ke sini.." jawab Hinata malu. Naruto tersenyum lalu menghampiri Hinata. Tangannya menggaet tangan Hinata.
"Duduk bersama ku yuk, di situ." Tunjuk Naruto pada sebuah bangku. Hinata hanya menurut tangannya di tuntun oleh Naruto.
"Hinata-chan, maaf ya tadi aku tidak bisa menjemputmu. Soalnya, tadi ban sepeda ku bocor. Jadi, harus di tambal. Mana tukang ban-nya sibuk nyabutin bulu hidungnya dulu. Jadi lama deh." kata Naruto menceritakan kejadiannya tadi.
"Ti-tidak apa-apa kok, Naruto-kun.."
"Eh, lalu kamu tadi berangkat sekolah naik apa?"
"Ehm, Sa.. Sasuke-kun.. Ta-tadi, dia tidak sengaja lewat depan rumah ku dan menawariku untuk berangkat bersama.." jawab Hinata. Naruto mengerutkan dahinya.
"Sasuke-Teme? Tumben sekali dia mau mengajak Hinata berangkat sekolah dengannya. Biasanya, dia cuek sekali pada wanita.. Ada apa ini?
"Euhm, Naruto-kun? Kenapa? Kok ngelamun?"tegur Hinata mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Naruto. Naruto tersadar.
"Ah, tidak kok. Eh, kamu bawa seruling ya? Coba kamu mainkan. Aku ingin dengar."pinta Naruto menatap dalam-dalam mata Hinata. Yang di tatap hanya menunduk malu.
Perlahan, Hinata mendekatkan seruling bambunya itu ke mulutnya. Meniupnya pelan. Menghasilkan suara atau lagi merdu yang indah. Menyihir Naruto yang sedang menatap dirinya lekat-lekat. Naruto memandang lembut Hinata yang sedang asyik memainkan serulingnya.
Naruto P.O.V
Sungguh indahnya gadis manis ini.. Pintar sekali dia memainkan seruling itu.. Membuat aku terbuai dalam alunan lagunya yang merdu.. Bisa kah aku selalu disampingnya? Aku selalu ingin berada di dekatnya..
End Naruto P.O.V
"Naruto-kun? Ke-kenapa? A-ada yang salah denganku?"tegur Hinata yang sudah selesai memainkan serulingnya. Naruto tersadar, memalingkan wajahnya ke arah lain dengan semburat merah di pipinya.
"Ti-tidak kok.. Hmm, aku suka permainan seruling mu.. Indah.. Merdu sekali.. Kau pintar sekali bermain musik.."puji Naruto tersenyum. Semburat merah muncul di pipi mungil Hinata.
"A-arigatou, Naruto-kun.. Hmm, a-aku mau ke toilet dulu.." Hinata berlari kecil ke arah toilet. Serulingnya ditinggalkan begitu saja di dekat tangan Naruto.
Hinata membasuh wajahnya. Melihat ke cermin, menampakkan seorang gadis Indigo yang di wajahnya masih terlihat titik-titik air yang masih tersisa di wajah putihnya. Memegang pipinya yang memerah itu.
"Naruto-kun suka permainan serulingku.. Ah, aku senang sekali.." kata Hinata tersipu malu mengingat kejadian tadi.
BRAAAAKK!! Seorang, ralat, 2 orang gadis berambut pink dan merah marun mendobrak pintu kamar mandi. Membuat Hinata sedikit terkejut. Gadis berambut pink itu menghampirinya dengan tergesa-gesa.
"Hey Hinata!! Dasar licik!!" bentak gadis itu sedikit mendorong Hinata membuat Hinata hampir terjengkang.
"A-ada apa, Sakura-san?"tanya Hinata heran melihat Sakura terlihat marah padanya.
"Jangan pura-pura tolol kau! Dasar perempuan licik! Diam-diam kau suka pada Sasuke-kun kan?! Pakai di bonceng segala! Beraninya cuma main belakang!!" bentak Sakura di depan wajah Hinata. Hinata ketakutan.
"Jangan pura-pura polos deh! Sebenarnya, kamu juga suka kan sama Sasuke seperti kita??!" kata gadis berambut merah marun membentak di depan wajah Hinata.
"A-aku tidak mengerti apa yang kalian bicarakan.. Ta-tadi itu hanya kebetulan.. A-aku sungguh tidak menyukai Sasuke-kun.."kata Hinata membela dirinya.
"Fuuka, biar aku urus perempuan licik ini! Luarnya saja dia pura-pura lugu, tapi ternyata... Dia juga pengagum Sasuke-kun!" kata Sakura menyuruh Fuuka mundur.
"Habisi saja dia, Sakura. Aku sudah gemas ingin mencabik-cabiknya."sahut Fuuka melipat tangannya di depan dadanya sambil tersenyum. Sakura menatap Hinata sambil tersenyum licik.
Sakura mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Bermaksud menampar Hinata. Hinata memejamkan matanya ketakutan. Saat Sakura melayangkan tangannya, tiba-tiba seseorang memegang tangannya atau lebih tepat dikatakan menahan tangannya.
"Kau ...!!"
"Jangan pernah sentuh sahabatku!!" Hinata membuka matanya. Seorang gadis berambut biru langit sedang merentangkan tangannya. Dengan maksud melindunginya dari tangan Sakura yang sedang dicengkramnya.
"Apa urusanmu?! Lepaskan tanganku!!"ucap Sakura memberontak. Bukannya melepaskannya, gadis itu malah mempererat cengkramannya membuat Sakura kesakitan.
"Auuuuwww!! Lepaskan!! Sakit!!"
"Miru-chan..."
"Ini urusan ku! Aku tak terima bila orang seperti kalian menyakiti sahabatku! Kalian berani menyakiti sahabatku, ku kirim kalian ke akherat!" bentak Miru melepaskan tangan Sakura. Sedikit mendorong Sakura membuat Sakura terjengkang dan ditahan oleh Fuuka.
"Awas kau!!" ancam Sakura meninggalkan Miru dan Hinata diikuti oleh Fuuka. Berhadapan dengan Miru yang sudah memegang sabuk hitam itu, sama saja berhadapan dengan malaikat kematian.
"Mi.. Miru-chan.. Makasih.."ucap Hinata bernafas lega. Miru tersenyum.
"Hinata-chan, jangan sungkan seperti itu. Kita kan sahabat. Sewajarnya sahabat membantu sahabatnya yang kesusahan." kata Miru merangkul bahu Hinata.
"Oh ya, aku juga mau tanya. Kenapa kau bisa di bonceng oleh Sasuke tadi?! Jangan kira aku tidak melihat tadi.."
"Euhm.. Itu.. Ceritanya panjang.. Kuceritakan saja di kelas.."
***
Bel pulang sudah berbunyi sejak tadi. Dan sekarang, Hinata sedang menunggu Naruto yang tadi mengajaknya untuk pulang bersama. Hinata menunggu dengan santai.
GRUSAK...
Semak-semak di dekat Hinata bergoyang. Seperti ada sesuatu di balik semak-semak itu. Hinata menengok. Waspada apa yang akan terjadi.
Dan, seorang lelaki berambut merah keluar dari sana. Bajunya berantakan. Penampilannya juga acak-acakkan. Mengisyaratkan bahwa dia bukan anak sekolah yang baik. Hinata melotot. Kaget. Ia mundur 1 langkah.
"Ka-kamu..!"
"Hola, Hinata..."sapa lelaki itu. Hinata sungguh ketakutan. Kenapa dia bisa bertemu dengan lelaki itu di sini? Apalagi sekolah sudah sepi, tak ada 1 orang pun yang lewat. Satpam sekolah, Izumo dan Kotetsu sedang keluar. Tak ada orang lain selain dirinya di situ.
"Sa.. Sasori-senpai?! Ma-mau apa kau?!"tanya Hinata memegang erat-erat tas sekolahnya. Sasori menyeringai.
"Aku hanya mau menyapa kamu, manis. Tidak boleh? Aku kan rindu dengan dirimu.."kata Sasori mendekati Hinata. Hinata tidak suka dengan tatapan Sasori. Yang Hinata tahu, Sasori punya niat buruk dengannya seperti dulu.
"Jangan dekati aku!!"teriak Hinata. Sasori menyeringai. Ia sudah didepan Hinata.
"Kenapa? Kau takut? Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu.. Aku hanya ingin mengulang masa lalu.."ucap Sasori membuat Hinata merinding. Hinata ingin berlari. Tapi, tangannya digenggam Sasori.
"Lepaskan! Lepaskan aku! Tolong! Tolo-hmpp!!!" Sasori membekap mulut Hinata. Menyeretnya ke sebuah gang sempit yang tak jauh dari sekolah tetapi jarang di lalui orang.
Dan, Hinata diseret Sasori menuju sebuah tempat -yang tampaknya bekas ruko- sepi nan kumuh. Gelap. Hinata di dorong Sasori ke sudut tembok. Hinata meringkuk ketakutan. Di belakang Sasori, ada 2 orang lelaki.
"Kami-sama.. Tolong aku.. Naruto-kun.."
"Selamat datang, Hinata.."
***
Naruto menyeret-nyeret Sasuke dengan tergesa-gesa. Gara-gara dia dan Sasuke membolos pelajaran kesenian Kurenai-sensei, Naruto dan Sasuke disuruh untuk melukis Guy-sensei yang lagi senam aerobik. Tentu saja, bukannya melukis Naruto dan Sasuke malah muntah melihat Guy-sensei yang begitu semangatnya senam dengan pakaian ketatnya.
"Gara-gara kau Dobe, kita jadi di hukum!!" omel Sasuke.
"Ah, diam kau! Kau juga mau saja ku ajak bolos!" balas Naruto tak mau kalah.
"Pasti Hinata-chan sudah menunggu ku!" kata Naruto berlari ke arah gerbang sekolah.
Sepi. Tak ada siapapun. Naruto mendecak sebal. Sasuke juga tampaknya kesal. Hanya ada Sasuke dan Naruto di situ.
"Pasti Hinata-chan sudah pulang.. Argh, gara-gara Kurenai-sensei nih..." kata Naruto kesal. Sasuke mendengus sebal.
Hinata memberontak. Ia ingin lari, tetapi 2 orang lelaki yang bersama Sasori itu mencengkram tangan dan kakinya. Membuatnya tak bisa bergerak. Sasori berjongkok di depan Hinata. Memegang dagu Hinata.
"Mau kemana, manis? Jangan takut. Ntar juga keenakan. Hahahahaa!!!" kata Sasori tertawa ganas. Hinata mulai menitikkan air matanya.
"Kumohon Sasori-senpai.. Lepaskan aku.."
"Diamlah.. Aku hanya ingin menikmatimu.." Sasori melepas sabuknya. Hinata gemetar.
"KYAAAAAAAAA!!!!!!"
Naruto mendongak. Ia melihat sebuah gang sempit yang tampaknya sangat mencurigakan. Sasuke yang melihat tingkahnya itu keheranan.
"Ada apa, Dobe?"
"Aku.. Seperti mendengar sesuatu.. Seperti, seseorang menjerit.." jawab Naruto terus melihat gang itu. Sasuke tak menggubris.
"Hanya perasaanmu saja. Lebih baik kita pulang." Sasuke membalikkan tubuhnya berniat menuju ke tempat parkir. Tapi, Naruto menahannya.
"Tunggu sebentar, Teme. Aku curiga.. Sepertinya, di gang itu ada seseorang.. Aku penasaran.."Naruto berjalan menuju gang itu. Sasuke mendecak sebal.
"Hey, Hey Naruto!! Hah.. Kau ini.." Sasuke mengikuti langkah Naruto.
Sasori membekap mulut Hinata dengan tangannya. Bulir-bulir air mata keluar dari mata lavendernya.
"Diam!! Jangan berisik!!" bentak Sasori. Lalu, tersenyum mengerikan.
2 orang lelaki yang mencengkram tangan dan kaki Hinata, merebahkan tubuh Hinata. Hinata memberontak. Tapi, 3 banding 1. Sungguh perlawanan yang sia-sia. Sasori menindih tubuh Hinata.
"He-hentikan!! Tolong!! Lepaskan aku!! Tolong!" teriak Hinata sekencang mungkin. Sasori membekap mulut Hinata.
"Kau lebih manis kalau diam, sayang.. Hahahahaha!!" sahut Sasori. Ia menciumi leher Hinata. Hinata tak bisa memberontak. Tubuhnya berat, menahan tubuh Sasori yang besar itu.
Ciuman Sasori turun ke bawah. Tentu Hinata kaget dan berusaha memberontak. Tetapi, 2 lelaki itu mencengkramnya sangat kuat. Sasori terus menciuminya sampai ke dadanya.
"HENTIKAN!!! Kumohon jangan!! KYAAAAA!!" jerit Hinata lagi. Sasori tak menggubris. Ia melepaskan ciumannya itu, menatap rok Hinata yang berjingkat hingga setengah paha. Sasori menyeringai mengerikan. Hinata sadar, selanjutnya Sasori akan melakukan apa.
"Jangan! Aku mohon jangan! Sasori-senpai, aku mohon!! Jangan lakukan itu!!"pinta Hinata ketakutan. Sasori tidak menghiraukannya. Ia berniat membuka rok Hinata hingga..
GUBRAAK!! Seseorang mendobrak pintu ruko itu. Membuat Sasori dan komplotannya terkejut. Hinata terkejut sekaligus senang siapa yang datang tepat pada saatnya.
"Hinata-chan?! Hey, bangsat kau!! Apa yang kau lakukan pada Hinata-chan?!" bentak Naruto ketika melihat Hinata tergeletak tak berdaya dan ditindih seorang lelaki berambut merah. Sasuke juga terkejut seperti Naruto.
"Ini bukan urusanmu, idiot!!"
"Ini urusan ku! Sekali lagi kau menyentuh gadis itu, mati kau!" bentak Naruto kalap. Sasori merasa di tantang oleh Naruto. Ia langsung menghadap ke wajah Naruto.
"Kau yang mati duluan, tolol!! Berani sekali kau berbicara seperti itu padaku. Cari mati rupanya!" bentak Sasori. Naruto benar-benar sudah naik darah. Dilayangkan kepalannya ke wajah Sasori.
Dengan gampang, Sasori mengelak dan meninju perut Naruto. Naruto terjerembab. Sasuke membantunya berdiri. Naruto meringis kesakitan memegang perutnya.
"Hanya segitu kemampuanmu?! Dasar payah!! Deidara, Kisame, habisin mereka berdua!" perintah Sasori pada 2 orang lelaki itu. Sasuke maju menghadapi 2 orang lelaki itu.
Sasuke yang telah memegang sabuk coklat itu, tentu saja dengan mudah menghajar 2 orang itu. Naruto yang tadi terkena tinjuan Sasori, dengan kalap menghajar Sasori bertubi-tubi.
2 orang itu terkapar tak berdaya. Dan Sasori, memilih lari meninggalkan Naruto, Hinata dan Sasuke. Sasuke masih mengepalkan tangannya melihat Sasori yang lari tunggang-langgang itu. Naruto buru-buru menghampiri Hinata yang tampaknya ketakutan itu.
"Hinata-chan.."
"Naruto-kun!! Tolong aku, Naruto-kun! Aku takut! Aku takut sekali!! Aku tidak mau berada di sini!!" Hinata langsung memeluk Naruto. Tubuhnya gemetar. Sasuke yang melihat itu langsung miris. Naruto membuka jaketnya dan menutupi tubuh Hinata yang acak-acakkan.
"Ya, aku sudah di sini, Hinata-chan.. Tenanglah, kau aman sekarang. Lebih baik, kau kuantar pulang sekarang ya.."ucap Naruto mengelus-ngelus punggung Hinata. Menuntun Hinata keluar dari ruko kumuh itu. Meninggalkan Sasuke yang hanya melongo melihat Naruto dan Hinata.
Ada sesuatu yang jatuh di dadanya. Sasuke mengepalkan tangannya. Kesal. Marah. Cemburu. Iri. Bercampur jadi satu. Tapi, mau bagaimana? Hinata lebih memilih di tuntun oleh sahabatnya daripada dirinya. Sasuke berusaha sabar. Biarlah kali ini dia menelan pahit sendiri..

TBC...

Rainbow ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang